Warga yang diduga menjadi korban keracunan saat safari Ramadan buka puasa bersama di Desa Narahan, Kecamatan Pulau Petak, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, berangsur-angsur membaik dan dipulangkan dari rumah sakit. Kerjasama lintas sektor dilakukan untuk mengetahui penyebabnya dan mengantisipasi hal serupa agar tak terulang.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
KAPUAS, KOMPAS — Kondisi warga yang diduga menjadi korban keracunan saat safari Ramadhan buka puasa bersama di Desa Narahan, Kecamatan Pulau Petak, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, berangsur-angsur membaik dan sebagian dipulangkan dari rumah sakit. Kerja sama lintas sektor dilakukan untuk mengetahui penyebabnya dan mengantisipasi hal serupa agar tak terulang.
Kamis (23/5/2019), sebanyak 290 warga diduga keracunan setelah acara buka puasa bersama di Masjid Nurul Istiqomah di Desa Narahan. Mereka mengeluhkan mual, muntah, buang air besar berkali-kali, demam, dan pusing sehingga harus dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr Soemarno Sosroatmodjo, Kapuas. Hingga Senin (27/5) pukul 11.00 Wita, sebanyak 60 orang masih menjalani perawatan meski tidak ada pasien yang kondisinya kritis.
”Secara umum, kondisi pasien membaik. Pasien yang dirawat masih butuh perawatan hingga kondisinya benar-benar bisa dipulangkan,” ujar Direktur RSUD dr Soemarno Sostroatmodjo, Agus Waluyo.
Akan tetapi, status kejadian luar biasa yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Kapuas belum dicabut. Pemkab Kapuas menunggu sampai semua korban sembuh. Pelaksana Tugas Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Kapuas Suwarno Muriyat mengatakan, pemerintah masih fokus menangani masyarakat yang tengah dirawat.
Inspektur Pengawas Daerah di Kepolisian Daerah Kalteng Komisaris Besar Benone Jesaja Louhenapessy mengatakan, kerja sama lintas sektor sedang dilakukan untuk mengetahui penyebab dugaan keracunan itu. Pemeriksaan terhadap lima saksi yang terdiri dari juru masak, pemesan makanan, dan penjual makanan masih dilakukan.
”Proses penegakan hukum dilakukan dengan kerja sama berbagai sektor. Sebab, dibutuhkan ahli-ahli tertentu untuk memastikan alat bukti dan sampel yang ada,” ujar Benone.
Uji laboratorium
Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (POM) Palangkaraya sudah mengambil empat sampel makanan dan air untuk mengetahui penyebab dugaan keracunan itu. Hasil uji laboratorium diperkirakan bisa didapat pada Jumat.
Sampel yang diambil adalah nasi putih, telur masak merah, air, dan roti kacang hijau yang dihidangkan saat buka puasa bersama. Hasil uji laboratorium diharapkan dapat mengetahui pada tahap apa makanan menjadi tidak baik dikonsumsi.
”Nanti bisa diketahui yang bermasalah di mana. Apakah bahan bakunya, proses pencucian dan memasaknya, atau tahap pengemasan makanannya,” ujar Kepala Balai Besar POM Palangkaraya Trikoranti Mustikawati.
Hasil uji laboratorium ini juga bakal menjadi rujukan sejumlah pihak untuk melakukan pengawasan, penindakan, dan sosialisasi di masyarakat. Menurut keterangan yang dihimpun Balai Besar POM di Palangkaraya, sebelum dimasak, telur dan beras dicuci menggunakan air di Desa Narahan.
Ia menduga masyarakat tidak terbiasa mengolah masakan dalam jumlah banyak. Acara buka puasa itu dihadiri sekitar 300 orang. Untuk itu, sosialisasi pengolahan dan pengemasan makanan akan terus dilakukan.
”Ketika makanan sudah matang, bisa saja disimpan di tempat yang kurang higienis dan proses pengemasannya di luar ruangan. Saat itu mungkin ada bakteri yang menempel di makanan,” katanya.