Keindahan Tersembunyi di Sumba Barat Daya
Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, tak henti menyajikan kejutan untuk para penggemar jalan-jalan. Selain sejumlah destinasi wisata yang sudah dikenal hingga ke mancanegara, Sumba Barat Daya punya tempat-tempat indah yang masih tersembunyi dan asyik untuk dijelajahi.
Paulus Ola (50) tiba-tiba membelokkan mobil yang kami tumpangi ke wilayah yang dipenuhi semak belukar. Padahal, di tempat itu sama sekali tak terlihat ada jalan. Jangankan jalan lebar untuk kendaraan roda empat, jalan setapak untuk pejalan kaki pun tak kelihatan.
Namun, Paulus tampak tenang-tenang saja. Ia tak terlalu memedulikan tanda tanya yang muncul di wajah kami. "Tenang saja, saya hafal tempat ini," kata Paulus yang menjadi pemandu sekaligus pengemudi mobil yang mengantar kami.
Selasa (23/4/2019) sore itu, saya dan fotografer Harian Kompas, Agus Susanto, tengah menjelajahi sejumlah destinasi wisata di Sumba Barat Daya. Beberapa jam sebelumnya, kami baru saja mengunjungi Pantai Bawana yang masyhur di kalangan para pelancong berkat batu karang bolongnya.
Sumba Barat Daya merupakan satu dari empat kabupaten di Pulau Sumba. Kabupaten yang baru terbentuk tahun 2007 dari hasil pemekaran Sumba Barat itu memiliki banyak destinasi wisata yang sudah tersohor. Selain Pantai Bawana, ada sejumlah destinasi wisata yang telah dikenal luas, seperti Danau Weekuri, Pantai Mandorak, Pantai Watu Maladong, dan Kampung Adat Ratenggaro.
Namun, selain tempat-tempat yang sudah banyak dikenal, Sumba Barat Daya juga memiliki banyak keindahan tersembunyi. Itulah kenapa, hari itu Paulus mengajak kami menjelajahi beberapa tempat menarik di Sumba Barat Daya yang belum terlalu dikenal oleh para wisatawan. Salah satunya adalah tempat yang tengah kami tuju ini. Sebelum sampai, kami sama sekali tak punya bayangan seperti apa tempat itu.
Namun, Paulus meyakinkan kami bahwa tempat ini layak dikunjungi. Meski begitu, di tengah perjalanan, kami sempat deg-degan karena melihat kondisi jalan yang hampir sepenuhnya tertutup semak belukar. Mobil yang kami tumpangi pun terpaksa melaju pelan untuk melibas belukar yang tingginya hampir mencapai setengah meter.
Akan tetapi, tak lama kemudian, kami akhirnya memahami kenapa Paulus mengajak ke tempat yang dikenal dengan sebutan Wai Kambanga itu. Tempat itu sebenarnya terletak tak terlalu jauh dari jalan pantai utara Sumba Barat Daya. Namun, karena tertutup semak belukar yang tinggi, Wai Kambanga tak terlalu terlihat dari jalan raya.
Wai Kambanga adalah tempat dengan hamparan tebing batu karang yang menjorok ke lautan lepas. Sepanjang mata memandang, hanya ada tebing-tebing tinggi dan laut lepas dengan air berwarna biru tua.
Begitu keluar dari mobil, Paulus menunjukkan sejumlah titik yang bagus untuk berfoto. Di titik-titik tersebut, terdapat tebing karang yang sangat menjorok ke laut lepas sehingga sangat cocok menjadi latar untuk berfoto. Namun, untuk menuju ke tempat itu, kita mesti berhati-hati agar tak terpleset. Sebab, di bawah tebing-tebing karang itu terdapat laut dengan kedalaman yang entah seberapa.
Selesai berfoto, kita bisa duduk di salah satu tebing karang di sana dan memandang ke laut yang seperti tak berbatas. Saat itulah suasana menjadi begitu hening dan pikiran kita tiba-tiba menjadi kosong, meninggalkan hiruk-pikuk di kota-kota besar nau jauh di sana.
