Penambangan Emas Ilegal di NTB Jadi Perhatian Bersama
PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Universitas Mataram dan Nexus3 Foundation bekerjasama untuk peningkatan kapasitas terkait pemantauan dan penanganan dampak lingkungan, kesehatan, sosial, dan ekonomi di kawasan-kawasan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di wilayah NTB seperti Sekotong, Lombok Barat dan Sumbawa Barat. Kerjasama itu bertujuan mendorong masyarakat, kegiatan penambangan, dan para tenaga kerja yang terkait dengan pengolahan atau ekstraksi emas agar memiliki kesadaran akan hidup sehat dan bebas racun.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA/KHAERUL ANWAR
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Universitas Mataram dan Nexus3 Foundation bekerja sama untuk peningkatan kapasitas terkait pemantauan dan penanganan dampak lingkungan, kesehatan, sosial, dan ekonomi di kawasan penambangan emas tanpa izin (PETI) di wilayah Nusa Tenggara Barat, seperti Sekotong, Lombok Barat dan Sumbawa Barat.
Kerja sama itu bertujuan mendorong masyarakat, kegiatan penambangan, dan tenaga kerja yang terkait dengan pengolahan atau ekstraksi emas agar memiliki kesadaran akan hidup sehat dan bebas racun.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Hamsu Kadriyan saat dihubungi dari Mataram, Senin (27/5/2019), mengatakan, kerja sama itu diawali kerja sama antara Universitas Mataram dan Nexus3 Foundation (sebelumnya Bali Fokus) sejak dua atau tiga tahu lalu.
”Kami memantau dampak dari penambangan skala kecil atau tidak berizin di daerah Sekotong, Lombok Barat dan Sumbawa Barat, terutama pemantauan dampak kesehatan dan melakukan beberapa kegiatan riset dan pengabdian,” kata Hamsu.
Pengabdian itu, menurut Hamsu, antara lain meliputi pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan tentang bahaya dari bahan-bahan yang digunakan untuk pemurnian emas seperti merkuri.
Kami memantau dampak dari penambangan skala kecil atau tidak berizin di daerah Sekotong, Lombok Barat dan Sumbawa Barat, terutama pemantauan dampak kesehatan dan melakukan beberapa kegiatan riset dan pengabdian.
”Di sana, kami menemukan kasus yang patut diduga akibat keracunan merkuri. Misalnya kelemahan otot, kelainan bawaan seperti ada jari yang tidak tumbuh, anus tidak muncul sehingga harus dibuatkan anus baru, termasuk ada yang kaki tidak sempurna atau bengkok. Kasus itu paling banyak ditemukan di Sekotong, Lombok Barat. Di Kabupaten Sumbawa Barat juga ada, tetapi tidak sebanyak Sekotong,” katanya.
Sebagai tindak lanjut, bersama Nexus3 Foundation, menurut Hamsu, mereka mulai menangani kasus-kasus tersebut, misalnya pengobatan oleh dokter-dokter Fakultas Kedokteran Unram dan Rumah Sakit Provinsi NTB. Sejalan dengan itu, mereka juga tetap melakukan riset mendalam. Tujuannya untuk memastikan apakah kelainan bawaan itu murni akibat keracunan merkuri atau ada pemicu lain. ”Sekarang kami sedang meneliti tentang genetiknya,” kata Hamsu.
Melibatkan perusahaan
Dalam perjalanan itu, PT Amman Mineral ikut terlibat. ”Alasan bekerja sama dengan Amman Mineral karena mereka perusahaan yang sudah bekerja dengan izin. Otomatis jika sudah berizin paling tidak prosedur standar operasi sudah baku dan paling sedikit risiko yang timbul karena pengelolaan limbahnya. Isitlahnya sudah sesuai dengan standar internasional,” ujarnya.
Di sisi lain, kata Hamsu, di sekitar perusahaan tambang Amman Mineral juga banyak tambang tidak berizin berskala kecil yang memang mungkin tidak sesuai dengan prosedur penambangan yang benar. ”Itu bisa berdampak ke masyarakat dan bisa saja PT Amman Mineral dipersalahkan sehingga mereka mendukung kami untuk melakukan riset lebih lanjut terkait keracunan merkuri itu,” kata Hamsu.
