Hingga Kamis, sejumlah warga terus mencari anggota keluarganya yang hilang dalam kerusuhan Rabu (22/5/2019). Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan, pihaknya terus mencari informasi tentang jumlah ataupun kondisi korban. Argo belum dapat memastikan jumlah korban jiwa, baik yang mengalami luka maupun yang meninggal.
Oleh
Helena F Nababan/Ratih P Sudarsono/Ayu Pratiwi
·3 menit baca
Penyebab kematian delapan korban tewas di kerusuhan unjuk rasa hasil pemilu belum dapat dipastikan. Keluarga korban meminta pemerintah segera memberi kejelasan dan menanganinya sesuai hukum berlaku.
JAKARTA, KOMPAS — Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Kamis (23/5/2019) siang, menyebutkan delapan orang tewas selama kerusuhan 21-22 Mei 2019.
Adapun Dinas Kesehatan DKI Jakarta belum merespons permintaan konfirmasi penyebab kematian maupun kepastian kedelapan orang tersebut meninggal di rumah sakit setelah perawatan atau sudah meninggal saat tiba di rumah sakit.
Sebelumnya, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan, pihaknya terus mencari informasi tentang jumlah ataupun kondisi korban. Argo belum dapat memastikan jumlah korban jiwa, baik yang mengalami luka maupun yang meninggal.
”Kemarin kami belum sebutkan namanya karena tidak ingin keluarga mendapat kabar sebelum diberi tahu secara resmi dan untuk menangkis kesimpangsiuran berita yang menyebut banyak korban meninggal,” kata Anies.
Kemarin kami belum sebutkan namanya karena tidak ingin keluarga mendapat kabar sebelum diberi tahu secara resmi dan untuk menangkis kesimpangsiuran berita yang menyebut banyak korban meninggal. (Anies Baswedan)
Data dari Anies, para korban tewas adalah Farhan Syafero (31) warga Depok, Jawa Barat. Farhan dibawa ke RS Budi Kemuliaan lalu jasadnya dirujuk ke RSCM. Selanjutnya, yang dibawa ke RS Pelni adalah Abdul Ajiz (27), warga Pandeglang; Banten, dan Bachtiar Alamsyah, warga Batu Ceper, Tangerang. Yang dibawa ke RSAL Mintohardjo adalah M Reyhan Fajari (16), warga Jalan Petamburan 5, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Korban tewas lain, yaitu Adam Nooryan (19), warga Tambora, Jakarta Barat; Widianto Rizky Ramadan (17), warga Jalan Slipi, Kemanggisan, Jakarta Barat; dan Sandro (31), dibawa ke RSUD Tarakan. Untuk kasus Sandro, ia sempat dirawat di RSUD Tarakan pada 22 Mei dan meninggal pada 23 Mei. Lalu ada satu jasad laki-laki tanpa identitas di RS Dharmais.
Selain korban tewas, ada 737 orang dirawat di sejumlah rumah sakit di Jakarta. Diagnosis terbanyak adalah nontrauma 93 orang, luka berat 79 orang, dan luka ringan 462 orang. Korban yang belum ada keterangan 96 orang. Sebanyak 294 orang berumur 20-29 tahun dan 170 orang berusia di bawah 19 tahun.
Minta perhatian
Syafri Alamsyah (58) berharap pemerintah memberi perhatian atas kematian putranya, Farhan Syafero. Syafri meyakini Farhan ditembak. Ia ingin kasus ini ditangani sesuai hukum berlaku.
”Luka di bawah leher tembus ke belakang. Lebar lubangnya, depan dan belakang, sama. Kecil, hanya segini,” kata Syafri, sambil ujung jarinya membentuk lingkaran kecil di telapak tangannya. Diameter ”lingkaran” itu tidak sampai 1 sentimeter.
Syafri ditemui di rumah kerabatnya di Kampung Rawakalong, RT 003 RW 007 Kelurahan Grogol, Kecamatan Beiji, Kota Depok, Kamis.
Syafri menambahkan, Farhan anak kedua dari empat bersaudara kini sudah dimakamkan. Farhan meninggalkan seorang istri, Komariah (29), serta dua anak, Kiren (5) dan Maula (1,5).
Sehari-hari, Farhan tinggal di Cikarang, Bekasi, di rumah orangtua Komariah. Almarhum bersama beberapa temannya berangkat dari Bekasi untuk bergabung bersama pengunjuk rasa di Jakarta Pusat, Rabu.
Mencari sanak saudara
Hingga Kamis, sejumlah warga juga terus mencari anggota keluarganya yang hilang. Di RSUD Tarakan, contohnya, Rizki mencari sepupunya, M Rafli (14) yang terpisah saat kerusuhan di Jalan Thamrin.