Paulus menuturkan, Wai Kambanga merupakan tempat favorit bagi warga setempat untuk memancing. Warga biasanya duduk di tebing-tebing di sana, lalu mencoba peruntungan dengan memancing ikan di laut. "Kami biasanya mancing pakai tali nilon saja, enggak pakai tongkat pancing," ungkap Paulus yang kadang juga memancing di Wai Kambana.
Untuk umpan saat memancing di Wai Kambanga, para pemancing biasanya memakai ikan-ikan ukuran kecil. Adapun jenis ikan yang kerap didapat para pemancing di tempat itu antara lain ikan tenggiri dan mubara. "Di waktu-waktu tertentu, tempat ini penuh dengan orang mancing. Sampai-sampai sulit dapat tempat lagi kalau datang terlambat," kata Paulus.
Namun, sore itu, kami tak bertemu dengan banyak pemancing. Selama berkeliling di Wai Kambanga, kami hanya melihat seorang warga yang tengah memancing di tebing seberang. Dengan berani, ia turun ke tebing yang sangat menjorok ke laut. Di salah satu ceruk sempit di jajaran tebing itu, ia terlihat tenang menunggu ikan-ikan memangsa umpan yang telah dipasangnya.
Seputih Bedak
Setelah puas menikmati keheningan di Wai Kambanga, kami melanjutkan perjalanan. Paulus mengajak kami mendatangi Pantai Karakat yang terletak tak terlalu jauh dari Wai Kambanga. Pantai ini juga berlokasi di pinggir jalan pantai utara Sumba Barat Daya sehingga kami tak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke sana.
Saat kami tiba, Pantai Karakat tampak sangat sepi. Hanya ada beberapa nelayan yang sedang memperbaiki perahu mereka di tepi pantai. Pantai ini memang menjadi salah satu tempat aktivitas para nelayan di Sumba Barat Daya.
Pesona utama dari Pantai Karakat adalah pasirnya yang sangat putih sehingga sejumlah orang secara berlebihan menyebutnya seputih bedak. Namun, saat melihatnya dengan mata kepala sendiri, rasanya sebutan itu tak terlalu berlebihan. Pasir di Pantai Karakat ini memang sangat putih, bersih, dan halus. Oleh karena itu, sore itu kami tak segan bermain-main di hamparan pasir yang memanjang di pinggir Pantai Karakat.
Yang juga menarik dari Pantai Karakat adalah adanya beberapa gua-gua kecil yang biasa dipakai untuk beristirahat oleh para nelayan. Gua-gua itu terletak di bukit yang berada di atas pantai. “Kalau kami sedang di sini dan tiba-tiba hujan, kami biasa berteduh di gua-gua itu,” kata salah seorang nelayan, Yulius Ramone (30).
Yulius menuturkan, pada hari-hari libur, Pantai Karakat dikunjungi cukup banyak warga Sumba Barat Daya yang ingin berlibur. Namun, tampaknya pantai ini belum terlalu dikenal di kalangan wisatawan dari luar Sumba. Padahal, pantai ini sangat layak untuk dijadikan salah satu destinasi jika berlibur di Sumba Barat Daya.
Pantai lain di Sumba Barat Daya yang juga layak dikunjungi adalah Pantai Pero. Pantai yang berlokasi di wilayah Kodi itu dikenal dengan ombaknya yang besar sehingga cocok untuk aktivitas selancar.
Yang unik, di tepi pantai ini, kita bisa menyaksikan fenomena ombak yang terhempas dan menjulang ke atas setelah menabrak batu karang. Fenomena itu terjadi karena ombak di Pantai Pero sangat besar, sementara di pinggir pantai tersebut terdapat banyak batu karang.
Saat mengunjungi Pantai Pero, kami melihat anak-anak setempat yang bermain dan mencari ikan di antara batu karang di sana. Mereka tertawa-tawa di antara batu karang yang tajam dan sama sekali tak merasa takut dengan ombak besar yang terus datang.
Sore itu, di tengah gerimis yang mulai menderas di Pantai Pero, kami menyadari bahwa Sumba Barat Daya ternyata dianugerahi kekayaan alam luar biasa yang belum semuanya dieksplor oleh para wisatawan. Karena itu, rasanya tak sabar untuk kembali ke sana dan menemukan lebih banyak keindahan tersembunyi lainnya.