Memaknai Ramadan Lewat Jazz
MALAM sudah larut saat acara hari pertama Jazz Ramadhan Festival (JRF) 2019 dimulai. Pagelaran tahunan selama dua hari, 17-18 Mei 2019, kali ini merupakan acara kolaborasi rutin Remaja Islam Masjid Cut Meutia (RICMA) dengan ekosistem jazz tanah air, WartaJazz.
Sesaat panggung akan dimulai sebetulnya masih banyak jemaah sholat tarawih, yang bertahan di area Masjid Cut Meutia, Jakarta, tempat acara digelar. Area depan masjid juga tampak semakin padat dengan aliran puluhan bahkan ratusan pengunjung, yang masuk untuk menonton lewat pintu gerbang.
Kebanyakan dari penonton itu remaja dan kalangan muda, baik mahasiswa maupun pekerja. Termasuk para perempuan berhijab, yang dengan sabar berdiri menunggu panggung dimulai.
Walau berada di tengah kerumunan massa dengan cuaca malam yang cerah namun terasa gerah, para penonton sabar menanti acara dimulai. Beberapa dari mereka mengunjunggi tenda-tenda gerai sejumlah produk sponsor, yang didirikan di area festival.
Panggung yang didirikan pun berukuran lumayan luas untuk sebuah pagelaran festival musik. Panggung dengan sistem tata suara dan cahaya, yang lumayan serius itu berdiri menghadap bangunan masjid, yang berbentuk bangunan tua zaman kolonial Belanda.
Sebuah layar LCD besar terpasang di latar belakang panggung. Secara berkala dan terutama di sela-sela acara, layar raksasa yang terang benderang itu menampilkan iklan-iklan produk sponsor. Setiap kali jeda setidaknya ada belasan iklan ditayangkan. Acara ini sepertinya menarik banyak sponsor.
Saat dibuka, hanya dalam hitungan menit, area lapang di depan panggung yang tadinya lengang langsung penuh dipadati penonton. Mereka merangsek dan berlomba paling dekat dengan panggung.
Antusiasme penonton demikian besar antara lain lantaran daya tarik artis-artis penampil. Mereka seperti Rizky Febian, Ecoutez, Maliq & D’Essential, serta penyanyi senior Glenn Fredly. Juga tampil beberapa musisi pendatang baru macam band Saxx in the City dan duet suami istri Dengarkan Dia, Ayudia Bing Slamet dan Ditto Percussion.
Jika dilihat dari list penampil dan lagu-lagu yang mereka bawakan sebenarnya tidak terlalu banyak lagu yang bernuansa jazzy. Kalau pun ada lumayan terasa di permainan duet instrumental saxophone, Saxx in the City, yang membawakan dua lagu, “Tombo Ati” dan single mereka, “In the Night”.
Lagu bernuansa reliji dibawakan kelompok Dengarkan Dia, sebuah lagu berlirik puisi Taufik Ismail, “Ketika Tangan dan Kaki Berkata”, yang dipopulerkan oleh mendiang Chrisye.
Masing-masing artis yang tampil membawakan sekitar tiga hingga lima lagu hits mereka. Suasana semakin menghangat saat Rizky Febian mendapat giliran muncul. Seperti ditunggu-tunggu, Rizky membawakan salah satu lagu hitsnya, “Kesempurnaan Cinta”, yang langsung mengundang para penonton ikut bernyanyi, didahului “Indah Pada Waktunya”.
Para penonton juga semakin bersemangat saat dua kelompok musik pop, Ecoutez dan Maliq & D’Essential, tampil bergiliran dan juga membawakan lagu-lagu hits masing-masing. Ecoutez antara lain dengan “Percayalah” dan “Are You Really One”, sementara Maliq & D’Essential dengan “Sriwedari”, “Dia”, dan “Untitled”.
Konser jazz bertema besar “Love Unites All” itu sebelumnya dibuka dan dihadiri Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi serta Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN, Moazzam Malik.
Saat membuka acara, Budi, yang juga ketua Dewan Pembina Yayasan Mesjid Cut Meutia Jakarta, itu membawakan sebuah puisi karya KH Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus, berjudul “Aku Masih Hapal Nyanyian Itu”.
Puisi itu dilanjutkan Budi dengan menyanyikan lagu “Indonesia Pusaka”. Bersama para penonton Budi menyanyikan lagu bertemakan cinta tanah air dan bangsa tersebut dengan syahdu dan bersemangat.
Hal itu memicu pujian Dubes Malik, yang mengaku telah lima kali menghadiri event tersebut selama bertugas di Indonesia. Menurutnya Festival Jazz Ramadhan itu sangat menginspirasi. Malik yang seorang muslim keturunan Pakistan serta fasih berbahasa Indonesia itu mengaku kerap menceritakan acara itu saat berada di negaranya.
“Acara yang sangat baik ini menjadi semacam inspirasi bagi warga muslim di Inggris. Saya senang menceritakannya di sana,” ujar Malik.
Menurut pihak penyelenggara, RICMA, kegiatan festival jazz rutin tahunan tersebut mereka anggap juga menjadi salah satu bagian dan bentuk kegiatan berdakwah dan syiar Islam masa kini. Acara itu diharapkan dapat semakin menguatkan tali silaturahmi sekaligus menambah pengetahuan bersama tentang keislaman.
Dalam siaran persnya Fahmi Dirgantara Ishadi, Project Officer RJF 2019, menyebut ajang itu memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan acara musik lain. Menurutnya, agenda besar pagelaran itu terutama untuk berdakwah atau menyampaikan syiar agama, dengan cara yang lebih mudah diterima terutama kalangan anak muda.
Dengan bahasa yang baik serta dilandasi ketulusan cinta kepada Allah SWT dan sesama diharapkan pesan damai dan harmoni Ramadhan Jazz Festival dapat diterima tak hanya oleh warga Jakarta, namun seluruh elemen masyarakat Indonesia dan dunia. Hal itu sejalang dengan tema “Love Unites All” dan tagline #EmbraceTogetherness yang diusung.
Para penonton tampak enggan beranjak walau waktu sudah memasuki kategori dini hari. Mereka menunggu penampilan puncak vokalis bersuara khas melengking tinggi asal Maluku, Glenn Fredly, yang kali ini membawakan sejumlah lagu termasuk hits terbarunya, “Adu Rayu” dan tak lupa salah satu hits terpopulernya, “Kasih Putih”.
Pada pagelaran hari kedua, JRF 2019 menghadirkan sejumlah musisi tanah air seperti Andre Hehanussa, grup band lawas Element, Hivi, dan bintang tamu, penyanyi asal Amerika Serikat, Jeremy Passion.