Perputaran uang di desa selama Lebaran 2019 diprediksi hanya tumbuh 5 persen dibandingkan dengan Lebaran tahun lalu. Kericuhan yang muncul dalam demonstrasi hasil Pemilu 2019 dan tingginya harga tiket pesawat diperkirakan akan menahan pergerakan uang ke daerah.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perputaran uang di desa selama Lebaran 2019 diprediksi hanya tumbuh 5 persen dibandingkan dengan Lebaran tahun lalu. Kericuhan yang muncul dalam demonstrasi hasil Pemilu 2019 dan tingginya harga tiket pesawat diperkirakan akan menahan pergerakan uang ke daerah.
Data Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi menunjukkan bahwa pada Lebaran tahun ini uang yang beredar di desa diperkirakan Rp 105 triliun. Jumlah tersebut hanya naik 5 persen dari jumlah uang yang beredar di periode sama pada 2018 yang sebesar Rp 100 triliun.
Berdasarkan perkirakan tersebut, tak kurang dari Rp 103 triliun yang beredar di desa selama Lebaran 2019 itu berasal dari hasil kerja warga di desa. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang sebesar Rp 98 triliun.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, pun menilai, jumlah uang yang beredar di desa tak akan berbeda dengan tahun lalu. Hal itu disebabkan beberapa situasi terakhir yang menahan perpindahan uang dari kota ke desa.
Salah satu penyebabnya, menurut Bhima, adalah stabilitas politik setelah pengumuman hasil pemilu yang memicu aksi dan kerusuhan pada 22 Mei di Jakarta.
”Peristiwa kemarin berdampak mengubah pola konsumsi. Masyarakat yang tadinya mau belanja jelang lebaran, jadi menunda keluar rumah karena pengaruh stabilitas politik," katanya saat dihubungi Kompas, Jumat (24/5/2019).
Walaupun peristiwa itu terjadi di Jakarta, menurut Bhima, lumpuhnya aktivitas bisnis untuk sementara waktu bisa memengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. ”Perekonomian di Jakarta berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya.
Selain faktor stabilitas politik, peneliti Center of Reform on Economics (Core) Muhammad Faisal menyampaikan, tingginya harga tiket pesawat juga diperkirakan akan menahan masyarakat, khususnya masyarakat menengah di perkotaan untuk mudik ke desa.
”Lonjakan harga tiket pada sejumlah rute yang bisa sampai lebih dari 100 persen dibandingkan tahun lalu sangat berpengaruh terhadap pergerakan orang. Itu tentu akan memengaruhi pergerakan uang antar daerah,” tuturnya.
Faisal menilai, kenaikan harga tiket pesawat itu mendorong masyarakat menahan keinginan untuk mudik kendati pemerintah telah berupaya menurunkan harga tiket pesawat 12-16 persen.
Pada Lebaran 2019, Bank Indonesia memperkirakan kebutuhan uang kartal meningkat 13,5 persen dari tahun lalu sebesar Rp 191,27 triliun. Uang sebesar Rp 217,1 triliun disiapkan untuk mengantisipasi libur panjang, kenaikan gaji, serta membayar tunjangan hari raya (THR) aparatur sipil negara dan pegawai swasta.
Cairnya THR pada akhir pekan ini diharapkan pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan konsumsi yang menopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2019. Pada triwulan I-2019, produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,07 persen yang didorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga hingga 5,01 persen secara tahunan (Kompas, 18/5/2019).