Wajah Lain Jakarta dari Kemayoran
Matahari masih menyengat ketika Ridwan (41) sedang menyelesaikan pesanan kerak telor milik pembeli. Pria asli Jakarta ini terlihat sibuk melayani pengunjung Jakarta Fair Kemayoran 2019 yang mulai memadati JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat.
”Ya, lumayan hari ini. Lebih mending dari kemarin-kemarin sejak pertama buka. Sampai sekarang saja sudah dapat Rp 800.000,” kata Iwan, sapaannya, yang memberi tahu omzetnya hingga Sabtu (25/5/2019) pukul 15.00 WIB.
Pada akhir pekan, Sabtu dan Minggu, Jakarta Fair tutup pukul 23.00 WIB. Dengan pengunjung yang semakin ramai, Iwan meyakini omzetnya melampaui Rp 1 juta, untuk pertama kali sejak acara perayaan ulang tahun DKI Jakarta dimulai Rabu, 22 Mei.
Pria yang sudah berjualan lebih dari tiga tahun di Jakarta Fair ini belum merasakan ”manisnya” ajang tahun ini. Sejak Rabu, penghasilannya tidak pernah melewati Rp 600.000. Padahal, tahun sebelumnya, dia bisa menghasilkan dua kali lipat atau Rp 1,2 juta pada hari pertama.
”Uang sewa, kan, Rp 400.000. Ya, jadi beberapa hari ini untungnya tipis banget. Beda banget sama tahun lalu, jauh lebih ramai,” ucap pedagang yang menjual kerak telor seharga Rp 20.000 per porsi itu.
Pria yang tinggal di Jatinegara, Jakarta Timur, itu berpikir, masyarakat masih takut datang ke Jakarta Fair. Sebab, baru saja terjadi bentrokan di Jakarta, tepatnya di area sekitar Gedung Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), Jakarta Pusat, pada 21-22 Mei 2019.
”Karena rusuh-rusuh kemarin mungkin masih pada takut, padahal tidak perlu takut karena di sini aman-aman saja kok,” ucapnya.
Baca juga: Polisi Kembali Tetapkan 11 Tersangka Perusuh
Tidak jauh dari dagangan Iwan, pemilik toko tas dan perlengkapan wanita, Lina (25), terlihat sedang duduk di kasir. Dia bersama empat pegawainya sedang melayani pengunjung yang berebut melihat tas dan dompet kulit.
Wanita asal Padang itu semringah menikmati Sabtu kali ini. Hingga sore, dia sudah meraup omzet hampir Rp 5 juta. Dalam tiga hari sebelumnya, omzetnya tak pernah melampaui Rp 5 juta dalam sehari.
”Hari ini pengunjung mulai ramai lagi. Mungkin karena Sabtu. Pas Rabu itu, saat ada kerusuhan (di Bawaslu), itu sepi banget. Beberapa hari setelahnya juga masih sepi,” kata pedagang yang menjajakan barangnya dengan harga berkisar Rp 50.000-Rp 250.000.
Hari ini pengunjung mulai ramai lagi. Mungkin karena Sabtu. Pas Rabu itu, saat ada kerusuhan (di Bawaslu), itu sepi banget. Beberapa hari setelahnya juga masih sepi.
Wajah Jakarta
Jakarta dalam beberapa hari terakhir memang agak mencekam setelah penetapan hasil Pemilu 2019. Kota yang merupakan pusat ekonomi dan pemerintahan ini mendadak berubah menjadi panggung emosi bagi pendukung calon presiden dan wakil presiden yang kalah.
Kerusuhan sempat mengganggu perekonomian. Pasar Tanah Abang di Jakarta Pusat tidak beroperasi beberapa hari dan pusat-pusat perbelanjaan terlihat sepi. Warga Jakarta seperti masih enggan beraktivitas seperti biasa. Mereka takut kerusuhan itu meluas.
Namun, wajah Jakarta yang buruk itu sudah sirna. Di sisi lain, Jakarta Fair yang berada di Kemayoran menawarkan wajah Jakarta yang sebenarnya. Malam ini, ribuan pengunjung terlihat bahagia menikmati kegiatan belanja dan hiburan mulai dari penampilan band hingga barongsai.
”Kami berharap, dengan hadirnya Jakarta Fair, warga Jakarta bisa melupakan masalah kemarin. Kami menawarkan kebahagiaan dengan hiburan dan berbagai macam produk untuk dibelanjakan,” ucap Direktur Pemasaran JIExpo Ralph Scheunemann, Sabtu malam, di JIExpo.
Tahun ini, Jakarta Fair yang hadir sebagai ajang perayaan ulang tahun Jakarta tampil dengan tema ”Indonesia Bersatu”. Mereka ingin menyatukan berbagai ”warna” masyarakat di Jakarta. Hal itu terinspirasi dari slogan ulang tahun ke-492 Jakarta yang mengusung ”Wajah Baru Jakarta”.
Ralph meminta masyarakat Jakarta dan sekitarnya tidak perlu takut hadir ke Jakarta Fair. Pihaknya menjamin keamanan pengunjung di JIExpo. Mereka menyiapkan pengamanan sebanyak 1.000 personel gabungan Polri dan TNI.
”Kami menyadari, beberapa hari ini pasti masih ada yang takut karena ada masalah kemarin. Tetapi kami selalu menjamin keamanan,” lanjutnya.
Sebelumnya dalam konferensi pers, Ralph mengatakan, Jakarta Fair Kemayoran ingin menjadi pemantik semangat persatuan masyarakat Indonesia. Dengan segala budaya dan kemajuan yang dimiliki, masyarakat harus selalu berbangga dan menyebarluaskan hal itu hingga ke masyarakat dunia.
”Yang paling penting untuk kemajuan suatu negara, kan, Indonesia harus bersatu. Kami ingin Jakarta Fair ini ikut menyuarakan itu. Kita sebagai bangsa Indonesia dari berbagai suku dan agama, yang penting, kan, satu. Kita harus berbangga menjadi orang Indonesia,” tuturnya.
Baca juga: Jakarta Fair Berharap Mempersatukan Semua Kalangan
Pada pembukaan Jakarta Fair, 22 Mei, yang bertepatan dengan aksi demonstrasi di Gedung Bawaslu, terdapat 35.000 pengunjung yang hadir. Adapun dalam tiga hari, pengunjung telah mencapai 180.000 orang. Jumlah itu berangsur naik.
Indonesia harus bersatu. Kami ingin Jakarta Fair ini ikut menyuarakan itu. Kita sebagai bangsa Indonesia dari berbagai suku dan agama, yang penting, kan, satu.
Salah satu pengunjung, Albert (32), mengatakan sudah tidak memikirkan persoalan kerusuhan yang menghebohkan Indonesia. Dia justru mengajak 40 anggota keluarga lain untuk berbelanja bersama di Jakarta Fair.
”Saya dan keluarga selalu datang setiap tahun. Kami sudah tidak peduli pada rusuh-rusuh itu, sekarang sudah lewat. Saatnya kami bersenang-senang dan berbelanja,” ucap Albert yang sudah membeli sepeda motor dan lemari malam itu.