Kerukunan dalam keberagaman adalah wajah Indonesia. Dari Bandung, Jawa Barat, semuanya dihidupkan di jalanan untuk kemaslahatan bangsa ke depan.
Oleh
SAMUEL OKTORA
·4 menit baca
Kerukunan dalam keberagaman adalah wajah Indonesia. Dari Bandung, Jawa Barat, semuanya dihidupkan di jalanan untuk kemaslahatan bangsa ke depan.
Lesung pipi penyanyi Afgan Syah Reza jadi magnet di halaman depan Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (25/5/2019), sekitar pukul 16.20. Sore itu, dia sukses membuat senyum ibu-ibu dan remaja putri mengembang menyambut waktu buka puasa tiba.
"Dia... Dia... Dia...,” suara Afgan nyaris tak terdengar lagi di lirik salah satu lagunya itu. Semuanya tenggelam di antara riuh para penggemarnya yang ikut bernyanyi.
”Senang sekali saya bisa hadir di sini dalam suasana kebersamaan. Ini kesekian kalinya saya diundang dalam acara yang digelar Pemerintah Provinsi Jabar,” kata Afgan, menyapa ribuan hadirin.
Kehadiran Afgan kali ini memeriahkan acara Buka Bersama on the Street (Bubos) 2019. Acara ini digelar Pemprov Jabar bersama Go-Jek, penyedia layanan on demand (sesuai permintaan) berbasis aplikasi. Buka puasa bersama itu digelar serentak di 27 kabupaten/kota se-Jabar. Di pusat pemerintahan Jabar, acaranya dipusatkan di Gedung Sate dan sebagian ruas Jalan Diponegoro, Kota Bandung.
Sedikitnya 3.000 orang dari berbagai penjuru kota hadir dalam acara bertema ”Memuliakan Al Quran, Memperkuat Ukhuwah, Menghadirkan Cinta” itu. Pesertanya adalah aparatur sipil negara dari 50 organisasi perangkat daerah (OPD) Pemprov Jabar, kaum duafa, lanjut usia, sejumlah komunitas, masyarakat umum, serta forum komunikasi pimpinan daerah.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyapa sejumlah kepala daerah melalui konferensi video, seperti Wali Kota Cimahi Ajay M Priatna, Bupati Karawang Cellica Nurrachaddiana, Wakil Bupati Pangandaran Adang Hadari, dan Wali Kota Bogor Bima Arya.
”Bagaimana keadaan di Kota Cimahi, Pak Wali ?” kata Kamil menyapa.
”Situasi saat ini di Cimahi aman dan kondusif, Pak Gubernur,” sahut Ajay.
Di pengujung acara digelar kultum Ramadhan, tausiah tentang Hikmah Nuzululquran, juga tadarus Al Quran yang dipimpin Ustaz Aam Amirudin. Acara ditutup dengan buka puasa bersama.
Wajah Indonesia
Menurut Kamil, acara itu juga meneguhkan kembali tentang indahnya kebersamaan dalam keberagaman. Dia mengatakan, kesempatan ini menjadi ajang tepat untuk memperlihatkan wajah Indonesia.
”Betapa indah ukhuwah islamiah, terjalin kerukunan dan persatuan. Yang hadir saat ini tak hanya dari umat Islam, tetapi juga dari umat agama lain. Buka bersama ini juga merupakan perayaan kebersamaan dan simbol cinta,” ujar Kamil.
Ia juga menyinggung, kondisi di wilayah Jabar secara umum saat ini berbeda dengan situasi dinamika psikologis bangsa ini. Salah satunya, kerusuhan di sekitar Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di Jalan MH Thamrin, Jakarta, dan Petamburan, Jakarta, beberapa waktu lalu. Dia sangat berharap, hal itu tidak terjadi di Jabar.
”Kondisi di sini mencerminkan wajah Jabar yang sejuk, masyarakatnya yang toleran dan religius, juga semangat sabilulungan (persaudaraan) yang tinggi. Saya titip kepada semua bupati dan wali kota, tebarkanlah pesona kesejukan, persatuan, kerukunan, sambil terus menjaga kondusivitas dan keamanan di wilayah masing-masing,” tutur Kamil.
Ketua Forum Perempuan Kristen (FPK) Jabar Maria Widhowati, yang turut hadir bersama sejumlah umat nasrani, menyambut positif buka bersama ini. Dia dan komunitasnya bahkan ikut menyediakan 500 paket nasi ayam dan 1.500 paket kue kering.
”Bandung dikenal sebagai kota toleran dan ini momen yang indah, sekaligus praktik kebersamaan, kesetaraan, juga berbagi kasih,” ujar Maria.
Selain itu, bersama FPK Jabar, juga ada 25 orang dari kalangan duafa, di antaranya tukang sampah dan tukang gali kubur. Mereka, selain mendapat takjil dan makanan untuk berbuka puasa, juga diberi parsel sebagai oleh-oleh buat keluarga.
Mahdar (54), warga Kelurahan Babakan, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung, yang sehari-hari bekerja sebagai tukang sampah mengatakan bahagia datang dan berbaur dalam acara itu. Baru kali itu dia datang di acara Gedung Sate.
”Apalagi bisa menikmati makanan enak, juga dapat parsel, yang saya tidak bisa beli. Suasana di sini juga nyaman, orang banyak bisa berkumpul bersama. Di tempat lain, kan, malah ada rusuh,” ucap Mahdar.
Hal yang sama dikatakan Ari Siti (33), warga Sukajadi, Kota Bandung. Dia melihat semua orang berbaur bersama dalam damai pada acara ini. Semuanya, lanjut Ari, membuatnya semakin bangga menjadi orang Indonesia yang dikelilingi keberagaman.
Begitu azan maghrib berkumandang, Siti segera membuka tutup botol air mineral. Ia pun meneguk air di dalam botol itu untuk melepas dahaganya. Rasanya segar, seperti Ramadhan penuh rahmat.
”Ramadhan merupakan bulan suci dan dinanti-nanti, yang membawa berkah. Saat-saat indah seperti ini, warga bisa berkumpul, termasuk dari umat agama lain, bukan saja yang Muslim. Kiranya semangat toleransi, kedamaian, dan kerukunan itu tetap terjalin untuk seterusnya,” ujar Siti.