Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, kembali meletus dengan kolom abu setinggi 2.500 meter, Senin (27/5/2019). Sinabung sudah dua kali meletus setelah statusnya diturunkan dari Awas menjadi Siaga, sepekan lalu. Masyarakat diminta tidak memasuki zona merah yang telah ditetapkan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KABANJAHE, KOMPAS – Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, kembali meletus dengan kolom abu setinggi 2.500 meter, Senin (27/5/2019). Sinabung sudah dua kali meletus setelah statusnya diturunkan dari Awas menjadi Siaga, sepekan lalu. Masyarakat diminta tidak memasuki zona merah yang telah ditetapkan.
Pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung Badan Geologi Armen Putra mengatakan, Sinabung erupsi pada pukul 06.29. Erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 41 milimeter dan durasi enam menit 24 detik. Letusan itu menyebabkan hujan abu tipis.
Tingkat aktivitas Gunung Sinabung sebelumnya diturunkan Badan Geologi dari Awas menjadi Siaga pada Senin (20/5), pukul 10.00. Aktivitas gunung api tersebut sebelumnya sangat tinggi sehingga berstatus Awas selama empat tahun, sejak 2 Juni 2015.
Setelah tingkat aktivitasnya diturunkan, erupsi pertama kali terjadi pada Sabtu (25/5). Armen mengingatkan, status Sinabung hanya diturunkan satu tingkat. Statusnya pun kini masih Siaga sehingga kemungkinan meletus masih tetap ada. Masyarakat bisa menghindari bahaya letusan asalkan tidak masuk ke zona merah.
Cakupan zona merah Sinabung saat ini radius 3 kilometer dari puncak Sinabung. Khusus untuk sektor timur-utara zona merah radius 4 km dan selatan-timur radius 5 km karena merupakan jalur awan panas. Potensi bahaya Sinabung pun masih tetap ada. Radius 5 km di jalur awan panas masih berisiko awan panas guguran, gas beracun, guguran lava, aliran lava, serta lontaran batu pijar. Radius hingga 7 km masih berisiko dilanda lahar hujan, hujan abu, dan material pijar.
Armen mengatakan, aktivitas kegempaan Sinabung saat ini rendah dan didominasi gempa embusan dan tektonik jauh. Sementara, gempa hibrid yang menunjukkan pertumbuhan kubah lava, gempa frekuensi rendah yang menunjukkan adanya suplai energi dari dapur magma, dan gempa guguran penanda runtuhnya kubah lava, relatif sangat rendah.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Martin Sitepu mengatakan, erupsi yang terjadi dua kali dalam sepekan belakangan ini menyebabkan hujan abu tipis, tetapi tidak mengganggu aktivitas warga. Abu vulkanis juga tidak merusak tanaman warga.
Martin mengatakan, meskipun status Sinabung telah diturunkan, jalan-jalan masuk ke zona merah masih tetap dijaga. Petugas juga berpatroli ke ladang-ladang untuk meminta warga keluar dari ladang yang berada di zona merah.
“Akan tetapi, sejumlah warga masih nekat berladang di zona merah,” katanya.
Martin mengatakan, saat ini, mereka juga tengah focus memulangkan 1.079 keluarga yang selama empat tahun ini dievakuasi ke hunian sementara dan rumah kontrakan bantuan pemerintah. Warga dari lima desa tersebut dipulangkan karena desanya telah dikeluarkan dari zona merah seiring penurunan status Sinabung.
“Kami mengutamakan pemulangan warga secara mandiri. Jika ada warga yang ingin pulang sendiri ke desanya kami persilakan,” katanya.
Martin mengatakan, mereka sulit memulangkan warga sekaligus karena sebanyak 731 keluarga tinggal di rumah kontrakan yang berbeda. Pemerintah juga tidak mempunyai data mereka tinggal. Hanya ada 348 keluarga yang tinggal di hunian sementara yang dibangun pemerintah.