Jalur pantai utara Jawa berpotensi dipadati kendaraan. Selain karena lonjakan pemudik sepeda motor, jalur non-tol tersebut juga bakal dipenuhi mobil dan bus dari arah timur menuju Jakarta. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengantisipasi potensi kepadatan tersebut.
Oleh
Fajar Ramadhan/Dhanang David/Haris Firdaus
·4 menit baca
Kebijakan sistem satu arah dan lonjakan pemudik sepeda motor berpotensi membuat jalur pantai utara padat. Pemerintah sudah mengantisipasi potensi kemacetan itu.
JAKARTA, KOMPAS — Jalur pantai utara Jawa berpotensi dipadati kendaraan. Selain karena lonjakan pemudik sepeda motor, jalur non-tol tersebut juga bakal dipenuhi mobil dan bus dari arah timur menuju Jakarta saat kebijakan sistem satu arah di Jalan Tol Trans-Jawa diberlakukan. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengantisipasi potensi kepadatan tersebut.
Dari hasil survei Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik sepeda motor dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) diprediksi 942.621 orang dan 32 persen di antaranya memilih menggunakan jalur pantura. Sementara keseluruhan pemudik dari Jabodetabek dengan berbagai moda transportasi diperkirakan mencapai 14,9 juta orang.
Prediksi jumlah pemudik sepeda motor dari Jabodetabek tersebut meningkat lebih dari 50 persen dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 yang tercatat 607.855 pemudik. Adapun secara nasional, Kemenhub memprediksi, pemudik sepeda motor pada Lebaran 2019 mencapai 6,85 juta unit atau naik 10,8 persen dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 6,19 juta unit.
Selain pemudik sepeda motor, 1,1 juta pemudik dengan menggunakan lebih dari 273.000 mobil pribadi juga diprediksi melintasi pantura saat masa mudik. Di sisi lain, kendaraan dan bus dari arah timur menuju Jakarta diperkirakan memenuhi jalan ini saat kebijakan sistem satu arah diberlakukan, yakni sejak 30 Mei atau enam hari menjelang Lebaran hingga 2 Juni (H-3).
Sistem satu arah
Korps Lalu Lintas Polri berencana memberlakukan sistem satu arah di Jalan Tol Trans-Jawa mulai Kilometer 70 ruas Jakarta-Cikampek hingga Kilometer 263 ruas Pejagan-Pemalang pada 30 Mei hingga 2 Juni pada masa mudik. Sistem satu arah saat arus balik diberlakukan pada 7-9 Juni. Penerapan satu arah pada pukul 09.00-21.00.
Selain itu, kepolisian juga akan menerapkan sistem lawan arus (contra flow) selama arus mudik dan balik Lebaran 2019. Sistem lawan arus itu akan diberlakukan mulai Kilometer 29 sampai Kilometer 61 Jalan Tol Jakarta-Cikampek pada pukul 06.00 sampai 21.00.
Direktur Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) Indonesia Yoga Adiwinarto menilai, penerapan satu arah di Jalan Tol Trans-Jawa dari Km 70 Cikampek hingga Km 263 di Brebes adalah rute yang panjang. Penerapan sistem selama 30 Mei hingga 2 Juni pada pukul 09.00-21.00 bakal berdampak terhadap kepadatan di jalur arteri, termasuk jalur pantura.
”Saat satu arah diterapkan, kendaraan yang menuju ke Jakarta dari arah timur hanya bisa memilih jalur arteri selama pukul 09.00-21.00. Saat itu, kepadatan kendaraan berupa mobil, sepeda motor, hingga bus akan terjadi di kawasan jalur pantura,” kata Yoga, Senin (27/5/2019), di Jakarta.
Menurut Yoga, aktivitas pasar dan keramaian di kota yang berlintasan dengan jalur pantura juga perlu diwaspadai. Apalagi saat memasuki jalan raya di sejumlah kota, seperti di Cirebon, Tegal, dan Brebes. Rekayasa lalu lintas di titik rawan macet tetap dibutuhkan.
Operator bus khawatir
Pemberlakuan sistem satu arah pada arus mudik di Jalan Tol Trans-Jawa juga dikhawatirkan mengganggu jadwal kedatangan bus menuju Jakarta. Oleh karena itu, operator bus meminta adanya rekayasa lalu lintas agar tidak terjadi penumpukan bus di jalur pantura.
Ketua Umum PB Ikatan Pengusaha Muda Otobus Indonesia Kurnia Lesani Adnan mengatakan, perusahaan otobus (PO) telah mengajukan skema rekayasa lalu lintas, khususnya bagi armada yang melintas dari arah Brebes menuju Jakarta melalui pantura.
Saat ini, operator bus juga telah menyesuaikan jadwal keberangkatan dan operasional bus agar tidak terjadi penumpukan penumpang di terminal akibat keterlambatan bus. Ia memprediksi ada potensi kemacetan akibat penumpukan bus di jalur pantura pada 31 Mei-2 Juni.
Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang Logistik, Multimoda, dan Keselamatan Perhubungan Cris Kuntadi menjelaskan, sistem satu arah ini nantinya memang akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Kemenhub tidak ingin nantinya jadwal kedatangan bus jadi terhambat.
Selain kebijakan satu arah, kemacetan di jalur pantura juga dipicu beragam hal, misalnya pasar tumpah, pertemuan arus kendaraan, dan proyek perbaikan jalan.
Berdasarkan pengamatan Kompas, salah satu wilayah di pantura yang berpotensi dilanda kemacetan karena pasar tumpah adalah Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat.
Di Cirebon, ada sejumlah pasar tumpah, antara lain pasar kain Tegalgubug dengan hari pasaran Selasa dan Sabtu serta Pasar Ikan Gebang dan Pasar Kue Weru yang buka setiap hari.
Di Indramayu terdapat Pasar Cilet yang memiliki hari pasaran setiap Minggu dan Rabu, Pasar Eretan dengan hari pasaran Jumat, Pasar Parean yang buka setiap Sabtu, serta Pasar Patrol dan Pasar Kertasemaya yang buka setiap hari dari pagi sampai sore.
Terkait hal tersebut, Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Indramayu Ajun
Komisaris Asep Nugraha menyebutkan, pasar tumpah di wilayah Indramayu akan ditertibkan sejak Rabu (29/5/2019) atau H-7 untuk mengantisipasi kemacetan di pantura terlebih karena terdampak sistem satu arah.
Direktur Operasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk Subakti Syukur mengatakan, untuk memperlancar perjalanan bus umum yang menuju ke Jakarta, sudah disiapkan satu lajur khusus mulai Gerbang Tol (GT) Cikampek di Km 72. Melalui lajur khusus dari GT Cikampek itu, bus-bus bisa menuju ke Jakarta melalui jalan tol meski sedang diberlakukan sistem satu arah. (FRD/DVD/HRS/TAM/IKI/ETA/WER/MEL/ITA/ILO)