Sedikitnya 8.000 Pemudik dari Jayapura Gunakan Kapal
Antusiasme warga Jayapura, Papua, menggunakan kapal laut dalam arus mudik tahun ini sangat tinggi. Total, sekitar 8.000 penumpang telah terangkut kapal dari Pelabuhan Jayapura hingga Senin (27/5/2019).
Oleh
FABIO COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Antusiasme warga Jayapura, Papua, menggunakan kapal laut dalam arus mudik tahun ini sangat tinggi. Total, sekitar 8.000 penumpang yang telah terangkut kapal dari Pelabuhan Jayapura hingga Senin (27/5/2019).
Dari pantauan Kompas di Pelabuhan Jayapura, Senin, sekitar 1.700 penumpang meninggalkan Jayapura dengan menggunakan kapal Pelni Ciremai. Rata-rata pemudik di Pelabuhan Jayapura bertujuan ke sejumlah daerah seperti Ambon, Bau-Bau, Makassar, dan Surabaya.
Tampak puluhan petugas dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Jayapura, PT Pelni, beserta Polsek Kawasan Pelabuhan Laut Jayapura mengamankan jalannya arus mudik sejak pukul 09.00 hingga pukul 13.00 WIT.
Kepala PT Pelni Cabang Jayapura Harianto Sembiring mengatakan, 8.000 penumpang tersebut dari empat kali pengangkutan di Pelabuhan Jayapura menuju sejumlah rute arus mudik. Jumlah itu lebih banyak ketimbang tahun lalu, sekitar 5.000 penumpang, dari empat kali perjalanan ke sejumlah rute.
”Kemungkinan meningkatnya penumpang kapal karena para penumpang merasa harga tiket kapal lebih murah daripada tiket pesawat,” ucap Harianto.
La Iwan (34), penumpang kapal, saat ditemui mengatakan, dirinya bersama istri dan ketiga anak lebih memilih menggunakan kapal ke Bau-Bau karena harga tiketnya lebih murah, yakni Rp 400.000 per tiket.
”Kami tidak mampu membeli tiket pesawat. Harganya sudah mencapai Rp 4 juta ke Bau-Bau per orang untuk sekali perjalanan,” ucap Iwan.
Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal menegaskan, pihaknya akan memanggil sejumlah maskapai penerbangan yang beroperasi di Papua apabila belum menurunkan tarif batas atas hingga 12 persen. Penurunan itu sesuai dengan instruksi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Sementara itu, Kepala Polda Papua Brigadir Jenderal (Pol) Rudolf Albert Rodja menjamin keamanan saat arus mudik dan Lebaran di Papua. Dia mengatakan, ada 718 personel yang disebar di sejumlah lokasi.
Berada di ujung timur Indonesia, sejarah Islam sudah terentang sejak lama. Dalam tulisan di harian Kompas berjudul ”Kaimana dan Keguyuban” pada Kamis, 16 Agustus 2012, Islam masuk tanah Papua dibawa pedagang dan atas pengaruh Kesultanan Tidore yang bersentuhan lebih dulu dengan Islam sejak abad ke-9 Masehi.
Pada zaman pemerintahan Sultan Nuku, Kesultanan Tidore mencapai keemasannya. Kekuasaannya terbentang mulai dari Kepulauan Raja Ampat, Papua daratan, Seram Timur, Watubela, Pulau-pulau Garang, sampai Jazirah Bomberay. Jazirah ini meliputi Kaimana dan Fakfak yang kini masuk Provinsi Papua Barat. Hingga kini, keguyuban masyarakat terus dijaga dalam keberagaman.