Tol Trans-Jawa Jadi Magnet
Sekitar 150.000 kendaraan per hari diperkirakan melintasi Jalan Tol Trans-Jawa saat masa mudik Lebaran. Pemerintah menyiapkan sejumlah kebijakan untuk mengantisipasi kepadatan.
JAKARTA, KOMPAS Jalan Tol Trans-Jawa menjadi magnet utama pada mudik Lebaran tahun ini. Sekitar 150.000 kendaraan roda empat diperkirakan melintasi tol sepanjang 965 kilometer tersebut. Untuk mengantisipasi kemacetan di Jalan Tol Trans-Jawa, pemerintah memberlakukan kebijakan lalu lintas satu arah, diskon tarif tol, dan menghentikan pengerjaan proyek di jalan tol.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, jumlah kendaraan yang melintasi Jalan Tol Trans-Jawa pada masa mudik meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan hari biasa yang sebanyak 70.000 kendaraan per hari.
”Pada arus mudik nanti diperkirakan bisa mencapai 150.000 kendaraan per hari,” kata Budi seusai memimpin apel gelar pasukan angkutan Lebaran PT Kereta Api Indonesia di Stasiun Gambir, Jakarta, Minggu (26/5/2019).
Mudik Lebaran tahun ini menjadi yang pertama bagi masyarakat untuk menjajal Jalan Tol Trans-Jawa yang terhubung dari Merak, Banten, hingga Probolinggo, Jawa Timur. Pemudik dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) diperkirakan memadati jalur ini.
Merujuk pada survei dan kajian Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan, dari 1 juta mobil pribadi yang ditumpangi 4,3 juta orang dari Jabodetabek pada Lebaran tahun ini, sekitar 40 persen akan melintasi Jalan Tol Trans-Jawa. Jalur ini lebih banyak dipilih dibandingkan dengan jalan lain, seperti jalur pantura, jalur selatan Jawa, atau jalan alternatif.
Menurut Budi, untuk mencegah kemacetan di Trans-Jawa, selain memberlakukan sistem lalu lintas lawan arus (contra flow) dan satu arah (one way), pihaknya juga akan menambah 20 tempat istirahat di sepanjang Tol Trans-Jawa. Hal itu ditujukan agar pemudik tidak membeludak di tempat istirahat yang ada saat ini. Namun, pelaksanaan di lapangan tidak terpaku pada rencana yang telah disusun. Kebijakan lain disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Berdasarkan pengamatan Kompas, titik kemacetan awal di Trans-Jawa diprediksi terjadi di Simpang Cikunir Kilometer 10 karena merupakan titik pertemuan kendaraan dari Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR) dengan kendaraan dari arah tol dalam kota Jakarta.
Selain itu, lokasi yang berpotensi jadi titik rawan macet merupakan gerbang tol (GT) transaksi, seperti GT Cikampek Utama, GT Palimanan, GT Kali Kangkung, GT Banyumanik, GT Waru Gunung, dan GT Sidoarjo. Adapun gerbang tol keluar yang rawan macet adalah GT Colomadu dan GT Waru.
Sistem satu arah
Rencana rekayasa lalu lintas satu arah di Jalan Tol Trans-Jawa selama masa arus mudik dan arus balik Lebaran 2019 mengalami perubahan. Berdasarkan rencana terbaru, kepolisian akan memberlakukan rekayasa lalu lintas berupa perpaduan lalu lintas melawan arus dan sistem satu arah di Tol Trans-Jawa.
Kepala Korlantas Polri Inspektur Jenderal Refdi Andri mengatakan, pengaturan lalu lintas berupa lawan arus ataupun satu arah akan diberlakukan pada 30 Mei hingga 2 Juni 2019 untuk arus mudik serta 8-10 Juni 2019 untuk arus balik.
Rekayasa contra flow diberlakukan mulai Kilometer 29 sampai dengan Kilometer 61 Jalan Tol Jakarta-Cikampek pada pukul 06.00 sampai 21.00 WIB. Saat pemberlakuan sistem lawan arus pada arus mudik akan ada penambahan satu lajur untuk kendaraan yang meninggalkan Jakarta. Sementara saat arus balik, akan ada penambahan satu lajur untuk kendaraan yang menuju ke Jakarta.
Sementara itu, sistem satu arah diberlakukan mulai dari Kilometer 70 Jalan Tol Jakarta-Cikampek sampai dengan Kilometer 263 Jalan Tol Pejagan-Pemalang pada pukul 09.00-21.00. Ketika pemberlakuan satu arah pada arus mudik, semua kendaraan yang meninggalkan Jakarta bisa menggunakan dua jalur yang tersedia. Adapun saat arus balik, kendaraan yang menuju Jakarta bisa menggunakan dua jalur yang tersedia.
Skema lawan arus dan sistem satu arah itu diterapkan untuk mengakomodasi lalu lintas kendaraan jarak pendek serta lalu lintas kendaraan dari dan menuju Bandung.
Skema tersebut berbeda dengan rencana awal. Sebelumnya, Korlantas akan memberlakukan sistem satu arah di Jalan Tol Trans-Jawa selama 24 jam pada 30 Mei-2 Juni 2019 saat arus mudik dari Kilometer 29 hingga Kilometer 262. Sistem satu arah itu awalnya juga direncanakan diterapkan selama arus balik dari Kilometer 189 hingga Kilometer 29 pada 7-9 Juni 2019.
Selain rekayasa lalu lintas, pekerjaan proyek di jalan tol juga akan dihentikan untuk mengantisipasi kepadatan kendaraan. PT Jasa Marga mulai menghentikan proyek terhitung sejak 26 Mei pukul 00.00 WIB hingga 15 Juni 2019 pukul 24.00 WIB. Direktur Operasi Jasa Marga Subakti Syukur, Minggu, mengatakan, salah satu proyek yang dihentikan sementara adalah pembangunan Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek.
Memangkas waktu
Berdasarkan penelusuran tim Kompas, perjalanan melintasi Jalan Tol Trans-Jawa memang bisa memangkas waktu perjalanan cukup signifikan. Perjalanan tim Kompas dari Surabaya-Semarang melalui Tol Trans-Jawa dengan jarak 328 kilometer, misalnya, hanya membutuhkan waktu sekitar 3 jam 30 menit.
Adapun perjalanan Semarang-Surabaya dengan melewati jalur pantura sejauh 315 kilometer butuh waktu sekitar 8 jam 48 menit. Kebanyakan masyarakat pun memilih Trans-Jawa daripada jalur non-tol karena waktu perjalanan lebih singkat.
Teguh (38), warga Pasuruan, Jawa Timur, mengatakan, Jalan Tol Trans-Jawa memangkas waktu tempuh perjalanannya menuju daerah Kudus, Jawa Tengah. Ia berencana akan menggunakan Tol Trans-Jawa ketika mudik.
”Saya tinggal di Pasuruan, dan kampung saya di Kudus. Sebelum ada tol, saya harus menempuh sekitar 8-9 jam melalui jalur pantura Jawa. Semenjak ada Tol Trans-Jawa, Pasuruan-Kudus bisa saya tempuh dengan waktu 6 jam,” ujar Teguh saat ditemui di Tempat Istirahat 519 Tol Solo-Ngawi, pertengahan Mei lalu. (AIN/HRS/DVD/WER/ILO)