Operator Bus Meminta Kebijakan Rekayasa Lalu Lintas
Pemberlakuan sistem satu arah pada arus mudik nanti di ruas Tol Cikarang Utama-Brebes Barat berpotensi dapat mengganggu jadwal kedatangan bus menuju Jakarta. Oleh sebab itu, operator bus meminta rekayasa lalu lintas.
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemberlakuan sistem satu arah pada arus mudik nanti di ruas Tol Cikarang Utama-Brebes Barat berpotensi dapat mengganggu jadwal kedatangan bus menuju Jakarta. Oleh sebab itu, operator bus meminta rekayasa lalu lintas agar tidak terjadi penumpukan bus di jalur pantura.
Ketua Umum PB Ikatan Pengusaha Muda Otobus Indonesia Kurnia Lesani Adnan mengatakan, perusahaan otobus (PO) telah mengajukan skema rekayasa lalu lintas selama arus mudik nanti, khususnya bagi armada yang melintas dari arah Brebes menuju Jakarta melalui Pantura. Penerapan sistem satu arah di jalan tol ruas Cikarang Utama-Brebes Barat berpotensi menimbulkan keterlambatan jadwal keberangkatan bus.
”Kami sudah meminta stakeholder terkait, seperti Kemenhub dan Korlantas Polri, agar menjamin kelancaran arus lalu lintas non-tol nanti. Kami bersyukur, ternyata penerapan sistem satu arah nanti akan disesuaikan oleh Korlantas,” ujarnya di Terminal Bus Terpadu Sentra Timur Pulogebang, Jakarta, Senin (27/5/2019).
Kurnia mengatakan, berdasarkan rencana terakhir, pemberlakuan satu arah pada arus mudik nanti hanya dilakukan pukul 08.00-21.00 tanggal 30 Juni-2 Juni. Ia menjelaskan, dalam penerapannya sistem satu arah ini akan bersifat fleksibel melihat kondisi di lapangan.
”Hal itu telah disampaikan oleh Kakorlantas dan Menhub kepada kami. Rekayasa arus yang kami ajukan seperti adanya contra flow di jalan tol, penerapan jalur khusus untuk bus di jalan tol, serta jika perlu nantinya bisa ada pengawalan armada bus dari pihak kepolisian,” ujarnya.
Selain itu, Kurnia mengatakan, operator bus juga telah menyesuaikan jadwal keberangkatan dan operasional bus agar tidak terjadi penumpukan penumpang di terminal akibat keterlambatan bus. Menurut ia, akan ada potensi kemacetan akibat penumpukan bus di jalur Pantura pada 31 Mei-2 Juni.
Staf Ahli Menteri Bidang Logistik, Multimoda, dan Keselamatan Perhubungan Kementerian Perhubungan Cris Kuntadi menjelaskan, sistem satu arah ini nantinya memang akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Menurut ia, Kemenhub tidak ingin nantinya jadwal kedatangan bus terhambat karena sistem satu arah ini.
”Tentunya akan disesuaikan karena penumpang bus yang cukup banyak juga menjadi prioritas kami. Kami tidak ingin operasional bus jadi terhambat,” ucapnya.
Peluncuran bus Trans-Jawa
Pada Senin (27/5/2019), Kemenhub juga meluncurkan trayek bus AKAP Jakarta-Surabaya yang akan melintas di Tol Trans-Jawa. Ada 8 PO bus yang telah terdaftar, yaitu PT Rosalia Indah, PT Harapan Jaya, PT Sinar Jaya, PT Lorena, PT Kramat Djati, PT Gunung Harta, PT Pahala Kencana, dan Perum Damri.
”Pada trayek ini nantinya akan ada 18 armada akan berangkat dari Jakarta dengan tujuan akhir Surabaya dan 18 lainnya beroperasi di rute sebaliknya,” ucap Direktur Angkutan Jalan dan Multimoda Kemenhub Ahmad Yani.
Ahmad mengatakan, nantinya bus ini bisa menurunkan penumpang di rest area yang telah ditetapkan, yaitu di Km 429 A Ungaran, Km 398 B Semarang, Km 519 A Solo, dan Km 519 B Solo. Nantinya, operator bus harus menyiapkan bus penunjang dari rest area tersebut untuk mengantar penumpang keluar tol.
”Perkiraannya waktu tempuh Jakarta-Surabaya 12 jam dengan menggunakan armada ini. Trayek ini bisa menjadi pilihan baru bagi masyarakat di tengah penyesuaian tarif angkutan udara saat ini,” ujarnya.
Sementara itu, Kurnia mengatakan, tidak ada kenaikan tarif bagi rute bus yang melintasi Tol Trans-Jawa. Menurut ia, operator bus sudah mempertimbangkan efisiensi biaya operasional armadanya yang melintas di tol tersebut.
”Karena lewat tol, armada kami bisa tiba lebih cepat dan bisa lebih banyak mengangkut penumpang. Selain itu, biaya perawatan bisa lebih ditekan dibandingkan jika bus melintas di jalur non-tol,” ucapnya.
Kurnia mengatakan, pada hari biasa, rata-rata tarif bus Jakarta-Surabaya via Trans-Jawa Rp 350.000 dengan armada bus eksekutif. Untuk Lebaran nanti, tarifnya naik 20-30 persen mengikuti tusla harga Lebaran.
”Saat ini, rute Jakarta-Surabaya menjadi yang favorit penumpang. Selain itu, ada juga rute favorit lain, yaitu Tulungagung, Ngawi, Kediri, dan Ponorogo. Puncak penumpang mudik tahun ini akan ada di tanggal 30 Mei,” katanya.
Ahmad mengatakan, pemudik bus tahun ini bisa mencapai 22 juta penumpang, naik 4,14 persen dibanding 2018. ”Untuk jumlah tiket yang sudah terjual, kami belum mendapat laporan karena baru akan direkap H-7 nanti,” ujarnya.
Wita (33), salah satu penumpang, merasa senang karena tidak ada kenaikan tarif meski bus yang ia tumpangi melewati jalan tol. ”Tarifnya masih normal, nanti ketika arus balik, saya ingin menggunakan bus Trans-Jawa lagi,” katanya.