Tak sedikit dari kelompok perusuh itu juga berhasil ditangkap. Usia mereka rata-rata masih remaja. Dari mulutnya pun tercium aroma alkohol.
Oleh
Stefanus Ato/Fransiskus Wisnu Wardhana Dhany
·4 menit baca
Suasana di Jalan KS Tubun, Petamburan, Jakarta Barat, Rabu (22/5/2019) pagi, agak mencekam. Di ruas jalan, bertebaran pecahan beling, batu, dan material sisa kebakaran. Tak ada kendaraan yang diperbolehkan melintas. Pintu rumah, toko, dan bangunan lain di sepanjang jalan tertutup rapat.
Banyak warga yang akan melintas pun tampak kebingungan di persimpangan Halte Transjakarta, Slipi, Petamburan. Maklum, Jalan KS Tubun merupakan akses terdekat dari persimpangan itu menuju Pasar Tanah Abang.
”Mas, boleh menumpang? Saya mau ke Pasar Tanah Abang,” kata seorang perempuan paruh baya kepada Kompas.
Dia berharap mendapat tumpangan dari setiap sepeda motor yang berhasil melewati barikade aparat polisi yang berjaga dan mengarahkan lalu lintas untuk berputar arah. Namun, permintaannya tak bisa dipenuhi karena, jika Jalan KS Tubun ditutup, tentu situasi di dalam tak menentu.
Dugaan itu ternyata benar. Sekitar 500 meter melintasi Jalan KS Tubun, badan jalan yang mulus sudah dipenuhi dengan pecahan beling, batu, dan debu sisa kebakaran. Sebagian mobil yang diparkir di sana dalam keadaan rusak. Gerobak-gerobak berdagang milik warga pun rusak tak beraturan.
Melihat situasi yang tak biasa itu, Kompas kembali memutar mencari tempat parkir yang aman. Rumah Sakit Bhakti Mulia, Petamburan, Jakarta Barat, kemudian menjadi pilihan.
Kompas kembali menyusuri Jalan KS Tubun dengan berjalan kaki. Sekitar 1 kilometer berjalan, ratusan anggota Brimob Polri bersenjatakan tameng dan pentung tampak tengah beristirahat di tepi trotoar Jalan KS Tubun. Ada sebagian anggota Brimob lalu lalang membawa sejumlah orang, yang diduga sebagai pelaku kerusuhan. Di sekitar ruas jalan itu tampak belasan mobil polisi hangus terbakar. Mobil-mobil itu dibakar massa pada Rabu (22/5/2019) sekitar pukul 02.00.
Tak berhenti di situ, sekitar pukul 10.00 kembali terdengar teriakan, suara petasan, sirene ambulans, dan tembakan gas air mata dari kejauhan. Kompas bersama belasan jurnalis lain pun berjalan mengikuti arah datangnya suara itu. Setelah berjalan sekitar 1 kilometer, tepatnya di persimpangan dekat Museum Tekstil, tampak aparat kepolisian tengah berjibaku menghalau para perusuh menggunakan tembakan gas air mata.
Tak sedikit dari kelompok perusuh itu juga berhasil ditangkap. Usia mereka rata-rata masih remaja. Dari mulutnya pun tercium aroma alkohol.
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat Komisaris Besar Hengki Haryadi, yang memimpin operasi pembubaran massa di Jalan KS Tubun, mengakui, kelompok perusuh sudah sejak awal berencana melakukan tindakan kerusuhan. Polisi menemukan busur, minyak, kayu, batu, dan senjata tajam dari tangan para perusuh.
Memprovokasi
Walaupun tembakan gas air mata dan penangkapan perusuh terus dilakukan polisi, energi mereka untuk memprovokasi polisi seakan tak ada habisnya. Cacian, lemparan batu, dan bom molotov terus mereka arahkan ke polisi yang berjaga hingga pukul 12.00. Mereka terus menguji kesabaran polisi.
Sebagian aparat kepolisian tampak kelelahan. Belasan kardus air minum yang tersimpan di sekitar Jalan KS Tubun habis dalam waktu singkat. ”Kamu masih puasa? Sudah putus (batal),” demikian sepenggal dialog di antara sesama aparat keamanan, siang itu.
Situasi sedikit mereda sekitar pukul 13.00 saat dua satuan setingkat kompi (SSK) Tentara Nasional Indonesia turut diperbantukan mengurai massa. Situasi itu dimanfaatkan Kompas untuk beristirahat sekaligus mengambil sepeda motor yang terparkir cukup jauh atau sekitar 3 kilometer dari persimpangan dekat Museum Tekstil.
Kompas kemudian mencari tempat parkir yang lebih aman di sekitar persimpangan Museum Tekstil itu. Namun, saat itu sekitar pukul 14.00, kerusuhan kembali pecah di dekat Asrama Brimob. Rencana memarkirkan sepeda motor di sekitar ruas Jalan KS Tubun urung dilakukan.
Beristirahat di gang
Kompas pun berputar arah mencari tempat parkir di area perumahan warga di sekitar Jalan KS Tubun, Petamburan. Namun, saat memasuki perumahan warga, banyak gang-gang kecil yang hanya bisa dilalui sepeda motor dengan lebar tak lebih dari 1 meter. Gang-gang kecil itu juga terdapat banyak persimpangan yang tentu saja membingungkan.
Setelah 10 menit berputar-putar, tampak ratusan pemuda tengah duduk atau tidur telentang di gang-gang sempit itu. Di dekat mereka tampak tumpukan batu, kayu, dan botol-botol kaca.
Mereka beristirahat sambil mendapat arahan dari sejumlah lelaki yang berusia lebih tua dengan kisaran umur 40-50 tahun. Di salah satu ujung gang ada sekelompok remaja yang dirawat remaja lain. Tubuh tiga remaja yang dirawat itu sekilas tampak ada bercak darah di baju mereka.
Kerusuhan yang terjadi kemarin tidak hanya membingungkan, tetapi juga membawa kecemasan, kebingungan, dan ketakutan bagi warga sekitar. Situasi itu juga melelahkan bagi aparat keamanan yang harus menguras tenaga berjibaku menjaga Ibu Kota agar tetap kondusif.
Kejadian kemarin memberi pelajaran agar kedamaian menjadi prinsip yang harus dipegang teguh segenap anak bangsa. Indonesia adalah rumah kita semua.