Situasi Sampang dan Pontianak yang ricuh pada Rabu malam berangsur kondusif. Sementara seruan damai dan dukungan kepada pemerintah disampaikan para tokoh di Probolinggo.
JAKARTA, KOMPAS— Kesimpangsiuran kabar kericuhan dalam unjuk rasa di depan Gedung Badan Pengawas Pemilu di Jalan MH Thamrin, Jakarta, turut memicu kericuhan di Sampang, Jawa Timur, dan Pontianak, Kalimantan Barat. Namun, situasi dapat dikendalikan Polri dan TNI.
Beredarnya kabar bohong atau hoaks, yang tidak berhubungan langsung dengan kericuhan di Jakarta, memicu pembakaran Markas Polsek Tambelangan di Sampang, Rabu (22/5/2019) malam. Sebelumnya, beredar hoaks tentang penangkapan KH Ali Karrar Sinhaji, pengasuh Pondok Pesantren Al-Misdat, Pamekasan, yang disebut-sebut ikut berdemonstrasi di depan Gedung Bawaslu, Jakarta.
”Berita itu (penangkapan KH Ali) hoaks. Ulama berada di Surabaya dalam kondisi sehat, saya ada rekamannya,” kata Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Luki Hermawan seusai meninjau Markas Polsek Tambelangan, Kamis (23/5). Pasca-kericuhan, sekitar 300 personel polisi dari Satuan Brimob dan Sabhara disiagakan di Sampang dan Pamekasan untuk mencegah kericuhan serupa terulang.
Kemarin, Kepala Polda Jatim bersama Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Panglima Kodam V/Brawijaya Mayor Jenderal R Wisnoe Prasetja Boedi juga menemui 15 tokoh agama dan masyarakat Sampang. Para tokoh diminta mengajak masyarakat untuk menjaga keamanan.
Menggunakan narkoba
Di Pontianak, Rabu malam, massa membakar pos polisi di Tanjung Raya. Pembakaran diduga dipicu kabar di media sosial terkait kericuhan di Jakarta.
Tiga polisi tertembak senjata rakitan yang digunakan massa perusuh dalam kericuhan tersebut. Sejumlah 203 pelaku, sebagian di antaranya remaja, ditangkap polisi. Dalam pemeriksaan urine, 98 orang di antaranya terindikasi menggunakan narkoba.
Mereka semua akhirnya dilepaskan setelah Gubernur Kalbar Sutarmidji, Sultan Pontianak Syarif Machmud Melvin Alkadrie, dan keluarga pelaku menemui Kepala Polda Kalbar Inspektur Jenderal Didi Haryono. Gubernur Kalbar dan Sultan Pontianak menjamin kericuhan serupa tidak terulang.
Meski semua pelaku dilepaskan, penanganan perkara bagi mereka yang dewasa, khususnya tiga orang yang membawa narkoba, tetap dilanjutkan.
Sementara itu, di Medan, Sumatera Utara, massa berunjuk rasa di Kantor Bawaslu Sumut hingga Rabu malam. Unjuk rasa menolak hasil Pemilu 2019 itu terkendali meski sempat ada pembakaran ban.
Menyikapi kericuhan di Jakarta, tokoh agama dan masyarakat di Probolinggo, Jawa Timur, menggelar deklarasi damai. Mereka mendukung langkah pemerintah dan TNI-Polri untuk menindak para perusuh.
”Adanya aksi yang berujung kericuhan di Jakarta, negara harus bertindak tegas karena itu bukan lagi penyampaian pendapat, melainkan cenderung kriminalitas dengan menggunakan rakyat sebagai tameng. Jangan ragu-ragu untuk melindungi kepentingan umum,” kata Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Probolinggo Abdul Halim. (SYA/ESA/EGI/DIA/NSA)