Dinkes DKI Jakarta Mulai Vaksinasi Cacar Monyet Dosis Kedua
›
Dinkes DKI Jakarta Mulai...
Iklan
Dinkes DKI Jakarta Mulai Vaksinasi Cacar Monyet Dosis Kedua
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mulai menyuntikkan dosis kedua vaksinasi cacar monyet terhadap 495 orang dalam kelompok berisiko yang sebelumnya juga disuntik pada dosis pertama.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Kesehatan DKI Jakarta mulai menyuntikkan dosis kedua vaksinasi cacar monyet atau monkeypox (Mpox) terhadap kelompok berisiko pada Selasa (21/11/2023). Penyuntikan ini dilakukan terhadap 495 orang yang sebelumnya mendapatkan vaksinasi dosis pertama.
”Hari ini mulai dilakukan pemberian dosis kedua vaksinasi cacar monyet untuk 495 orang yang sebelumnya sudah diberikan dosis pertama pada periode 23 Oktober-3 November,” kata Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama, Selasa.
Ngabila menjamin ketersediaan stok vaksin dosis kedua untuk 495 orang tersebut. Sebab, Pemerintah Provinsi DKI telah menerima 1.000 vaksin untuk kebutuhan penyuntikan dosis pertama dan dosis kedua. Pemberian dosis kedua dilakukan dalam kurun empat minggu atau 28 hari dari penyuntikan dosis pertama.
”1.000 dosis kemarin diberikan untuk 495 orang kelompok berisiko untuk dosis pertama dan kedua. Sisanya, yakni 10 dosis, untuk pengujian di BPOM,” ujarnya.
Ngabila menyampaikan, pihaknya sedang menunggu alokasi vaksin yang akan dikirimkan Kementerian Kesehatan. Dalam waktu dekat, Kemenkes akan mengadakan 4.500 dosis dan menerima hibah 2.000 dosis vaksin dari ASEAN.
Adapun kasus positif cacar monyet 2023 di DKI Jakarta terjadi pada 37 orang. Sejauh ini, Dinas Kesehatan DKI mencatat 16 dari 37 penderita cacar monyet sepanjang 2023 sudah selesai diisolasi atau dinyatakan sudah sembuh dan 22 pasien lainnya masih diisolasi di rumah sakit.
”Seluruh pasien merupakan laki-laki berusia 25-50 tahun, bergejala ringan, dan tertular dari kontak seksual,” kata Ngabila.
Selain itu, terdapat lima suspek atau terduga mengalami cacar monyet. Di samping itu, sudah dilakukan tes PCR kepada 131 orang dan hasilnya negatif.
Dinkes DKI Jakarta juga terus memantau gejala kepada kontak erat kasus setiap harinya melalui puskesmas kecamatan. Apabila menampakkan gejala, akan dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Edukasi penularan
Ketua Satuan Tugas MPox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Hanny Nilasari mengatakan, edukasi penularan Mpox harus dilakukan secara masif di masyarakat. Harapannya, masyarakat bisa menekan risiko terjadinya penularan penyakit tersebut.
Menurut Hanny, penularan cacar monyet masih bisa berlanjut sampai akhir tahun 2023 hingga awal 2024 karena sudah terjadi penularan lokal. Akan tetapi, penularan MPox dapat dikendalikan dengan memperkuat upaya pencegahan dan deteksi dini.
”Populasi berisiko diharapkan bisa menghindari perilaku berisiko. Hubungan seksual mesti dilakukan dengan menggunakan pengaman. Vaksinasi juga sangat disarankan, terutama bagi populasi berisiko terinfeksi,” katanya.
Pencegahan penularan dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak fisik dengan pasien terduga MPox. Masyarakat perlu penggunaan barang secara bersama, seperti pakaian, alat mandi, atau perlengkapan tidur.
Beberapa tanda dan gejala khas penyakit monkeypox antara lain terjadi demam, nyeri tulang dan otot, lenting isi air atau luka pada kulit, serta adanya benjolan atau pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, leher, atau lipat paha.
Penularan MPox dapat dikendalikan dengan memperkuat upaya pencegahan dan deteksi dini.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, bertambahnya kasus cacar monyet semakin memperkuat kewaspadaan dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tersebut.
Koordinasi pemerintah pusat dan daerah juga sudah dilakukan melalui surat edaran yang dilayangkan ke semua provinsi. Pemerintah provinsi diminta meningkatkan kewaspadaan petugas, edukasi kepada masyarakat tentang gejala dan tanda, serta vaksinasi.