Libur Lebaran, Malioboro Terapkan Sistem Buka-Tutup
Selama libur Lebaran, Jalan Malioboro yang berada di jantung Kota Yogyakarta menerapkan sistem buka-tutup untuk mengatasi kepadatan lalu lintas.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Selama libur Lebaran, Jalan Malioboro yang berada di jantung Kota Yogyakarta menerapkan sistem buka-tutup. Sistem itu diberlakukan sesuai tingkat kepadatan lalu lintas di kawasan yang menjadi salah satu destinasi utama wisatawan tersebut.
Kepala Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta Sigit Sapto Raharjo menyampaikan hal tersebut seusai menghadiri gelar pasukan Operasi Ketupat Progo 2019 di Markas Kepolisian Daerah DIY, di Kabupaten Sleman, Selasa (28/5/2019).
”Selama libur Lebaran, Jalan Malioboro masih bisa dilalui, tetapi diberlakukan sistem buka-tutup jalan saat kawasan itu terlalu padat,” kata Sigit.
Ia menjelaskan, sejumlah akses menuju Jalan Malioboro akan ditutup jika lalu lintas mulai menunjukkan kepadatan. Kendaraan yang melintas akan diarahkan untuk tidak melewati jalan tersebut. Namun, jika masih ingin berwisata di kawasan Malioboro, pengunjung diharapkan memarkirkan kendaraannya di kantong-kantong parkir.
Dinas Perhubungan DIY telah menyiapkan sejumlah lokasi parkir bagi pengunjung yang hendak berwisata di kawasan Malioboro. Lokasi parkir tersebut berada di Taman Parkir Abu Bakar Ali, Taman Khusus Parkir Beskalan, dan Taman Parkir Ngabean. Jalan-jalan sirip di sepanjang Jalan Malioboro juga ada yang bisa digunakan sebagai area parkir nantinya.
Sigit menambahkan, cara mengantisipasi kepadatan di kawasan tersebut juga dilakukan dengan mengubah durasi lampu lalu lintas. Setiap lampu lalu lintas yang menuju ke pusat Kota Yogyakarta diperpanjang durasi lampu merahnya. Sementara itu, durasi lampu hijau akan diperpanjang pada lampu lalu lintas yang mengarah ke luar Kota Yogyakarta.
Direktur Lalu Lintas Polda DIY Komisaris Besar Tri Julianto Djati Utomo mengatakan, menurut rencana, akses bus yang akan masuk ke Jalan Malioboro juga akan dibatasi, kecuali Trans-Jogja. Bus yang tidak diperbolehkan melewati jalan tersebut adalah bus yang bukan bertujuan ke hotel yang terletak di kawasan itu dan tidak bisa dipastikan lokasi parkirnya.
”Catatan bagi bus yang boleh masuk itu harus ada tujuannya. Kalau ada tujuannya ke hotel, itu ada parkirannya luas, pasti boleh. Kalau tujuannya hanya mau ke mal, akan kami larang. Jika kami (izinkan) lewat, nanti tidak ada parkirnya. Ini akan situasional,” tutur Djati.
Menurut perkiraan Dinas Perhubungan DIY, ada peningkatan 5-9 persen kendaraan pribadi yang akan masuk ke daerah tersebut. Terdapat 1,6 juta kendaraan pribadi roda empat dan 2,4 juta kendaraan pribadi roda dua yang diperkirakan memasuki DIY pada masa libur Lebaran yang jatuh awal Juni.
”Peningkatan ini kemungkinan terjadi karena masyarakat punya lebih banyak pilihan dalam berkendara. Dengan keberadaan tol baru (Tol Trans-Jawa), mereka bisa bepergian juga lewat jalur darat,” ujar Sigit.
Kepala Polda DIY Inspektur Jenderal Ahmad Dofiri mengatakan, Polda DIY dan jajarannya menerjunkan 2.704 personel dalam pengamanan Lebaran kali ini. Jika digabung dengan petugas dari instansi lain, seperti TNI dan dinas dari tingkat kabupaten/kota ataupun provinsi, jumlahnya sekitar 5.000 personel.
Dofiri menjelaskan, hal yang diprioritaskan dalam pengamanan tersebut adalah keamanan dan kelancaran lalu lintas. Pihaknya menyatakan akan berusaha seoptimal mungkin menjamin kenyamanan pemudik dalam merayakan Lebaran.
”Pengamanan juga dioptimalkan di obyek wisata. Bagaimanapun, Yogyakarta menjadi kota tujuan wisata yang sering dipadati pengunjung,” ucap Dofiri.
Total di seluruh wilayah DIY disediakan 35 pos pengamanan dalam Operasi Ketupat Progo 2019. Beberapa pos pengamanan tersebut didirikan di dekat obyek wisata, seperti Kantor Pos Besar Yogyakarta yang berada di dekat kawasan Malioboro. Selain itu, ada pula pos pengamanan di dekat Kebun Binatang Gembiraloka.