Tim bulu tangkis Jepang belum berhasil meruntuhkan kokohnya tembok China. Pada final kejuaraan dunia bulu tangkis beregu campuran Piala Sudirman 2019 di Nanning, China, Minggu (26/5/2019), Shi Yuqi dan kawan-kawan berjaya dengan kemenangan atas Jepang, 3-0.
Oleh
Denty Piawai Nastitie/Agung Setyahadi
·4 menit baca
Laporan Agung Setyahadidari Nanning, China
NANNING, KOMPAS — Tim bulu tangkis Jepang belum berhasil meruntuhkan kokohnya tembok China. Pada final kejuaraan dunia bulu tangkis beregu campuran Piala Sudirman 2019 di Nanning, China, Minggu (26/5/2019), Shi Yuqi dan kawan-kawan berjaya dengan kemenangan atas Jepang, 3-0.
Dengan kemenangan yang terjadi di Guangxi Sports Center, Nanning, tim bulu tangkis China kembali membawa pulang Piala Sudirman yang sempat lepas dari genggaman. Pada Piala Sudirman 2017 di Goldcoast, Australia, Piala Sudirman direbut Korea Selatan.
Bagi tim China, ini merupakan gelar ke-11 dari 13 kali lolos ke final sejak turnamen yang namanya diambil dari tokoh bulu tangkis Indonesia, Dick Sudirman, ini bergulir pada 1989. Saat itu, Indonesia tampil sebagai juara. Tim bulu tangkis China lalu merajai turnamen ini pada 1995, 1997, 1999, 2001, 2005, 2007, 2009, 2011, 2013, 2015, dan 2019.
Dengan kesuksesan ini, China semakin kokoh sebagai negara dengan koleksi gelar Piala Sudirman terbanyak, disusul Korea Selatan dengan empat gelar (1991, 1993, 2003, dan 2017), serta Indonesia satu gelar. Selain ketiga negara ini, belum ada negara lain yang berhasil menjadi tim terbaik di Piala Sudirman.
Dua negara lolos ke final masing-masing dua kali, yakni Denmark (1999, 2011) dan Jepang (2015, 2019), tetapi selalu digagalkan China. Adapun dua negara lain, Malaysia dan Thailand, maksimal mencapai babak semifinal. Malaysia merasakannya pada 2009 dan Thailand tiga kali, yakni 2013, 2017, dan 2019.
Kedua tim yang bertemu di final memiliki kekuatan yang merata dan nyaris setara. Jepang lebih diunggulkan karena memiliki pemain dengan peringkat dunia yang lebih baik. Mereka memiliki pemain peringkat satu dunia pada nomor tunggal putra (Kento Momota) dan ganda putri (Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara), nomor dua dunia pada tunggal putri (Nozomi Okuhara) dan ganda putra (Takeshi Kamura/Keigo Sonoda), serta nomor tiga dunia pada ganda campuran (Yuta Watanabe/Arisa Higashino).
Adapun China memiliki ganda campuran nomor satu dunia (Zhen Siwei/Huang Yaqiong), nomor dua dunia pada nomor tungal putra (Shi Yuqi), serta peringkat ketiga tunggal putri (Chen Yufei), ganda putra (Li Junhui/Liu Yuchen), dan ganda putri (Chen Qingchen/Jia Yifan). Kelima andalan China ini diturunkan pada final melawan Jepang.
Adapun Jepang menyimpan Okuhara dan Kamura/Sonoda, dan mengandalkan tunggal putri nomor tiga dunia Akane Yamaguchi serta ganda putra nomor enam, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe. Hal ini dengan pertimbangan keunggulan head to head dari wakil China di nomor itu. Yamaguchi unggul 9-2 atas Chen Yufei, sedangkan Endo/Watanabe memimpin 3-1 atas Li/Liu.
Dengan optimisme itu, Jepang masuk ke lapangan dengan mengikuti urutan pertandingan, yakni ganda putra-tunggal putri-tunggal putra-ganda putri-ganda campuran. Namun, para pemain muda China dengan dukungan penuh penonton membuyarkan semua prediksi. Keunggulan Jepang dalam head to head tidak tergambar di lapangan.
Li Junhui/Liu Yuchen membuka kemenangan tuan rumah dengan mengalahkan Endo/Watanabe, 21-18, 21-10. Chen Yufei tampil luar biasa mengatasi keuletan Yamaguchi dan menang 17-21, 21-16, 21-17. Mimpi Jepang terkubur setelah Shi Yuqi, yang sebelumnya memiliki rekor 1-4 dari Momota, mengalahkan juara dunia dan juara All England itu, 15-21, 21-5, 21-11.
Saat pukulan terakhir Shi Yuqi tak mampu dikembalilkan Momota, para pemain China pun berhamburan ke lapangan merayakan kemenangan. Mereka kemudian melambungkan pelatih kepala Zhang Jun ke udara. Dua laga terakhir, yakni ganda putri dan ganda campuran, tidak dimainkan.
Kemenangan tanpa balas di final ini membuat perjalanan China di Piala Sudirman 2019 ini nyaris sempurna. Mereka hanya satu kali kehilangan angka di perempat final saat tunggal putra senior Chen Long dikalahkan pemain Denmark, Viktor Axelsen. China ini menang 5-0 atas Malaysia dan India di penyisihan Grup 1D, lalu menang 3-1 atas Denmark di perempat final, serta menang 3-0 atas Thailand di semifinal. Adapun Jepang lolos ke final setelah menyingkirkan Indonesia 3-1 di semifinal.
Pelatih sektor tunggal China, Xia Xuanze, mengapresiasi penampilan para pemain hingga bisa berlaga pada babak final. ”Ini bukanlah perjalanan yang mudah. Saya senang dengan penampilan semua pemain. Tim ini masih sangat muda, kebanyakan dari mereka lahir setelah tahun 1996. Saya tahu mereka semua akan memberikan 100 persen pada babak final,” katanya sebelum pertandingan, seperti dikutip situs resmi BWF. (DNA)