Tetap Belanja sampai Tengah Malam
Festival Jakarta Great Sale tahun 2019 memasuki penyelenggaraan ke-11. Ajang belanja yang menawarkan aneka potongan harga ini tetap dinanti warga.
Festival Jakarta Great Sale tahun 2019 memasuki penyelenggaraan ke-11. Ajang belanja yang menawarkan aneka potongan harga ini tetap dinanti warga.
JAKARTA, KOMPAS — Mendapatkan barang bermerek dengan harga yang miring masih menjadi daya tarik orang untuk menyerbu pusat perbelanjaan di Jakarta selama Festival Jakarta Great Sale2019 berlangsung. Acara belanja tengah malam pun masih tetap memesona para shopper Ibu Kota.
Perhelatan tahunan yang digelar selama sebulan ini hadir untuk memperingati Hari Ulang Tahun Ke-492 Jakarta.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan secara resmi membuka FJGS, Sabtu (25/5/2019) sore, di Aeon Jakarta Garden City, Cakung, Jakarta Timur. Tawaran diskon hingga 70 persen dan aneka bonus lain selama Festival Jakarta Great Sale (FJGS) disajikan hingga Minggu (23/6/2019).
Semarak FJGS ini terlihat dari keikutsertaan 82 pusat perbelanjaan se-Jakarta dalam program belanja tersebut. Ada pula 34 gerai milik PD Pasar Jaya Jakmart dan mini-distribution center, 4 hotel, ribuan retailer/toko di pusat belanja, serta puluhan UKM binaan Dekranasda DKI Jakarta.
Sebagian besar mal menggelar program belanja hingga tengah malam (midnight sale) dan menyelenggarakan pameran UKM.
Kehadiran tambahan diskon dalam midnight sale FJGS ini sangat dinanti warga. Lisbet (45), karyawan swasta di Tangerang, misalnya, selalu menyempatkan diri datang ke FJGS saban tahun. Ia berburu barang bermerek saat program belanja hingga tengah malam.
”Kalau saat midnight sale, saya sengaja datang lebih awal dari waktu yang ditentukan. Supaya begitu dibuka, saya bisa mendapatkan barang yang masih bagus,” kata Lisbet, Senin.
Tidak hanya tas, ia sering berburu baju, aksesori, serta perlengkapan rumah tangga, seperti bantal dan seprai.
Keramaian pusat perbelanjaan saat malam hari juga terlihat di Mal Kelapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu lalu.
”Mumpung ada diskon, saya bisa dapat sepatu yang sudah saya incar. Memang harus sabar karena ada model sepatu yang saya sukai, tetapi ukuran yang pas sudah enggak ada,” kata Melisa, warga Kelapa Gading.
Ia datang bersama keluarga untuk memanfaatkan midnight sale ini.
Banyaknya pengunjung midnight sale terlihat di dalam mal serta di kepadatan lalu lintas di depan mal ini.
Ketua Pelaksana FJGS 2019 yang juga Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia DKI Jakarta, Ellen Hidayat, mengatakan, program belanja hingga tengah malam merupakan unggulan dalam FJGS. Tahun ini ada 27 pusat belanja menggelar program ini pada akhir pekan.
”Antusiasme masyarakat terhadap midnight sale sangat tinggi. Setiap kali diadakan, antrean pembeli sangat banyak. Dari rencana tutup pukul 00.00 bisa sampai pukul 02.00 pagi karena banyaknya pembayaran yang harus dilakukan,” kata Ellen.
Dia mengatakan, antusiasme ini karena masyarakat Jakarta kerap tak sempat datang ke pusat belanja saat siang hari.
Selain itu, acara belanja hingga tengah malam juga menawarkan tambahan potongan harga dan aneka bonus.
Ketua Dekranasda DKI Fery Farhati menambahkan, dalam FJGS ini, UKM Dekranasda menyelenggarakan pameran dan booth penjualan di delapan pusat perbelanjaan, yaitu Senayan City, Lippo Mall Puri, Mal Kelapa Gading, Grand Indonesia, Gandaria City, Kota Kasablanka, Aeon Mall Jakarta Garden City, dan Lippo Mall Kemang.
”Kami melakukan kurasi terhadap perajin Jakarta di bawah binaan Dekranasda DKI Jakarta untuk ambil bagian di FJGS 2019,” kata Fery dalam keterangan pers.
Dekranasda DKI memiliki 312 perajin binaan yang membuat kerajinan khas Jakarta.
Pilih produk
Ellen menambahkan, tahun ini FJGS hadir dengan tema ”Shopping Spirit”." dapun target utama FJGS tahun ini adalah kaum milenial.
”Shopping spirit yang dimaksud adalah semangat dalam berbelanja, dalam arti yang positif, yaitu antusiasme. Karena berbelanja tidak selalu berkaitan dengan perilaku konsumtif, tetapi juga kemampuan untuk memilih produk-produk berkualitas sesuai kebutuhan,” kata Ellen.
Ia menambahkan, dengan target utama itu, apalagi di tengah situasi di kota Jakarta, panitia optimistis FJGS bakal lancar dan target penjualan Rp 9,5 triliun dapat tercapai.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia sebagai penyelenggara FJGS ini berharap daya beli masyarakat terdongkrak sekaligus memberi stimulasi menggairahkan pasar ritel Jakarta.
Tujuan lain adalah untuk menarik kunjungan wisatawan ke Jakarta sebagai upaya memacu pertumbuhan ekonomi agar mencapai target.
FJGS diselenggarakan bertepatan dengan momentum puasa, Lebaran, dan libur tahun ajaran sekolah. Panitia penyelenggara FJGS menargetkan kenaikan jumlah pengunjung pusat perbelanjaan sebesar 40 persen, bahkan hingga 80 persen, terutama pada program belanja tengah malam.
Potensi itu sesuai perkiraan Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta. Dalam berita resmi statistik yang diunggah di situsnya, BPS menilai, kondisi ekonomi masyarakat DKI Jakarta pada triwulan kedua 2019 akan relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.
Hal ini ditunjukkan pada perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan kedua sebesar 116,51 atau naik dibandingkan ITK triwulan pertama 2019 sebesar 103,94.
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kenaikan pendapatan yang mengalami peningkatan cukup signifikan, antara lain karena tunjangan hari raya (THR) dibayarkan pada triwulan kedua tahun ini.
Berdasarkan perhitungan, indeks pendapatan mendatang mencapai 127,08.
Demikian halnya dengan para pengusaha yang memiliki ekspektasi meraih keuntungan pada triwulan kedua ini.
Konsumsi masyarakat juga diperkirakan naik pada Ramadhan serta hari raya Idul Fitri yang jatuh pada kuartal kedua tahun 2019.
Masih menurut BPS, masyarakat Ibu Kota terlihat sedikit menahan diri dalam konsumsi barang yang tahan lama. Hal ini ditunjukkan oleh nilai indeks sebesar 97,97 atau nilainya mendekati angka 100.
Survei BPS juga menunjukkan, masyarakat cenderung menyisihkan pendapatannya untuk menabung. Proporsi rumah tangga yang ”sangat mungkin menabung” mencapai 10 persen, kemudian yang menyatakan ”mungkin menabung” sebesar 60 persen, serta sisanya 30 persen menyatakan ”tidak mungkin menabung”.