Penetapan Baku, Azerbaijan, sebagai tuan rumah final Liga Europa musim ini bertentangan dengan prinsip UEFA untuk menjamin hak setiap orang menikmati sepak bola. Henrikh Mkhitaryan dan para suporter dari London menjadi buktinya.
LONDON, RABU - Gelandang Arsenal asal Armenia, Henrikh Mkhitaryan, absen pada laga final Liga Europa melawan Chelsea di Baku, Azerbaijan, Kamis (30/5/2019) dini hari WIB, karena masalah keamanan. Ini menunjukkan kegagalan Persatuan Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) dalam menjamin hak para pemain.
Armenia dan Azerbaijan, dua negara bertetangga, sejak lama bersengketa. Hubungan politik kedua negara memanas akibat perebutan Nagorno-Karabakh, wilayah di Azerbaijan yang dikuasai Armenia. Final di Baku memaksa Mkhitaryan, warga Armenia, datang ke Armenia untuk bermain.
Konflik itu membuat Mkhitaryan memilih tidak tampil demi keamanannya. ”Laga final seperti ini jarang dirasakan kami sebagai pemain dan saya mengakui keputusan ini sangat menyakitkan. Saya akan tetap menyemangati rekan-rekan. Ayo, bawa pulang piala itu,” tulis Mkhitaryan melalui media sosial, Selasa (21/5).
Keputusan ini merugikan Arsenal karena kehilangan pemain kunci dalam laga penting. Mkhitaryan dibutuhkan Arsenal karena ini peluang terbaik mereka meraih trofi musim ini, sekaligus meloloskan mereka ke Liga Champions musim depan.
” Ini kabar buruk dan kami tidak bisa berbuat apa-apa. Saya sangat menghargai keputusannya dan tidak akan memaksanya bermain,” kata Pelatih Arsenal Unai Emery. Sebagai pelatih asal Basque, Spanyol, yang juga kerap dilanda konflik, Emery bisa memaklumi keputusan pemainnya.
Absennya Mkhitaryan mengecewakan pemain Arsenal lainnya, terutama kapten Laurent Koscielny. ”Saya tidak suka harus meninggalkan satu pemain. Mkhitaryan adalah pemain penting,” ujar Koscielny seperti dikutip The Telegraph.
Menurut Koscielny, UEFA seharusnya bisa mengantisipasi hal seperti ini sejak awal. Jika lokasi laga punya potensi masalah bagi pemain atau klub yang tampil, seharusnya UEFA tidak memilih lokasi tersebut.
Berdasarkan sejarah, Azerbaijan dan Armenia pernah berada satu grup pada kualifikasi Piala Eropa 2008. Kedua laga yang mempertemukan kedua negara itu pun dibatalkan. Azerbaijan dan Armenia kemudian finis di peringkat terbawah grup.
Baku jadi tuan rumah final Liga Europa melalui proses pemilihan bersama Seville (Spanyol) dan Istanbul (Turki). Seville gugur karena Madrid menjadi tuan rumah final Liga Champions. Isu keamanan di Baku terlewatkan saat UEFA mengevaluasi kandidat tuan rumah.
Alasan absennya Mkhitaryan bertentangan dengan misi UEFA untuk mengangkat kesetaraan melalui sepak bola. Prinsip yang dipakai dalam kampanye itu, yang berbunyi ”Setiap orang punya hak menikmati sepak bola. Tidak peduli siapa anda, dari mana anda berasal, dan bagaimana anda bermain”, menjadi tidak berarti.
UEFA berusaha memastikan keamanan Mkhitaryan di Azerbaijan. Pemerintah Azerbaijan pun menyatakan hal serupa. ”Kami sepenuhnya memisahkan olahraga dengan politik,” ujar Menteri Olahraga Azerbaijan Azad Rahimov, pekan lalu.
Namun, keputusan Mkhitaryan sudah bulat. Ia juga mendapat dukungan keluarga untuk tidak mengikuti laga tersebut. “Setelah laga final berlangsung, kami akan menjelaskan kepada UEFA mengapa kejadian ini tidak bisa diterima dan harus dicegah agar tidak terjadi lagi terhadap Arsenal maupun klub-klub lainnya,” ujar Direktur Arsenal Vinai Venkatsham.
Minim penonton
Selain isu Mkhitaryan, masalah penonton juga dikeluhkan Arsenal dan Chelsea. Pada laga di Baku itu, Arsenal dan Chelsea masing-masing hanya diberi 6.000 tiket. Padahal, kapasitas stadion mencapai 70.000 kursi.
Pendukung kedua klub yang berangkat dari London juga pusing memilih cara terbaik berangkat ke Baku, yang terletak di ujung timur Eropa, dekat Laut Kaspia. Jarak London-Baku hampir 4.000 kilometer.
Jadwal penerbangan langsung dari London sudah habis dan harga tiketnya pun mencapai lebih dari 1.000 pounds (Rp 18 juta) untuk pergi-pulang. Pilihan lewat jalur darat membuat mereka harus menyetir selama 57 jam. “Saya sangat ingin berada di tengah-tengah suporter Arsenal yang berasal dari London. Jadi, sayang sekali mereka semua tidak bisa berangkat,” ujar Emery seperti dikutip dari laman klub. (AP/REUTERS)