Penyaluran donasi sosial dipermudah dengan kehadiran teknologi yang dikemas dengan cara kreatif sehingga menambah daya tarik. Namun, pilihan tetap ada di tangan masyarakat. Mau cara konvensional atau menggunakan teknologi.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
Penyaluran donasi sosial dipermudah dengan kehadiran teknologi yang dikemas dengan cara kreatif sehingga menambah daya tarik. Namun, pilihan tetap ada di tangan masyarakat. Mau cara konvensional atau menggunakan teknologi.
Sistem pembayaran dan alat pembayaran yang kian luas digunakan dalam berdonasi. Masyarakat makin mudah dan praktis menyampaikan donasi.
Cara yang digunakan Hutchison Tri Indonesia atau Tri adalah menawarkan paket isi ulang data seluler dengan nama Berbagi Berkah.
Deputy General Manager Hutchison Tri Indonesia Arum K Prasodjo menjelaskan, dari setiap pembelian, Tri memotong 10 persen. Nilainya Rp 500 atau Rp 1.000. Potongan ini didonasikan untuk kelompok duafa melalui Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, dan Sukses Zakat. Hingga kini, dana yang terkumpul Rp 1 miliar.
”Pelanggan usia muda sebenarnya mau berdonasi sosial. Salah satu kebutuhan mereka saat berdonasi adalah kemudahan. Maka, kami tawarkan kemudahan berdonasi dengan kemasan paket isi ulang data seluler,” ujar Arum.
Tri memiliki 38 juta pelanggan yang 95 persen di antaranya berusia 15-35 tahun. Mayoritas pelanggan mengisi ulang pulsa dan paket data seluler.
”Dengan kemasan kreatif, hasrat berbagi sosial tersalurkan. Pada saat bersamaan, kebutuhan isi ulang paket data seluler terpenuhi,” kata Arum.
Sementara berdasarkan data PT Go-Jek Indonesia dalam Ramadan Consumer Behaviour 2018, salah satu perilaku konsumen yang menonjol adalah bersedekah dan berbagi. Donasi yang terkumpul melalui fitur Go-Tix dan Go-Pay naik 12 kali lipat selama Ramadhan 2018 daripada Ramadhan 2017.
Pada Ramadhan 2018, sekitar 22.000 pengguna aplikasi Go-Jek berdonasi dengan total nilai Rp 1,25 miliar. Puncak kenaikan pemberian tip per pesanan di platform Go-Jek terjadi pada hari pertama perayaan Idul Fitri.
Head of Third Party Platform Go-Jek Sony Radhityo memaparkan, fitur Go-Give diluncurkan untuk memudahkan pelanggan berdonasi, menyetor zakat, infak, dan sedekah. Pengembangan Go-Give berkolaborasi dengan penyedia layanan dalam jaringan khusus penggalangan dana Kitabisa.com. Layanan di Go-Give dapat dibayar memakai Go-Pay.
”Go-Give melengkapi ekosistem layanan yang sudah ada di platform Go-Jek. Melalui layanan Go-Give, pengguna bisa memilih untuk berdonasi, bersedekah, berzakat, bahkan menghitung zakatnya,” katanya.
Mengutip laporan riset Kitabisa.com, ”Online Giving Report 2018”, Sony mengemukakan, donasi daring telah jadi tren. Pada 2017-2018, aktivitas donasi daring meningkat lebih dari dua kali lipat.
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) memberi kemudahan membayar zakat dan donasi. Melalui Jenius, aplikasi perbankan digital milik BTPN, nasabah bisa membayar zakat dan berdonasi.
Head of Digital Banking BTPN Irwan Sutjipto menceritakan, pihaknya sempat menggelar survei daring independen terhadap 360 orang yang aktif memanfaatkan layanan digital. Tujuan survei, mengetahui perilaku finansial pengguna selama Ramadhan 2018. Diketahui, pengeluaran mereka dialokasikan untuk kebutuhan berbuka puasa, membayar zakat, membeli takjil, membeli baju Lebaran, berburu pernak-pernik Ramadhan, dan keperluan mudik.
Perihal obyek berbagi selama Ramadhan, hasil survei menunjukkan, orangtua tetap menjadi prioritas utama. Selanjutnya, barulah yayasan sosial, saudara kandung, orang-orang sekitar, dan teman.
”Kerja sama dengan Baznas sejalan dengan semangat Jenius yang menghadirkan kemudahan layanan finansial. Aplikasi Jenius memungkinkan nasabah membayar zakat atau berdonasi dengan lebih sederhana, mudah, dan aman,” katanya.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Zainut Tauhid Sa’adi yang dihubungi menuturkan, pembayaran zakat melalui platform digital, termasuk memakai uang elektronik, diperbolehkan. Uang elektronik pada dasarnya adalah sarana pembayaran.
Pilihan
Sukarelawan Rumah Zakat, Alamsyah, menceritakan, Rumah Zakat mengembangkan pembayaran zakat melalui dompet elektronik mulai 2018. Rumah Zakat bekerja sama dengan Go-Pay, OVO, Doku, dan LinkAja. Keempat dompet elektronik ini dipilih karena pertimbangan popularitas pemakaian.
”Pembayaran zakat bertransformasi dari tatap muka menuju layanan pengiriman uang di sistem perbankan, lalu melalui teknologi finansial. Kami menawarkan ketiga saluran tersebut. Masyarakat dapat memilih yang diinginkan,” ujarnya.
Alamsyah menambahkan, pengembangan saluran pembayaran zakat melalui dompet elektronik menyasar generasi milenial. Tujuannya, mendekatkan zakat pada kehidupan mereka yang sehari-hari terpapar teknologi digital. Meski demikian, nilai zakat dari dompet elektronik belum sebesar transfer melalui bank.
Masyarakat dapat memilih yang diinginkan.
Nasabah layanan perbankan digital Jenius, Ivan Loviano (30), mengungkapkan, teknologi digital memudahkannya berdonasi.
Sebaliknya, Antika (24), perantau asal Malang di Jakarta, menyatakanlebih sreg berdonasi secara langsung dan bertatap muka.
Berbagai cara berdonasi tersedia. Pilihan tetap ada di tangan kita.