Jakarta Fair Kemayoran Diminati, tetapi Perlu Perbaikan
Penyelenggaraan Jakarta Fair Kemayoran 2019 diharapkan menggairahkan perekonomian Ibu Kota. Selain memamerkan beragam produk dengan merek internasional, Jakarta Fair yang sejak 2004 diadakan di Kemayoran itu juga memfasilitasi UMKM dari sejumlah daerah di Indonesia.
Oleh
PINGKAN ELITA DUNDU
·4 menit baca
HUT DKI Jakarta selalu identik dengan festival, salah satunya Jakarta Fair Kemayoran. Ajang tahunan ini banyak ditunggu orang meskipun perbaikan juga tetap dibutuhkan.
JAKARTA, KOMPAS — Penyelenggaraan Jakarta Fair Kemayoran 2019 diharapkan menggairahkan perekonomian Ibu Kota. Selain memamerkan beragam produk dengan merek internasional, Jakarta Fair yang sejak 2004 diadakan di Kemayoran itu juga memfasilitasi UMKM dari sejumlah daerah di Indonesia.
Pada Jumat (24/5/2019) sore, kawasan JiExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, sudah ramai. Begitu gerbang Jakarta Fair Kemayoran (JFK) dibuka pukul 15.30, pengunjung mulai bergerak menuju gerai yang diincar. Transaksi dimulai.
Liza Amalia (25), salah satu pengunjung, datang bersama kakaknya, Meilani (30). Warga Bekasi Timur ini sengaja menempuh puluhan kilometer demi mengejar barang bermerek dengan harga spesial di JFK.
Diskon spektakuler membuat banyak pengunjung menyerbu gerai yang sama dengan Liza. Di gerai itu, sepotong kaus yang harga normalnya Rp 200.000-Rp 400.000 dijual Rp 30.000 per potong. Kemeja pria seharga Rp 1 juta-an dan Rp 700.000-an dijual Rp 150.000.
Setelah terkumpul sekitar 20 kaus, Liza menuju kasir. Baru saja kasir menyelesaikan proses memasukkan data ke mesin, mendadak listrik padam.
Memang, padamnya listrik hanya semenit. Namun, itu sudah membuat kepanikan petugas kasir karena mereka harus memulai dari awal transaksi pembelian. Padahal, antrean di belakang kedua petugas kasir tersebut sudah lima orang.
Listrik juga padam di sebagian kawasan makanan dan minuman serta otomotif. Kondisi ini mengurangi kenyamanan berbelanja.
”Enggak tahu kenapa sampai listriknya padam. Kami jadi tidak bisa melayani secara maksimal pengunjung yang datang,” kata seorang karyawan di gerai Kawasaki, Jumat malam.
Lebih tertata
Terlepas dari banyak tempat yang gelap akibat listrik padam, pengunjung tetap antusias datang ke JFK. Lorong-lorong di antara gerai ramai pengunjung dan petugas yang menawarkan beragam produk.
Halaman parkir sepeda motor di Pintu Masuk 9 di gedung Perniagaan JiExpo pun penuh sesak. Sama halnya dengan tempat parki mobil.
”Sudah lima tahun saya tidak pernah ke PRJ (sekarang JFK). Sekarang lebih tertata bagus. Begitu saya masuk dari pintu kawasan Gambir langsung ketemu berbagai produk fashion,” ujar Daniel (35), warga Cipulir, Jakarta Selatan.
Melihat warga antusias mendatangi JFK, pedagang yang sempat khawatir atas kerusuhan yang terjadi pekan lalu menjadi optimistis bisa meraup keuntungan di ajang tersebut.
”Memang, sejak dibuka Rabu (22/5), pengunjungnya agak sepi dibandingkan dengan JFK tahun sebelumnya. Bisa jadi karena kemarin ada kerusuhan,” kata ZF Sossy Bambang (66), perajin sulam pita Fictorina Collection, di anjungan Yogyakarta.
Sossy yang juga instruktur kerajinan sulam pita itu membuka kesempatan bagi pengunjung untuk berlatih membuat kerajinan sulam pita.
Ia mengatakan, ada 40 perajin dari Yogyakarta yang berpartisipasi dalam JFK kali ini. Karena keterbatasan tempat, mereka dibagi dalam empat tahap, masing-masing selama 10 hari. Sossy yang mendapat kesempatan pertama ini berharap waktu yang tersisa bisa membuat semua kerajinan tangan buatannya terjual habis.
Marketing Director PT Jakarta International Expo (JIExpo) Ralph Scheunemann menargetkan nilai transaksi bisnis dalam JFK 2019 mencapai Rp 7,5 triliun atau meningkat sekitar 7 persen dibandingkan tahun sebelumnya, Rp 7 miliar.
Berdasarkan data pengelola, tahun ini, JFK diikuti 2.700 perusahaan peserta dalam 1.500 stan yang memamerkan berbagai produk dari berbagai skala usaha. Ada perusahaan multinasional hingga UMKM. Jakarta Fair yang ke-52 kali ini mengusung tema ”Jakarta Fair Indonesia Bersatu”.
Arief Nasrudin, Direktur Utama Perumda Pasar Jaya, mengatakan, pengunjung bisa mendapatkan aneka keperluan dengan harga yang juga lebih terjangkau di JFK.
”Makanya, Jakarta Fair juga kami ikuti karena kami punya misi menjaga inflasi tadi,” ucap Arief.
Sementara Awang (35), pedagang kerak telor di halaman gedung perniagaan JiExpo, belum merasakan ramainya pembeli.
”Tiga hari ini agak sepi. Tetapi, biasanya begitu sudah memasuki minggu kedua, mulai banyak pembeli,” kata Awang yang merupakan keturunan ketiga penjual kerak telor di JFK.
Sebelumnya, Awang yang masih kecil ikut berdagang kerak telor dengan kakeknya, Muhammad Sapiie, di PRJ (nama JFK dulu). Ketika remaja, ia ikut berdagang dengan ayahnya. Mereka tergabung dalam Paguyuban Kerak Telor Mampang Buncit.