JAKARTA, KOMPAS — Polri siap menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat selama masa Lebaran. Bukan hanya berkaitan dengan transportasi, melainkan juga tindak kejahatan konvensional. Polri juga mengimbau kepada masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan sebelum mudik ke kampung halaman.
Polri dan TNI menggelar apel gelar pasukan dalam rangka mengecek kesiapan Operasi Ketupat 2019 untuk pengamanan Idul Fitri 1440 Hijriah. Apel yang dilaksanakan di Lapangan Simpang Monumen Nasional, Jakarta, Selasa (28/5/2019), tersebut dipimpin Kepala Kepolisian RI Jenderal (Pol) Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.
Tito mengatakan, fokus utama operasi ketupat tahun ini adalah menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat. Sejumlah ancaman, seperti terorisme, intoleransi, dan kekerasan, diantisipasi. Demikian juga tindak kejahatan konvensional, seperti pembegalan, pencurian, dan premanisme akan diantisipasi. ”Terutama pada kenaikan Isa Almasih, kami akan jaga semua gereja-gereja bersama dengan TNI dan stakeholder lainnya,” katanya.
Berkaitan dengan pencegahan kejahatan konvensional tersebut, Tito menegaskan telah meningkatkan keamanan di beberapa daerah yang dianggap rawan. Misalnya di Lampung, Sumatera Selatan, Polri melakukan netralisasi wilayah untuk melawan begal.
Di Jakarta, kegiatan Sahur on The Road menjadi salah satu pemicu aksi-aksi tawuran antarkelompok. Untuk mencegahnya, Polri berupaya melakukan pendekatan secara preventif selain dengan penegakan hukum.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Mohammad Iqbal menambahkan, selama Lebaran nanti, kepolisian daerah akan berpatroli ke rumah kosong (rumsong) yang ditinggal mudik. Dari tahun ke tahun, masing-masing kapolres ataupun kapolsek memiliki strategi beragam.
Salah satunya dengan membentuk Satuan Tugas Rumsong. Meski demikian, Polri dan TNI tidak bisa bekerja sendiri. Dibutuhkan kerja sama dengan para camat, lurah, ketua RT dan RW untuk memetakan wilayah rawan tersebut. Iqbal juga mengimbau kepada masyarakat agar waspada. ”Masyarakat yang ingin meninggalkan rumahnya bisa menyampaikan kepada tetangga, ketua RT RW, lurah, atau polisi,” katanya.
Personel gabungan
Operasi Ketupat akan berlangsung selama 15 hari, mulai dari 29 Mei hingga 10 Juni 2019 di semua provinsi. Setidaknya, 160.335 personel gabungan siap dilibatkan. Mereka terdiri dari 93.589 personel dari Polri, 13.131 TNI, 18.906 kementerian dan dinas terkait, 11.720 Satuan Polisi Pamong Praja, dan sebagainya.
Selain itu, akan digelar 2.448 pos pengamanan, 794 pos pelayanan, 174 pos terpadu, dan 12 lokasi check point sepeda motor. Pos-pos tersebut ditempatkan di pusat aktivitas masyarakat, lokasi rawan keamanan dan ketertiban masyarakat dan lokasi rawan keamanan, serta keselamatan dan kelancaran lalu lintas.
Tito menambahkan, salah satu kewaspadaan yang perlu ditingkatkan pada masa mudik lebaran nantinya tentunya adalah keselamatan transportasi darat, laut dan udara. Ia mengimbau kepada para pemudik agar menyiapkan segala sesuatunya secara maksimal sebelum berangkat ke kampung halaman.
Terkait potensi kemacetan, Tito memprediksi titik rawan kemacetan berpotensi terjadi di ruas Tol Jakarta-Cikampek. Meski demikian, Tito yakin hal tersebut bisa dikelola secara baik sebab pemerintah telah menyiapkan berbagai infrastruktur memadai.
Siaga Operasi
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Bagus Puruhito mengatakan, pihaknya akan melaksanakan siaga operasi pada masa lebaran. Saat ini Basarnas telah menyiapkan 135 kantor SAR dan 77 pos SAR dengan 354 posko lebaran di seluruh Indonesia.
Adapun personel yang dilibatkan sebanyak 3.500 orang. Meski menyatakan siap, Bagus berharap dalam Lebaran tahun ini tidak akan ada bencana atau kecelakaan yang membahayakan masyarakat. ”Prioritas kami ada di jalur Sumatera, tol, penyeberangan dan obyek wisata,” ujarnya.