Lifter Putri Berusaha Tembus Persaingan Asia Tenggara
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sejak lama, peta persaingan angkat besi putri di tingkat Asia Tenggara cukup berat. Oleh karena itu, tim “Merah Putih” berusaha sesegera mungkin menembus persaingan dengan menyiapkan lifter-lifter putri yunior penerus prestasi Sri Wahyuni Agustiani.
Pelatih kepala angkat besi Indonesia Dirdja Wihardja mengatakan, jumlah lifter putri Indonesia peraih medali emas SEA Games dapat dihitung dengan jari. “Sejak dulu, kita memang jarang merebut emas dari kategori putri. Padahal, kalau kita bisa menembus peta persaingan di tingkat Asia Tenggara, maka kita bisa sukses di tingkat Asia dan dunia,” ujarnya di pelatnas angkat besi di Mess Kwini, Jakarta Pusat, Jumat (24/5/2019).
Berdasarkan catatan KOMPAS, sejak SEA Games 2001-2017, secara konsisten dua hingga lima lifter putra Indonesia selalu mengantongi emas. Kecuali pada 2015, angkat besi tak dimainkan di SEA Games. Adapun di kategori putri, hanya ada lima lifter peraih emas, yaitu Ni Luh Sinta Darmariani (2007), Okta Dwi Pramita dan Raema Lisa Rumbewas (2009), Novita Sherly Kurniati (2011), dan Sri Wahyuni Agustiani (2013). Pada SEA Games 2017 kategori putri tidak dimainkan.
Minimnya pasokan bibit atlet putri berkualitas, menurut Dirdja, menjadi kendala pembinaan atlet. “Kalaupun ada lifter putri, biasanya prestasinya tidak panjang. Kalau sudah menikah, hamil dan melahirkan, biasanya hanya satu dua orang yang kembali menjadi atlet,” katanya.
Oleh karena itu, menurut Dirdja, saat ini pihaknya ingin fokus membina atlet-atlet putri agar dapat menembus peta persaingan di tingkat Asia Tenggara. Begitu bisa menembus persaingan di tingkat Asia Tenggara, lifter putri kemungkinan besar bisa berjaya di tingkat Asia dan dunia. Hal itu dibuktikan oleh Sri Wahyuni. Begitu berhasil meraih emas SEA Games 2013, Sri Wahyuni merebut perak Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dan Asian Games 2018.
Dirdja menjelaskan, lifter-lifter yunior Indonesia punya peluang mengukir prestasi dalam satu hingga dua tahun ke depan. Kehadiran lifter putri berusia 17 tahun pemegang tiga rekor dunia remaja, Windy Cantika Aisah (kelas 49 kilogram), di pelatnas angkat besi membangkitkan optimisme tim “Merah putih”.
Dalam waktu dekat, Cantika dan kawan-kawan akan bersaing di Kejuaraan Dunia Yunior IWF yang akan bergulir pada 1-8 Juni 2019 di Suva, Fiji. Kejuaraan ini juga akan dipakai Cantika untuk mengumpulkan poin peringkat dunia menuju Olimpiade Tokyo 2020.
Selain Cantika, tim putri Indonesia juga akan diperkuat Riska Nur Amanda (49 kg), Juliana Klarisa (55 kg), dan Yuripah Melsandi (64 kg). Di kelompok putra, tim “Merah Putih” diperkuat oleh Muhammad Faathir (61 kg), Mohammad Yasin (67 kg), dan Rahmat Erwin Abdullah (73).
Dirdja menjelaskan, kejuaraan ini penting untuk menambah jam terbang dan menguji kesiapan dan tim angkat besi Indonesia menuju SEA Games 2019. Apalagi, ini menjadi kejuaraan pertama bagi atlet-atlet yunior untuk bermain di kategori lomba baru yang diterapkan oleh Federasi Angkat Besi Dunia.
Pelatih putri Indonesia Sri Indriyani mengatakan, sebenarnya bukan hal yang mustahil bagi lifter putri untuk menguasai panggung angkat besi dunia. “Berdasarkan pengalaman saya, lifter putri harus konsentrasi mengukir prestasi. Kalau sudah dapat prestasi juga tidak boleh cepat puas,” kata peraih medali perunggu Olimpiade Sydney 2000 ini.
Sri Indriyani mengatakan, saat ini dirinya berusaha melatih kekuatan dasar dan mematangkan penguasaan teknik lifter yunior. Sejumlah lifter putri masih mengangkat beban dengan gerakan tidak sempurna, seperti kaki goyang atau mengangkat tangan terlalu condong ke depan atau ke samping. Gerakan tidak sempurna itu mempengaruhi angkatan.
Selain melatih, Sri Indriyani juga berusaha membangun kepercayaan diri atlet. “Beberapa atlet masih sering takut saat melihat daftar catatan angkatan lawan yang lebih tinggi. Saya selalu mengingatkan kepada mereka bahwa angkatan bagus itu diraih tidak instan. Ada proses latihan panjang selama bertahun-tahun,” katanya.
Sementara itu, Cantika menuturkan, dirinya siap menghadapi Kejuaraan Dunia Yunior IWF. Hasil di Kejuaraan Asia 2019, yaitu mengukir tiga rekor dunia remaja dengan angkatan snatch 80 kg, clean and jerk 97 kg, dan total 177 kg, tidak membuatnya cepat berpuas diri. “Saya harus latihan lebih keras lagi, lebih disiplin lagi. Tanggung jawab lebih besar, saya tidak boleh cepat puas,” katanya.