Kementerian Perhubungan meninjau kesiapan angkutan massal untuk arus mudik 2019. Sejumlah potensi kecelakaan, seperti tanah longsor, banjir, dan kecelakaan di pelintasan sebidang, perlu diantisipasi oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Oleh
Dhanang David Aritonang
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perhubungan meninjau kesiapan angkutan massal untuk arus mudik 2019. Sejumlah potensi kecelakaan, seperti tanah longsor, banjir, dan kecelakaan di pelintasan sebidang, perlu diantisipasi oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero). Armada bus juga diminta untuk melakukan ram check menjelang arus mudik.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memprediksi, jumlah pemudik kereta api tahun ini meningkat sekitar 3,4 persen dibandingkan tahun lalu. Pada 2018, jumlah pemudik berkisar 6,2 juta orang dan pada tahun ini menjadi 6,4 juta orang.
”Oleh sebab itu, kami ingin agar PT KAI bisa memberikan pelayanan terbaik bagi para penumpang. Selain itu, perlu juga untuk antisipasi jalur-jalur rawan kecelakaan, seperti longsor, banjir, dan kecelakaan di pelintasan sebidang,” ujarnya saat meninjau kesiapan mudik di Stasiun Gambir, Jakarta, Minggu (26/5/2019).
Menurut Budi, anomali cuaca saat ini sulit diprediksi sehingga petugas PT KAI (Persero) dan jajarannya perlu memantau jalur-jalur rawan seperti di daerah Garut hingga Ciamis. Kemudian, daerah Jawa Timur juga perlu menjadi perhatian karena rawan banjir.
”Daerah sekitar rel kereta wilayah Jabar bagian selatan terdiri dari tebing-tebing yang memiliki pergerakan tidak terduga. Harus selalu dipantau agar bisa nol kecelakaan (zero accident) pada mudik tahun ini,” ucapnya.
Budi mengatakan, untuk pelintasan sebidang, perlu ada komunikasi khusus dengan pemda setempat karena kebijakan mengenai pelintasan sebidang ini diatur oleh pemda. Perlu ada juga pemetaan daerah pelintasan sebidang yang rawan kecelakaan kendaraan.
Menanggapi hal itu, Direktur Utama PT KAI (Persero) Edi Sukmoro mengatakan, PT KAI telah menyiapkan 188 petugas untuk memantau daerah rawan bencana dan menyiapkan alat material untuk siaga, seperti bantalan rel, batu kricak, dan pasir, untuk mengantisipasi kerusakan.
”Kami juga menambah 873 penjaga pelintasan kereta api dan 428 pemeriksa jalur. Selain itu, kami menyiagakan 1.480 anggota polsuska dan 8.761 personel satpam untuk menjaga keamanan di kereta dan stasiun,” ucapnya.
Edi mengatakan, hingga Minggu (26/5/2019), jumlah tiket yang terjual sudah mencapai 70 persen dari 6,4 juta pemudik yang menggunakan kereta. Tiket arus mudik kereta api dari H-1 hingga H-7 sudah habis terjual.
”Tiket yang tersisa hanya tinggal untuk H-8 dan H-10. Kami juga menambah 5.346 kursi per hari dengan 10 KA Tambahan Lebaran Ekstra berdasarkan rute Jakarta, Bandung, menuju Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur,” ucapnya.
Persiapan Bus
Selain meninjau Stasiun Gambir, Budi juga meninjau kesiapan bus di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta. Berdasarkan hasil peninjauan, masih ada beberapa operator bus yang belum melakukan ram check kendaraan menjelang mudik.
”Kami tidak menyarankan penumpang untuk naik bus yang belum dilakukan ram check, ini demi keselamatan para penumpang,” ujarnya.
Budi mengatakan, Kemenhub akan segera menyurati operator bus yang belum melakukan ram check. ”Kami akan tegas terkait hal ini dan kami tidak akan perkenankan operator bus yang tidak melakukan ram check sebagai angkutan mudik Lebaran,” katanya.
Berdasarkan survei Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan, diprediksi pada arus mudik 2019 ini akan ada 4.459.690 penumpang yang akan menggunakan bus dari Jabodetabek.
Selain itu, berdasarkan survei, dari total pemudik sebanyak 14.901.468 orang di Jabodetabek, sebagian besar akan berangkat menuju Jawa Tengah (37,58 persen), Jawa Barat (24,8 persen), Jawa Timur (11,14 persen), dan sisanya tersebar di sejumlah daerah.