Pasar layanan perdagangan secara elektronik atau e-dagang di Indonesia semakin menarik. Sejumlah penyedia platform mulai menampilkan berbagai model bisnis dalam satu platform.
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pasar layanan perdagangan secara elektronik atau e-dagang di Indonesia semakin menarik. Sejumlah penyedia platform mulai menampilkan berbagai model bisnis dalam satu platform.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung, Jumat (24/5/2019), di Jakarta, mencontohkan, beberapa penyedia platform e-dagang yang semula hanya fokus di model bisnis ke konsumen (B2C) kini berkembang jadi hibrid. Dengan demikian, mereka bermain di model B2C sekaligus konsumen ke konsumen (C2C).
”Model bisnis C2C memiliki ciri, penyedia platform tidak perlu memiliki dan membeli stok barang. Dia hanya perlu membangun sistem. Oleh karena itu, C2C tetap dianggap menarik,” ujarnya.
McKinsey dalam laporan riset ”The Digital Archipelago: How Online Commerce is Driving Indonesia’s Economic Development” memperkirakan, nilai barang dagangan bruto e-dagang Indonesia 8 miliar dollar AS.
Secara terpisah, Head of Fulfillment Tokopedia Erwin Dwi Saputra mengatakan, pihaknya baru saja membuka TokoCabang, layanan gudang yang memungkinkan penjual menitipkan stok produk ke gudang milik Tokopedia.
Selanjutnya, tim Tokopedia membantu penjual, mulai dari menata pesanan yang masuk, mengemas, hingga menyerahkan paket ke kurir pengiriman.
”Layanan TokoCabang akan mempermudah penjual melayani pelanggan, terutama saat penjual harus menerima banyak pesanan, misalnya saat Ramadhan,” ujarnya.
Erwin menyebutkan, saat ini gudang TokoCabang tersedia di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Penjual bisa memanfaatkan TokoCabang secara gratis selama 30 hari, selanjutnya membayar biaya jasa layanan Rp 3.000 setiap barang terjual.
Dia menegaskan bahwa Tokopedia adalah perusahaan teknologi yang bisa bergerak ke solusi teknologi apa pun dan tidak terbatas pada model bisnis laman pemasaran C2C. Pada awal pendirian Tokopedia, sekitar sembilan tahun lalu, konsep awalnya memang laman pemasaran C2C.
Namun, dalam perjalanannya, Erwin menceritakan, Tokopedia berkembang menjadi perusahaan teknologi yang meliputi kategori produk laman pemasaran dan digital, teknologi finansial dan pembayaran, logistik, serta mitra Tokopedia.
Head of Corporate Communications and Public Affairs JD.ID Teddy Arifianto berpendapat, e-dagang bukan hanya berjualan barang secara dalam jaringan, melainkan bisnis layanan dari ujung ke ujung. Pelanggan memilih penyedia platform yang bisa memberikan layanan lengkap dan optimal.
Menurut Teddy, saat ini JD.ID masih bergerak di model bisnis ritel dalam jaringan. Pada saat bersamaan, JD.ID juga menggerakkan layanan berbasis laman pemasaran yang mengakomodasi mode-mode karya desainer lokal.