PARIS, JUMAT - Sejarah di arena tenis putra bisa tercipta di Roland Garros, Paris, pada Grand Slam Perancis Terbuka, 26 Mei-9 Juni. Novak Djokovic bisa menjadi pencipta sejarah itu, sebagai petenis putra pertama yang dua kali menjuarai empat turnamen Grand Slam secara beruntun.
Peluang tersebut terbuka hanya sekitar setahun setelah Djokovic frustasi saat kembali ke arena kompetisi, usai pulih dari cedera siku. Pada Perancis Terbuka 2018, petenis Serbia itu datang sebagai petenis peringkat ke-22 dunia. Dia tersingkir pada babak perempat final, kalah dari Marco Cecchinato. Setelah itu, dia tak begitu yakin untuk meneruskan perjalanan dalam persaingan di lapangan rumput.
Namun, gelar juara yang diraih di Wimbledon mengubah persaingan. Djokovic terlahir kembali. Tak hanya juara di Wimbledon, tetapi juga AS Terbuka 2018, dan Australia Terbuka, awal musim ini. Hanya enam bulan setelah Perancis Terbuka 2018, Djokovic kembali ke puncak peringkat dunia.
Ketiga gelar itu, ditambah penampilan konsisten dalam pemanasan menuju Roland Garros, membuatnya masuk dalam daftar favorit juara tunggal putra Perancis Terbuka, bersaing dengan peraih 11 gelar juara, Rafael Nadal. Jika bisa melakukannya, Djokovic akan mengulang prestasi ketika menjuarai Wimbledon dan AS Terbuka 2015, lalu Australia dan Perancis Terbuka 2016.
Selama ini, belum pernah ada petenis putra melakukan itu pada era Terbuka (digabungnya amatir dan profesional sejak 1968). Rod Laver dua kali melakukan hal itu, pada 1962 dan 1969, tetapi empat gelar Grand Slam pertama dilakukan sebelum era Terbuka. Don Budge juga melakukannya ketika menjuarai Wimbledon 1937 hingga AS Terbuka 1938.
Djokovic, yang berusia 32 tahun pada 22 Mei, telah mempersiapkan diri agar mencapai puncak penampilan di Roland Garros. ”Ini adalah turnamen yang saya tunggu. Saya telah bersiap tampil di sini. Setahun lalu, situasi sangat berbeda. Sekarang, saya punya tiga gelar Grand Slam dan di puncak peringkat dunia. Saya lebih percaya diri dan berharap bisa meraih hasil bagus,” tutur Djokovic, Jumat (24/5/2019).
”Saya senang main di Roland Garros, terutama empat-lima tahun terakhir karena makin banyak dukungan dari penonton Perancis. Menjuarai semua Grand Slam, tiga tahun lalu, membuat saya yakin bisa melakukannya lagi,” lanjutnya.
Bersaing
Robin Soderling, petenis pertama yang mengalahkan Rafael Nadal di Perancis Terbuka, mengatakan, tak ada petenis lain yang bisa menyaingi Nadal pada Perancis Terbuka selain Djokovic. ”Novak mengalahkan Nadal di tanah liat beberapa kali, termasuk di Roland Garros. Jika dia bermain sangat baik, seperti ketika mengalahkan Nadal di final Australia Terbuka, dia juga bisa melakukannya di tanah liat,” kata Soderling yang mengalahkan Nadal pada babak keempat Perancis 2009.
Djokovic unggul 28-26 pada pertemuan melawan Nadal. Dia tujuh kali mengalahkan Nadal di tanah liat, termasuk perempat final Perancis Terbuka 2015.
Sebelum menuju Roland Garros, Djokovic mengikuti tiga turnamen tanah liat, yaitu di Monte Carlo, Madrid, dan Roma. Setelah terhenti pada perempat final Monte Carlo, Djokovic lolos ke final pada dua turnamen berikutnya dan menghasilkan gelar di Madrid.
Menjadi unggulan pertama di Roland Garros dan berada pada paruh atas undian, dia bergabung bersama beberapa unggulan, seperti Alexander Zverev, Juan Martin Del Potro, dan Dominic Thiem. Pada paruh bawah, Nadal akan bersaing dengan Stefanos Tsitsipas, Kei Nishikori, dan Roger Federer. (AFP/REUTERS)