Indonesia mengirimkan tujuh lifter di Kejuaraan Dunia Yunior IWF yang akan bergulir pada 1-8 Juni 2019 di Suva, Fiji. Salah satunya adalah lifter putri kelas 49 kilogram Cantika Windy Aisah yang ditargetkan menembus kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia mengirimkan tujuh lifter di Kejuaraan Dunia Yunior IWF yang akan bergulir pada 1-8 Juni 2019 di Suva, Fiji. Salah satunya adalah lifter putri kelas 49 kilogram Cantika Windy Aisah yang ditargetkan menembus kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020.
Selain Cantika, lifter putri yang dikirim ke Fiji adalah Riska Nur Amanda (49 kg), Juliana Klarisa (55 kg), dan Yuripah Melsandi (64 kg). Di kelompok putra, tim Merah Putih diperkuat Muhammad Faathir (61 kg), Mohammad Yasin (67 kg), dan Rahmat Erwin Abdullah (73).
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB PABBSI Alamsyah Wijaya, di Jakarta, Rabu (22/5/2019), mengatakan, Kejuaraan Dunia Yunior IWF adalah ajang yang termasuk kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020.
”Para lifter diharapkan bisa menunjukkan penampilan terbaik. Khusus Cantika, ajang ini sekaligus dipakai untuk mengumpulkan poin ke Olimpiade,” katanya.
Alamsyah menuturkan, peluang Cantika cukup besar karena dia akan bersaing dengan lifter putri seusianya dengan persaingan yang cukup merata. ”Kalau di Kejuaraan Asia dia bisa bersaing dengan lifter senior, berarti di level yunior dia juga siap,” ujarnya.
Pada Kejuaraan Asia, Cantika mengukir tiga rekor dunia yunior dengan angkatan snatch 80 kg, clean and jerk 97 kg, dan total 177 kg. Selanjutnya, menurut Alamsyah, Cantika harus bisa mempertahankan level angkatan ini dan secara bertahap menaikkan jumlah angkatan menjadi di atas 180 kg. Dengan jumlah angkatan ini, diharapkan lifter berusia 17 tahun itu bisa meraih medali.
Terpencil
Tantangan tampil di Fiji adalah letak geografis yang cukup jauh dan terpencil sehingga lifter Indonesia harus menempuh perjalanan udara lewat Sydney, Australia, dilanjutkan menuju Nadi, Fiji, dan perjalanan ke Suva. Oleh karena itu, perlu ada perhatian serius terhadap kondisi fisik dan mental atlet selama perjalanan.
”Di sisi lain, kemungkinan lifter Kazakhstan tidak turun karena lokasinya cukup terpencil. Ini bisa menguntungkan Indonesia,” ujar Alamsyah.
Lawan terberat Cantika pada kejuaraan ini diperkirakan berasal dari China. Namun, selama Cantika bisa tampil maksimal dan melakukan angkatan sempurna, peluang lolos ke Olimpiade Tokyo terbuka.
Apalagi, setelah Kejuaraan Dunia Yunior, masih ada sejumlah kejuaraan menanti, termasuk Kejuaraan Commonwealth Senior dan Yunior di Apia, Samoa, 9-14 Juli; Kejuaraan Dunia di Pattaya, Thailand, 18-27 September; Kejuaraan Asia Yunior di Pyongyang, Korea Utara, pada 20-27 Oktober; dan SEA Games di Davao City, Filipina, pada 30 November-10 Desember.
Berdasarkan aturan Federasi Angkat Besi Internasional (IWF), atlet yang diproyeksikan tampil di Olimpiade harus mengikuti minimal enam kejuaraan IWF. Kejuaraan Dunia Yunior termasuk kualifikasi Olimpiade dengan level emas atau menyediakan poin peringkat dunia tertinggi, setara dengan Kejuaraan Dunia dan Kejuaraan Asia untuk atlet senior.
Cantika berhak lolos ke Olimpiade apabila hingga akhir periode kualifikasi bisa menembus peringkat delapan dunia.
Cantika menuturkan, dirinya merasa sangat senang bisa bergabung latihan di pelatnas angkat besi dan siap melakukan yang terbaik. ”Di pelatnas banyak lifter senior yang mendukung dan selalu memotivasi saya. Mereka juga memberikan masukan teknik. Hal ini sangat penting buat saya dalam menghadapi kejuaraan,” katanya.