Tingkatkan Kapasitas Pelabuhan, Tram Belanja Modal 10 Juta Dollar AS-15 Juta Dollar AS
PT Trada Alam Minera Tbk mengalokasikan belanja modal 10 juta dollar AS-15 juta dollar AS untuk pengembangan pelabuhan milik PT Gunung Bara Utama, anak usaha perseroan di bidang pertambangan batubara. Harapannya, kapasitas pelabuhan meningkat.
Oleh
Maria Clara Wresti
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Trada Alam Minera Tbk mengalokasikan belanja modal 10 juta dollar AS-15 juta dollar AS untuk pengembangan pelabuhan milik PT Gunung Bara Utama, anak usaha perseroan di bidang pertambangan batubara. Harapannya, kapasitas pelabuhan meningkat.
”Pengembangan yang dimaksud adalah peningkatan kapasitas pelabuhan GBU (Gunung Bara Utama) di Kutai Barat, Kalimantan Timur. Jika semula kapasitasnya 4 juta ton setahun, kami gandakan menjadi 8 juta ton. Jumlah ini sesuai dengan kapasitas terpasang sebanyak 8 juta ton,” kata Presiden Direktur PT Trada Alam Minera Tbk (Tram) Soebianto Hidayat di Jakarta, Kamis (23/5/2019).
Hingga triwulan I-2019, kata Soebianto, belanja modal tersebut belum terealisasi karena konstruksi peningkatan kapasitas pelabuhan tersebut baru akan dimulai pada akhir triwulan II-2019. Peningkatan kapasitas pelabuhan dilakukan seiring rencana perseroan meningkatkan produksi batubara. Produksi batubara tahun ini ditargetkan 5 juta ton atau tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan pada tahun lalu yang sebesar 2,6 juta ton.
”Peningkatan produksi dilakukan karena ada potensi pasar batubara. Sementara target produksi 5 juta ton tahun ini disesuaikan kondisi pasar, yakni jika harganya memungkinkan. Pasalnya, harga batubara di pasar komoditas global cukup fluktuatif,” ujarnya.
Direktur Operasional Tram Gani Bustan menyebutkan, perseroan berencana memproduksi 350.000-450.000 ton batubara per bulan. Angka itu dimaksudkan untuk mencapai target produksi tahunan. Volume produksi batubara perseroan sepanjang triwulan pertama tahun ini mencapai 1 juta ton diikuti dengan volume penjualan di besaran yang sama.
”Volume produksi batubara pada triwulan pertama masih sesuai target yang ditetapkan perseroan sebelumnya. Pada paruh pertama tahun ini, perseroan ditargetkan memproduksi dan menjual 2,4-2,6 juta ton batubara,” kata Gani.
Volume produksi batubara perseroan sepanjang triwulan pertama tahun ini mencapai 1 juta ton.
Batubara yang diproduksi saat ini berasal dari produksi batubara GBU yang tergolong batubara berkalori tinggi, yaitu di atas 5.000 kkal per kg. Batubara berkalori tinggi tersebut diekspor perseroan ke pasar Jepang, Vietnam, Thailand, dan Taiwan.
”Tahun ini, kami masih menyasar pasar ekspor batubara yang sama, tetapi dengan volume penjualan yang meningkat sejalan dengan kenaikan produksi. Tetapi, untuk pasar domestik, kami hanya diwajibkan memenuhi kewajiban kontrak pasokan batubara di pasar domestik (domestic market obligation) sebesar 25 persen dari volume produksi perseroan,” ujarnya.
Kendati harga jual rata-rata batubara saat ini sedang turun, manajemen Tram optimistis harga tersebut dapat bertahan pada kisaran 60 dollar-80 dollar per ton. Karena itu, jika harga tersebut tercapai, penjualan batubara perseroan yang berasal dari GBU pada tahun ini ditargetkan dapat mencapai 300 juta dollar.
Kinerja Tram sepanjang tahun 2018 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Tahun 2018, pendapatan perseroan sebesar Rp 3,48 triliun sepanjang tahun lalu, padahal pada tahun 2017 pendapatan mereka sebesar Rp 512,23 miliar. Sementara laba bersih Rp 295,48 miliar, padahal pada tahun 2017, Tram masih rugi Rp 33,15 miliar.