Ketika Sopir Ojek Kehilangan Sepeda Motor Saat Bekerja
Bagi kebanyakan orang, kehilangan sepeda motor adalah musibah serius. Peristiwa ini bisa menurunkan semangat kerja. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Anton Budi Laksono. Sopir ojek daring ini tetap menyelesaikan pengiriman makanan yang dipesan pelanggan meski sepeda motornya hilang.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
Bagi kebanyakan orang, kehilangan sepeda motor adalah musibah serius. Peristiwa ini bisa menurunkan semangat kerja. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Anton Budi Laksono. Sopir ojek daring ini tetap menyelesaikan pengiriman makanan yang dipesan pelanggan meski sepeda motornya hilang.
Rabu (22/5/2019) malam, seusai mengantar pelanggan, Anton menerima permintaan dari pelanggan lain untuk membelikan makanan dan minuman di sebuah restoran Jepang. Seusai merespons permintaan itu, pria 39 tahun ini langsung melesat menuju lokasi restoran itu di bilangan Kelapa Gading.
Setibanya di sana, ia memarkir sepeda motor matik miliknya. Mitra pengemudi Go-Jek ini masuk dan memesan sesuai permintaan pelanggan. Setelah menanti lima menit, pesanan Anton selesai dibuatkan dan diberikan kepadanya.
Saat keluar dari restoran, Anton terkejut karena tidak menemukan sepeda motornya. Dia bertanya kepada tukang parkir, tetapi tidak ditemukannya sepeda motor matik keluaran 2017 itu. ”Yang tersisa tinggal helmnya,” ujar Anton, yang ditemui Senin (27/5/2019), mengisahkan kembali kejadian naas itu.
Alih-alih membatalkan pengiriman, mencari sepeda motornya, dan melapor kepada polisi, Anton malah berpikir keras bagaimana cara mengirimkan pesanan makanan itu. Anton kemudian menghubungi sesama sopir ojek daring untuk membantunya mengantarkan makanan itu kepada pelanggan.
Setibanya di lokasi, Anton buru-buru meminta maaf kepada pelanggan yang memesan makanan. ”Maaf sekali. Sudah 40 menit dari pemesanan. Saya terlambat mengirimkannya,” ujar Anton.
Fitro (36), sang pemesan makanan, justru bingung dengan Anton. Baginya, menunggu pemesanan makanan hingga 40 menit masih dalam batas toleransinya. Fitro kemudian menanyakan apa yang menimpa Anton. Lalu, Anton bercerita, standar waktu pengiriman dan estimasi waktu di aplikasi sebetulnya 15 menit. Dia terlambat mengirim lantaran sepeda motornya hilang dicuri orang saat memesan makanan.
”Saya kaget mendengarnya. Antara kasihan dan salut dengan Pak Anton yang masih mau mengantarkan makanan,” ujar Fitro.
Anton berkilah, pesanan makanan kepada pelanggan merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhinya. ”Pesanannya itu ada makanan dan minuman. Kalau makanan sudah tidak hangat dan minuman sudah tidak dingin, itu namanya saya mengecewakan pelanggan,” ucap Anton.
Bantuan media sosial
Terkesan dengan Anton, Fitro pun membagikan kisah itu di laman Facebook pribadinya. Dalam sekejap, kisah Anton itu mengundang banyak simpati dan menjadi viral. Di antara sekian banyak komentar, ada seorang warganet yang mengusulkan agar Anton dibantu donasi pembelian sepeda motor baru melalui situs kitabisa.com.
Situs kitabisa.com adalah situs yang mempertemukan warganet yang hendak menjadi donatur dengan penerima donasi. Fitro kemudian mencoba mengajukan permohonan donasi di sana.
Hanya dalam waktu sehari, donasi yang terkumpul mencapai Rp 90 juta, padahal permintaan donasi hanya Rp 18 juta. ”Saya terkejut. Ternyata simpati warganet di media sosial itu besar sekali,” ujar Fitro.
Sementara itu, Anton senang sekaligus kaget karena ia baru diberi tahu bakal dapat bantuan Rp 90 juta pada Senin sore ini. ”Padahal, saya hanya mengerjakan tugas saya. Motor hilang itu bagian dari risiko. Namun, ternyata banyak orang baik yang ingin membantu saya. Terima kasih banyak,” ujar Anton.
Tidak hanya itu, pihak Go-Jek pun akan memberikan bantuan sepeda motor baru untuk Anton. ”Ini adalah apresiasi Go-Jek untuk mitra pengemudi yang telah memberikan layanan terbaik,” ujar Alvita Chen, Senior Manager Corporate Affairs Go-Jek.
Anton senang sekali mendapat bantuan Rp 90 juta. Bantuan itu berkah luar biasa bagi dirinya dan keluarganya. Sehari-hari Anton bekerja untuk menghidupi istri dan keempat anaknya. Pagi hari sampai petang, Anton bekerja sebagai pegawai lepas bidang pemasaran perusahaan swasta di industri makanan. Malam hari seusai banting tulang, suami dari Sukesih (39) ini melawan dinginnya malam dengan menjadi sopir ojek daring.
”Harus menghidupi anak dan empat istri setiap hari. Belum untuk membayar uang kontrakan,” ujar Anton yang tinggal di Jalan Tipar Cakung, Kelurahan Cakung, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
Dana bantuan itu akan diprioritaskan untuk pendidikan anak. Apalagi anaknya yang sulung, Istiana Laksono (17), akan masuk perguruan tinggi tahun ini. Dia juga akan menyisihkan sebagian uang itu untuk merawat si bungsu, Moza Malik, yang berusia 20 bulan.
Tak lupa dana bantuan itu juga untuk membantu dua anak lainnya, yaitu Ismi Isnain (13) dan Malika Salsabila (8). ”Kalau kerja ikhlas, Allah bisa membantu,” ujar Anton.