Springhill Hidupkan Lagi Magnet Lampung

Oleh

Jannes Eudes Wawa

· 5 menit baca

Lampung boleh saja dekat dengan Jakarta. Keindahan alamnya pun menarik. Penerbangan hanya butuh 30 menit. Tetapi, belum masuk dalam urutan pertama daftar kunjungan wisatawan ibukota. Banyak hal jadi kendalanya. Itu sebabnya Springhill mau mencoba mengurainya.

Sekitar pukul 11.45 WIB, setelah melakukan doa bersama, CEO Springhil Group Hadi Kusuma, COO Springhill Group AH Marhendra bersama enam pimpinan kelompok usaha tersebut melakukan pengguntingan pita secara bersama pertanda mulai beroperasinya Springhil Condontel Lampung. Ratusan orang, termasuk pejabat pemerintah setempat dan para mitra bisnis menyambut peresmian ini dengan suka cita. Setelah itu pintu utama gedung pun dibuka untuk umum.

“Hari ini Bandar Lampung resmi memiliki Condontel berkelas premium. Secara tidak langsung menandakan wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang besar dan menjadi daya tarik bisnis saat ini dan di masa depan,” kata Mahendra.

Condontel yang milik Springhill Group yang terletak di Jalan Basuki Rahmat Nomor 16 Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung ini dibangun dengan memadukan apartemen, hotel dan pusat perbelanjaan (lifestyle mall) dengan fasilitas yang lengkap dan eksklusif. Fasilitas yang tersedia antara lain kolam renang, ruang serba guna (function hall), ruang pertemuan, spa dan terapi treatment, pusat kebugaran, taman, restoran, dan ruang publik yang membuat para penghuni dapat berinteraksi dengan sesama penghuni atau para tamu hotel dan pengunjung mal.

Bahkan, dari kolam renang di luar ruangan yang berada di lantai tiga tampak pemandangan laut di sebelah selatan dan pegunungan serta sebagian kota Bandar Lampung di sisi utara. Suasana tersebut memungkinkan pengunjung berada lebih lama di area ini, sebab ingin menikmati pula panorama yang indah itu. Bahkan, bagi mereka yang keranjingan berswafoto, kolam renang dan taman bisa menjadi lokasi yang paling pas untuk mengabadikan kenangan.

Berkolaborasi

Di dalam mal yang diberi nama Lampung Town Square (Latos) tersebut, selain ada pusat perbelanjaan, tersedia pula pusat ritel dan kuliner. Fasilitas ini akan memanjakan para penghuni apartemen dan tamu hotel. Mereka tidak perlu ke lokasi lain lagi untuk berbelanja kebutuhan.

“Kami akan mengajak para perajin dan pelaku kuliner Lampung untuk memanfaatkan fasilitas yang ada sebagai upaya pemberdayaan ekonomi Lampung. Bagaimana pun kami tidak bisa berjalan sendiri. Kami harus berkolaborasi dengan kekuatan lokal untuk saling mendukung,” ujar Marhendra.

Membangun Springhill Condontel dengan konsep 3 in 1 ini merupakan pertama di Lampung. Konsep itu disiapkan sejak empat tahun silam dengan melibatkan arsitek kawasan Ridwan Kamil yang kini Gubernur Jawa Barat. Pilihan pada Lampung, menurut Marhendra, sebab wilayah ini sesungguhnya memiliki segalanya, dari dasar laut hingga hutan alam, dan dekat dengan Jakarta. Tetapi, potensi besar itu belum tergali optimal, serta belum banyak dilirik investor.

Sadar akan adanya magnet Lampung yang besar, lanjut Marhendra, Springhill mengembangkan bisnis properti ini. Dana yang ditanamkan berkisar Rp 400 miliar hingga Rp 500 miliar. Gedung Springhill ini dibangun pada lahan seluas 7.000 meter persegi dengan tinggi 20 lantai. Itu diperuntukan bagi area parkir kendaraan dua lantai, pusat perbelanjaan dan restoran empat lantai, hotel enam lantai, lalu delapan lantai sisanya untuk apartemen dan condontel.

