Pemberhentian aktivitas pengerjaan tol layang Jakarta-Cikampek dan relokasi Gerbang Tol Cikarang Utama untuk persiapan arus mudik dan balik Lebaran 2019 berdampak pada berkurangnya secara drastis kemacetan lalu lintas di Jalan Tol Jakarta-Cikampek.
Oleh
Stefanus Ato
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Pemberhentian aktivitas pengerjaan tol layang Jakarta-Cikampek dan relokasi Gerbang Tol Cikarang Utama untuk persiapan arus mudik dan balik Lebaran 2019 berdampak pada berkurangnya secara drastis kemacetan lalu lintas di Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Sejumlah ruas jalan yang selama ini rawan kemacetan karena penyempitan jalan tol sudah digeser kembali ke posisi normal.
Dari pantauan Kompas, Senin (27/5/2019) pukul 16.30, di Kilometer (Km) 16 Jalan Tol Jakarta-Cikampek atau dekat Kelurahan Sepanjang Jaya, Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat, lalu lintas arah Jakarta ke Cikampek atau sebaliknya melaju tanpa hambatan. Di jalan itu juga tidak terlihat ada pekerja atau alat berat yang tengah beraktivitas di sana.
General Manager Jasa Marga Cabang Jakarta Cikampek Raddy R Lukman mengatakan, penghentian pengerjaan proyek Jalan Tol Jakarta-Cikampek dilakukan sejak 25 Mei 2019. Pada hari itu, pekerja juga kembali menggeser pagar pembatas proyek yang selama ini menutup sebagian ruas jalan tol.
”Itu mengurangi kemacetan lajur yang bahu atau sebagian lajurnya hilang. Kami kembalikan ke normal. Jadi, kalau dilihat sekarang itu jauh berbeda kemampuan lajur dengan sebelumnya,” ucapnya.
Salah satu penyebab kemacetan akibat pengerjaan Jalan Tol Jakarta-Cikampek selama ini akibat penyempitan jalan karena pengerjaan jalan tol di Km 10, Km 14, Km 21, Km 22, Km 28, dan Km 31. Namun, setelah pengerjaan dihentikan, semua lajur jalan tol dari arah Cikampek atau sebaliknya berfungsi normal, yaitu 2 x 4 lajur dari Km 0 sampai Km 38 dan 3 x 2 lajur dari Km 38 sampai Km 73.
”Kemarin saya coba itu kecepatannya lebih dari 100 kilometer per jam. Kalaupun nanti terjadi kemacetan, itu bisa karena hambatan lain, seperti truk mogok,” ucapnya.
Tarif terbuka
Raddy menambahkan, penyebab lain mulai terurainya kemacetan lalu lintas di Jalan Tol Jakarta-Cikampek adalah relokasi Gerbang Tol (GT) Cikarang Utama ke gerbang tol pengganti di GT Kalihurip Utama dan GT Cikampek Utama, sejak 23 Mei 2019. Relokasi itu, selain mengurangi kepadatan di gerbang tol, juga mengubah sistem tarif pembayaran jalan tol.
Sebelumnya, pengguna jalan hanya membayar tarif jalan tol sesuai jarak. Namun, sejak GT Cikarang Utama ditutup, pembayaran tarif dilakukan merata, baik jarak dekat maupun jauh.
”Kalau sistem terbuka, sekali bayar dan berhentinya cuma sekali. Itu pembayarannya bisa di depan saat masuk atau di belakang saat keluar,” kata Raddy.
Ia mengakui, pada awal penutupan GT Cikarang Utama terjadi kemacetan luar biasa di GT Cikampek Utama karena didominasi kendaraan Non-Golongan 1. Hal itu lumrah terjadi karena setiap Kamis merupakan puncak pergerakan angkutan barang akibat bongkar muat di sejumlah pelabuhan, termasuk Pelabuhan Tanjung Priok.
”Ada juga faktor lain, seperti banyaknya kendaraan angkutan barang yang saldo e-toll-nya kurang. Itu menyebabkan turunnya kapasitas transaksi signifikan di GT Cikarang Utama dari 315 kendaraan per jam menjadi 144 kendaraan per jam. Tetapi terus turun dan sekarang sudah normal,” tutur Raddy.