Pascakerusuhan yang terjadi di Jakarta serta gangguan keamanan di sejumlah daerah, jajaran Polres Banyumas meningkatkan pengamanan dengan menggelar patroli skala besar dan bersinggungan. Patroli digelar untuk mencegah gangguan keamanan.
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Pascakerusuhan yang terjadi di ibu kota Jakarta serta gangguan keamanan di sejumlah daerah, jajaran Kepolisian Resor Banyumas meningkatkan pengamanan dengan menggelar patroli skala besar dan bersinggungan. Patroli digelar untuk mencegah gangguan keamanan serta memberikan rasa nyaman bagi masyarakat.
”Mulai tadi malam sudah dilaksanakan patroli skala besar dan bersinggungan. Jadi tiga polsek bersama-sama melakukan patroli skala besar di wilayahnya. Misalnya, wilayah Tambak, Sumpiuh, dan Kemranjen melakukan patroli di tiga wilayah polsek itu secara bersama-sama,” tutur Kepala Polres Banyumas Bambang Yudhantara Salamun, Jumat (24/5/2019), saat apel di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah.
Ia mengatakan, dalam berpatroli, personel juga harus memperhatikan pengamanan di dalam polsek sehingga tidak boleh kosong. ”Pelaksanaan patroli tidak menghabiskan jumlah personel yang ada di polsek, tapi kantor polsek juga harus dijaga, juga asrama-asrama polisi yang ditinggali keluarga kita pun dijaga,” ucap Bambang kepada seribu personel Polres Banyumas.
Ia menyebutkan, patroli skala besar dilakukan pukul 24.00 hingga menjelang sahur pukul 04.00. ”Dicari waktunya antara pukul 24.00 sampai 04.00 untuk melakukan razia. Cari lokasi yang tepat setelah patroli, istirahat, berhenti di satu tempat, kemudian gelar pasang plang razia di situ,” ujar Bambang.
”Razia semua jenis kendaraan yang akan melintas, baik motor maupun mobil. Cek barang-barang kendaraannya, pastikan tidak membawa barang-barang berbahaya, seperti senjata api, senjata tajam, atau mungkin ada bom molotov,” lanjutnya.
Mulai tadi malam sudah dilaksanakan patroli skala besar dan bersinggungan. Jadi, tiga polsek bersama-sama melakukan patroli skala besar di wilayahnya.
Dalam melakukan kegiatan, kata Bambang, para personel juga diminta untuk saling menjaga dan mengawasi. ”Dalam situasi saat ini, sekali lagi saya tekankan, jangan anggap remeh terhadap apa yang akan terjadi. Apa yang terjadi di Jakarta tidak menutup kemungkinan bisa terjadi di wilayah Banyumas,” ujar Bambang. Siaga I pun diberlakukan sejak 19 Mei hingga 25 Mei.
Persiapan mudik
Dalam rangkaian keamanan termasuk persiapan arus mudik, kata Bambang, disiapkan juga 17 posko pelayanan pengamanan di seluruh wilayah Banyumas.
”Tujuan Operasi Ketupat Candi adalah membuat rasa aman, nyaman, dan memberikan kelancaran berlalu lintas saat mudik dan kembalinya nanti. Wilayah Banyumas merupakan wilayah tujuan mudik dan pelintasan mudik,” kata Bambang.
Secara terpisah, Vice President PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi V Purwokerto Agus Setiyono menyampaikan, dalam melayani penumpang kereta api, disiagakan personel keamanan eksternal dari PT KAI, yaitu 118 personel TNI/Polri di stasiun.
Pengamanan eksternal itu memperkuat pengamanan internal PT KAI dengan jumlah pegawai 1.552 orang dengan jumlah polsuska 133 orang serta petugas keamanan 118 orang.
”Masa posko angkutan Lebaran 2019 mulai 26 Mei hingga 16 Juni 2019 atau selama 22 hari,” kata Setiyono.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, lanjutnya, pihaknya mengimbau agar penumpang tidak memakai perhiasan yang berlebihan selama perjalanan. ”Selama masa posko tersebut, seluruh pegawai KAI akan dimaksimalkan dalam membantu kelancaran di stasiun-stasiun,” ucap Setiyono.
Apabila ada informasi-informasi yang kira-kira dapat memperkeruh suasana, bisa mereduksi hal itu dengan sama-sama melaksanakan komunikasi sosial ke tokoh masyarakat, tokoh ormas, atau tokoh agama.
Sebelumnya Komandan Kodim 0701/Banyumas Letkol Inf Candra mengatakan, pihaknya siap membantu Polri dalam menciptakan kondisi yang aman di Banyumas. TNI menyiagakan 503 personel serta mengoptimalkan peran Babinsa bersama Babinkamtibmas di masyarakat.
”Apabila ada perkembangan situasi, ada informasi-informasi yang kira-kira dapat memperkeruh suasana, yang kira-kira dapat menimbulkan situasi yang tidak baik, bisa mereduksi hal tersebut dengan sama-sama melaksanakan komunikasi sosial ke tokoh masyarakat, tokoh ormas, ataupun tokoh agama,” kata Candra.