Menurut dia, dengan adanya kerja sama, mereka bisa mendorong penambang emas skala kecil agar mengurus izin. Dengan cara itu, mereka bisa menambang dengan prosedur yang benar, termasuk pengelolaan limbah dan menghentikan penggunaan merkuri. ”Tetapi kalau tidak mampu memenuhi persyaratan itu, ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan dengan pemberdayaan yang tidak merusak lingkungan,” ucap Hamsu.
Hal itu penting untuk ditekankan mengingat riset yang mereka lakukan di titik-titik PETI, baik di Sekotong maupun Sumbawa Barat, terjadi pencemaran yang sangat parah.
Itu bisa berdampak ke masyarakat dan bisa saja PT Amman Mineral dipersalahkan sehingga mereka mendukung kami untuk melakukan riset lebih lanjut terkait keracunan merkuri.
Yuyun mengatakan, mereka telah turun ke NTB sejak 2012 dan berkeliling ke sejumlah daerah di NTB untuk mengetahui sejauh mana pencemaran terjadi. Mereka mengambil sampel pada beras, tanah, sedimen, ikan, hingga udara. Dari sana, diketahui bahwa telah terjadi kontaminasi merkuri.
”Anak-anak di lokasi yang tercemar banyak yang berkebutuhan khusus, otaknya sudah rusak karena terkontaminasi merkuri. Ada yang suka pingsan, epilepasi, dan lainnya,” katanya.
Lima tahun
Head Of Corporate Communications PT Amman Mineral Anita Avianty menambahkan, penandatanganan nota kesepahaman dilakukan di Mataram pada Kamis (23/5/2019) oleh Presiden Direktur PT Amman Mineral Nusa Tenggara Rachmat Makkasau, Wakil Ketua Nexus3 Foundation Yuyun Ismawati Drwiega, dan Rektor Universitas Mataram Lalu Husni.
”Kerjasama ini akan berlangsung selama lima tahun dan dimulai sejak penandatanganan nota kesepahaman tersebut. Tidak menutup kemungkinan untuk dilanjutkan,” kata Anita.
Menurut Anita, Amman mineral akan berperan dalam mengupayakan dan membantu pengadaan sumber daya yang diperlukan untuk merealisasikan pelaksanaan Program Pemantauan dan Penanganan Dampak Lingkungan, Kesehatan, Sosial, dan Ekonomi PETI di NTB.
”Selain menyediakan sumber daya manusia yang memiliki keahlian, berkoordinasi dengan pihak lain yang relevan dalam mendukung penelitian dan pelaksanaan kegiatan program pemantauan dan penanganan,” kata Anita.
Selain itu, Amman Mineral bersama Unram dan Nexus3 Foundation akan membantu pemerintah kabupaten/kota dan provinsi NTB untuk menyusun rencana aksi daerah dalam rangka pengurangan dan penghapusan merkuri sesuai arahan pemerintah pusat.
Selain menyediakan sumber daya manusia yang memiliki keahlian, berkoordinasi dengan pihak lain yang relevan dalam mendukung penelitian dan pelaksanaan kegiatan program pemantauan dan penanganan.
Sementara Unram, menurut Hamsu, akan menyediakan tenaga ahli. ”Kami punya dosen yang cukup banyak dan berkualifikasi mulai dari guru besar, doktor, spesialis, master. Kami ingin memberi sumbangsih. Kebetulan kita di FK atau Unram punya kewajiban mengamalkan Tri Dharma perguruan tinggi.” kata Hamsu.
Yuyun menambahkan, Nexus3 akan membantu peningkatan kapasitas dan membangun kesadaran melalui seminar atau lokakarya. Tidak hanya masyarakat, tetapi juga semua pemangku kepentingan. ”Termasuk pemerintah karena kalau mereka tidak mengerti tentang merkuri, siapa yang akan melarang,” ujarnya.