Antisipasi Kepadatan Pantura, Jalur Alternatif Disiapkan
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Penerapan sistem satu arah di jalan tol pada puncak arus mudik Lebaran 2019 diprediksi memicu lonjakan kendaraan di jalur pantai utara atau pantura Jawa Barat. Selain menyiagakan personel dan menertibkan pasar tumpah, pengalihan arus melalui jalur alternatif juga disiapkan untuk mengantisipasi penumpukan kendaraan.
”Sistem one way (satu arah) berdampak pada kepadatan pantura,” ujar Kepala Kepolisian Resor Cirebon Ajun Komisaris Besar Suhermanto saat Apel Operasi Ketupat 2019 untuk arus mudik dan balik Lebaran, Selasa (28/5/2019), di Lapangan Ranggajati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Turut hadir Pelaksana Tugas Bupati Cirebon Imron Rosyadi dan sejumlah pejabat setempat.
Direncanakan, Korps Lalu Lintas Polri memberlakukan sistem satu arah di Jalan Tol Trans-Jawa mulai Kilometer (Km) 70 ruas Jakarta-Cikampek hingga Km 263 ruas Pejagan-Pemalang pada 30 Mei hingga 2 Juni saat masa mudik. Sementara sistem satu arah saat arus balik diberlakukan 7-9 Juni. Penerapan sistem satu arah itu mulai pukul 09.00-21.00.
Dengan begitu, jalur A, B, hingga area istirahat di kiri dan kanan jalan dimanfaatkan oleh pengendara yang mengarah ke timur, yaitu Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur. Artinya, besar kemungkinan kendaraan ke arah sebaliknya akan beralih ke jalur arteri pantura.
Kendaraan yang didominasi roda dua dari arah barat akan bertemu dengan kendaraan yang datang dari arah timur karena tidak dapat melintasi jalan tol. Kementerian Perhubungan memprediksi, sekitar 273.000 mobil pribadi dan 6,85 juta unit sepeda motor melintasi pantura. Cirebon, yang berbatasan dengan Jateng, menjadi titik awal pertemuan tersebut.
”Kalau jalur pantura macet, kendaraan akan dialihkan ke jalur alternatif. Ini situasional. Namun, kondisi jalur itu sudah bagus,” ujar Suhermanto. Sejumlah personel polisi juga turut menjaga jalur tersebut.
Pengalihan ke jalur alternatif untuk kendaraan dari Bandung menuju Jateng, misalnya, dapat melalui Sumberjaya-Ciwaringin-Palimanan-Plumbon-Weru-Kota Cirebon-Gebang-Losari-Jateng. Jalur lainnya adalah Bandung-Sidawangi-Dukupuntang-Sumber-Ciperna-Beber-Karangsembung-Pabuaran-Jateng.
Bagi pengendara asal Jakarta yang ingin ke Jateng dapat melalui jalur alternatif Plumbon-Sumber-Talun-Kalitanjung-jalur pantura Kota Cirebon-Mundu-Losari-Jateng. Sebaliknya, pengendara dari Jateng yang ingin ke Jakarta dapat melintasi jalur alternatif dari Jalan Kalijaga, Kota Cirebon-Jalan Samadikun-Gunung Jati-Suranenggala-Karangampel-pantura Indramayu. Meski demikian, jarak tempuh pengendara bakal bertambah beberapa kilometer.
Menurut Suhermanto, pihaknya juga bakal menertibkan pedagang dan penarik becak di sekitar pasar tumpah untuk memperlancar arus mudik. Pasar tumpah itu tersebar di Tegalgubug, Palimanan, Weru, Gebang, dan Losari.
”Tujuh hari sebelum Lebaran atau tanggal 30 Mei, bahu jalan sudah bersih dari pedagang dan tukang becak,” ujarnya.
Namun, menurut Plt Bupati Cirebon Imron Rosyadi, belum ada kebijakan khusus untuk penarik becak di sekitar pasar tumpah dalam arus mudik kali ini. ”Mereka tetap beroperasi, tetapi tidak mengganggu arus kendaraan,” ujarnya.
Sebanyak 2.030 personel gabungan TNI, Polri, dan instansi terkait juga disiagakan untuk arus mudik dan balik Lebaran sejak 29 Mei hingga 10 Juni. Mereka tersebar di 2 pos terpadu, 4 pos pelayanan, 14 pos pengamanan, dan 55 pos pengatur lalu lintas.
Kepala Dinas Kesehatan Enny Suhaeni menambahkan, pihaknya menyiagakan 982 petugas, dari dokter hingga perawat, selama arus mudik dan balik Lebaran. Mereka ditempatkan di 25 titik bersama instansi lain.
”Selama cuti, puskesmas tetap buka untuk melayani pemudik. Obat juga sudah disiapkan. Keluhan para pemudik selama ini adalah kelelahan dan pegal-pegal,” ujarnya.