BOGOR, KOMPAS - Mentalitas tim proyeksi Piala Gothia 2019 LKG-SKF Indonesia masih belum teruji. Dalam laga menghadapi timnas Indonesia U-16 di Stadion Padjadjaran, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (25/5/2019), tim LKG-SKF Indonesia tampil grogi sehingga semua kemampuan terbaik mereka tidak muncul. Akibatnya, walau menguasai permainan dengan peluang yang lebih banyak, mereka hanya puas main imbang 0-0 dengan timnas U-16.
"Saya tadi grogi banget melihat tim dengan jersey Garuda di dada itu. Jadinya, kaki saya terasa berat untuk lari dan menendang bola. Padahal, secara kemampuan, kami imbang-imbang saja. Buktinya, peluang kami lebih banyak dari mereka," ujar penyerang tim LKG-SKF Indonesia Muhammad Rido Julian seusai laga.
Dalam laga yang berlangsung 1x40 menit tersebut, tim LKG-SKF Indonesia langsung menekan sejak awal laga. Di menit pertama, penyerang Raka Cahyana Rizky berhasil mencuri bola dari lawan dan kemudian mengumpan ke Rido. Rido yang tinggal berhadapan dengan penyerang timnas melepaskan tembakan pelan. Sayangnya, tembakan Rido tepat di tubuh kiper timnas sehingga peluang itu gagal membuahkan gol.
Setelah peluang tersebut, tim LKG-SKF Indonesia terus menekan hingga lima menit kemudian. Sayangnya, setelah itu tim tampak kehilangan konsentrasi dan kepercayaan diri. Seiring itu, timnas mulai menemukan bentuk permainannya.
Secara keseluruhan, tim LKG-SKG Indonesia tampil lebih baik. Mereka berhasil menciptakan sedikitnya empat peluang emas, sedangkan timnas hanya menciptakan dua peluang emas.
Hanya saja, secara permainan, tim LKG-SKF Indonesia tidak bermain seperti biasanya. Mereka gagal mengeluarkan gaya bermain menyerang cepat lewat kedua bek sayap mereka. Para gelandang mereka juga tidak cepat menekan ketika lawan merebut atau menguasai bola. Adapun penyerang tidak tenang kala mendapatkan peluang.
Secara individu, pemain LKG-SKF Indonesia tampak tidak sanggup berlari. Wajah mereka pun tampak pucat. Mereka seolah terbebani dalam laga itu. "Tadi, kaki kami berat sekali. Rasanya susah digerakkan. Jadi, tidak sanggup berlari saat akan merebut bola maupun saat membawa bola," kata bek LKF-SKF Indonesia Kaka Irawan.
Pelatih LKG-SKF Indonesia Jumhari Saleh tidak memungkiri, anak asuhnya tegang sehingga tidak bisa bermain lepas. Semua itu karena mentalitas pemain belum teruji. Ini adalah laga pertama tim melawan tim dengan kemampuan seimbang dan punya nama besar. Empat laga uji coba sebelumnya, tim melawan pemain-pemain yang kemampuannya cenderung di bawah mereka dan tim lawan tersebut juga bukan tim besar layaknya timnas.
"Tim ini harus lebih sering bertanding dengan pemain-pemain yang lebih berkualitas dengan tim bernama besar. Itu penting untuk mental mereka sehingga lebih percaya diri di setiap pertandingan. Jika tidak begitu, mereka bisa kalah di Piala Gothia yang lawan-lawannya punya postur lebih besar, skill lebih baik, dan asal negara yang lebih terkenal dalam dunia sepak bola," tutur Jumhari.
Adapun timnas U-16 yang diarsiteki oleh Bima Sakti Tukiman melakukan dua kali pertandingan uji coba malam itu. Setelah melawan tim LKG-SKF Indonesia, mereka bertanding dengan tim Sister City DKI Jakarta yang berakhir dengan skor 1-0 untuk kemenangan timnas. Rangkaian pertandingan itu merupakan bagian persiapan timnas menghadapi Piala AFF U-16 2019 di Thailand pada 26 Juli-9 Agustus mendatang.
Secara keseluruhan, permainan timnas belum spesial. Tim belum bermain dengan padu. Para pemain coba bermain sendiri-sendiri. Umpan satu-dua maupun umpan silang tim juga kurang akurat. Hal itu boleh jadi karena timnas baru dibentuk sebulan terakhir.
Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria mengatakan, timnas U-16 masih dalam tahap seleksi. Jadi, secara individu maupun tim masih banyak kekurangan. "Saya berharap sebelum Piala AFF U-16, tim pelatih bisa terus mengelola mereka agar bsia mengeluarkan kemampuan terbaik," ujarnya. (DRI)