Kami akan mengajak para perajin dan pelaku kuliner Lampung untuk memanfaatkan fasilitas yang ada sebagai upaya pemberdayaan ekonomi Lampung. Bagaimana pun kami tidak bisa berjalan sendiri. Kami harus berkolaborasi dengan kekuatan lokal untuk saling mendukung

Apartemem dan condontel tersedia 74 unit, hotel 187 kamar terkategori bintang empat. Harga apartemen dan condontel dimulai dari Rp 765 juta per unit dengan luas minimal 30,8 meter persegi, dan paling mahal Rp 2,459 miliar per unit dengan luas ruangan 101,3 meter persegu, serta dapat diangsur 24 kali. Ruangan dengan pemandangan ke laut lebih mahal.

“Target kami adalah pasar lokal. Hotel, misalnya, kami menargetkan 50 persen tamu berasal dari daerah-daerah di dalam Provinsi Lampung. Sekitar 30 persen baru dari luar, seperti Jakarta, dan sekitar 20 persen wisatawan asing,” ungkap Marhendra.

Demikian pula dengan apartemen dan condontel. Target pasar juga pada masyarakat Lampung. Soal harga minimal Rp 765 juta per unit yang tergolong mahal, menurut dia, cara melihat sesuatu barang untuk berinvestasi bukan seperti itu. “Nilai atau harga itu relatif. Yang paling penting adalah bagaimana cara membayar dan prospeknya,” ujarnya.

Khusus pengelolaan hotel, Springhill menjalin kerjasama dengan Golden Tulip yang merupakan bagian dari Louvre Group (Groupe du Lourve), operator hotel dari Perancis yang memiliki reputasi kelas dunia. Itu sebabnya hotel ini diberi nama Golden Tulip Springhill Lampung.

“Tahap promosi ini, harga yang ditawarkan mulai Rp 600.000 per malam. Bahkan, untuk libur lebaran, harga kamar mulai Rp 800.000 per malam. Sejauh ini pemesanan kamar mulai ramai. Semoga terus bertambah ya,” ujar GM Golden Tulip Springhill Lampung Rizal H Sutoni.

Garap daerah potensial

Menurut Manajer Promosi, Event dan Club House Springhill Group Dudy Tadjuddin, kebutuhan penginapan di Bandar Lampung semakin tinggi. Salah satu contoh okupansi hotel pada akhir pekan hingga mencapai 85 persen. Bahkan, pada waktu tertentu mencapai 100 persen.

Kondisi ini ditunjang oleh keberadaan Lampung sebagai kawasan penyangga Jakarta atau pintu masuk bagian selatan Sumatera. Setiap saat ada penyeberangan menggunakan kapal dari Pulau Jawa ke Sumatera, dan sebaliknya mengangkut ribuan kendaraan bermotor dan manusia.

Selain itu, setiap hari juga ada 16 penerbangan menuju Bandar Lampung, dan sebagian besar terkoneksi dengan Jakarta dengan lama penerbangan hanya 30 menit. “Jarak Jakarta dan Lampung yang begitu dekat dan mudah dijangkau membuat kebutuhan hunian dan penginapan pun menjadi sangat prospektif secara bisnis. Inilah pertimbangan utama Springhill,” jelas Dudy.

Kendati Lampung memiliki magnet yang besar, tetapi kekuatan magnet itu perlu diperbesar lagi guna dapat menarik semakin banyak investasi masuk ke wilayah tersebut. Caranya antara lain, menurut Ali Kuku, pengusaha di Lampung adalah membangun dan meningkatkan kualitas infrastruktur ke semua wilayah potensial. Misalnya, dibangun jalan raya menuju Teluk Kiluan di Kabupaten Tanggamus. Di sana, pantainya bagus dan menjadi lokasi permainan ikan lumba-lumba.

“Kalau jalan dibangun dengan kualitas baik, wisatawan pasti berduyun-duyun mengunjungi lokasi itu. Lampung bisa menjadi pilihan utama bagi wisatawan domestik dari Jabodetabek. Apalagi waktu terbang pun sangat pendek, hanya 30 menit. Ekonomi lokal bakal berkembang. Warga setempat juga bisa memasarkan produk pertanian dan berbagai hasil lainnya. Kebutuhan infrastruktur seperti ini yang paling dibutuhkan masyarakat di daerah saat ini,” ujar Ali Kuku. (Vina Oktavia)

Editor: