Asosiasi Indonesia dan China Jalin Kerja Sama Batubara
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia menggandeng asosiasi serupa dari China atau China National Coal Association melalui penandatanganan kerja sama perdagangan dan pengembangan batubara. Kerja sama tersebut diharapkan mempererat hubungan Indonesia-China di sektor batubara.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
Asosiasi pertambangan batubara Indonesia dan China bekerja sama kembangkan perdagangan dan nilai tambah batubara.
JAKARTA, KOMPAS — Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia menggandeng asosiasi serupa dari China atau China National Coal Association melalui penandatanganan kerja sama perdagangan dan pengembangan batubara. Kerja sama tersebut diharapkan mempererat hubungan Indonesia-China di sektor batubara.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, kerja sama akan fokus pada pengembangan ekspor-impor batubara. Kedua belah pihak juga sepakat dalam pengembangan nilai tambah batubara. Pemanfaatan teknologi yang lebih ramah lingkungan juga jadi bagian kerja sama.
”Kedua belah pihak sepakat mempertahankan hubungan perdagangan yang baik serta menghormati kebijakan sektor batubara di negara masing-masing,” kata Hendra di Jakarta, akhir pekan lalu.
China adalah mitra paling strategis bagi Indonesia untuk perdagangan batubara. China jadi tujuan utama ekspor batubara dengan porsi rata-rata 25 persen dari total volume ekspor batubara Indonesia. Negara tujuan ekspor lain adalah India (21,9 persen), Jepang (11,6 persen), Korea Selatan (8,7 persen), dan sisanya adalah negara-negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Filipina.
Ketua Umum APBI Pandu Sjahrir menambahkan, kerja sama dengan China National Coal Association (CNCA) tidak berpengaruh langsung terhadap penjualan batubara asal Indonesia ke China. Namun, kerja sama akan lebih khusus pada kebijakan-kebijakan sektor batubara di kedua negara. Ia menyebut, CNCA punya akses langsung ke pembuat kebijakan sektor batubara di China.
”Paling tidak, kita bisa membangun relasi sehingga bisa saling tahu (terkait kebijakan sektor batubara di kedua negara). Ini juga untuk kepentingan kita,” kata Pandu.
Harga turun
APBI beranggotakan 91 perusahaan tambang batubara, baik yang berskema perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) maupun izin usaha pertambangan (IUP) batubara. Lebih dari 80 persen produksi batubara Indonesia disumbang oleh anggota APBI. Tak hanya perusahaan tambang batubara, APBI juga berisikan perusahaan yang bergerak di sektor jasa pertambangan.
Tahun ini, tren harga batubara terus turun dari 92,41 dollar AS per ton pada Januari jadi 81,86 dollar AS per ton pada Mei. Berdasar catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tren penurunan harga batubara sudah terjadi sejak Agustus 2018. Saat itu, harga batubara 107,83 dollar AS atau tertinggi sepanjang 2018. Pada akhir tahun 2018, harga batubara ditutup pada angka 92,51 dollar AS.
Menurut Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama pada Kementerian ESDM Agung Pribadi, penurunan harga batubara dipicu oleh turunnya permintaan batubara dari China dan India. Kedua negara itu adalah dua pembeli utama batubara Indonesia. Kelesuan ekonomi global juga turut berpengaruh terhadap harga jual batubara.
”Saat ini China dan India mulai mengurangi pasokan batubara dari Indonesia. Mereka menerapkan proteksi impor dengan memperbanyak produksi batubara dalam negeri,” kata Agung.