DKI Rancang Desain Besar Pengembangan Kota Tua dan Kepulauan Seribu
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya mengembangkan pariwisata. Dua destinasi wisata, yakni Kota Tua dan Kepulauan Seribu, tengah dibuatkan desain besar pengembangan untuk menjadi tempat wisata yang mampu menarik wisatawan.
”Kami bersama Kementerian Pariwisata dan pemangku kepentingan lain yang terkait menginisiasi penyusunan desain besar (grand design) sebagai upaya percepatan pengembangan pariwisata Kota Tua dan Kepulauan Seribu,” kata Oswar Mungkasa, Pelaksana Tugas Deputi Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Budaya dan Pariwisata, Selasa (28/5/2019), dalam lokakarya penyusunan desain besar pengembangan kawasan pariwisata Kota Tua dan Kepulauan Seribu di Balai Kota DKI Jakarta.
Desain besar yang dimaksud, kata Oswar, adalah sebuah dokumen yang memuat konsep penanganan suatu isu menggunakan pendekatan kolaboratif dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait (pemerintah dan non-pemerintah).
Komitmen dan konsensus antarpemangku kepentingan kemudian dituangkan dalam dokumen desain besar yang setidaknya terdiri dari isu, visi, misi, target, kebijakan dan strategi, rencana aksi dan peta jalan (road map). Desain besar nantinya dapat digunakan sebagai referensi bagi para pemangku kepentingan terkait dalam melakukan pengembangan kepariwisataan di Kepulauan Seribu dan kawasan Kota Tua, Jakarta.
Dalam lokakarya Selasa kemarin, Alberto Ali, Kepala Bidang Informasi dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, menuturkan, lokakarya itu juga dimaksudkan mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan di Kota Tua dan Kepulauan Seribu.
Di kedua destinasi itu, lanjut Alberto, masalah yang ditemukan adalah soal aksesibilitas dan kelengkapan semacam toilet. Akses yang terlihat ke Kepulauan Seribu misalnya soal angkutan laut. Akses ke Kota Tua juga titik parkir perlu dibenahi.
Masalah-masalah itulah yang dicoba ditemukan dalam lokakarya dan akan dirumuskan sebagai masalah makro ataupun masalah mikro.
Oswar mengatakan, dari lokakarya pertama ini masih akan berlanjut ke lokakarya berikutnya.
Hiramsyah S Thaib, Tenaga Ahli Menteri Pariwisata dan Ketua Pokja Bidang Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Kementerian Pariwisata, mengatakan, grand design itu dibuat dengan harapan bisa mencapai target-target.
”Targetnya sederhana. Kalau kita lihat, seharusnya Jakarta atau mungkin greater area of Jakarta itu sebenarnya punya potensi luar biasa untuk bisa menjadi salah satu kontributor destinasi pariwisata terbaik. Mungkin bukan hanya di Asia Tenggara, melainkan di Asia seperti juga yang kita tahu perannya Kuala Lumpur untuk Malaysia, atau kalau di dunia perannya London untuk Inggris, Paris untuk Perancis,” papar Hiramsyah.
Jakarta dengan dua destinasi itu, ujarnya, kalau dikelola dan dikemas secara baik bahkan mampu menghasilkan atau mendatangkan wisatawan domestik ataupun asing yang mungkin jumlahnya berlipat-lipat jauh lebih besar daripada sekarang.
”Asal ditata secara baik dengan memenuhi standar global, standar kelas dunia, mudah kok sebenarnya. Tentunya yang utama di sini sebenarnya komitmen dari kepala daerah untuk betul-betul menjadikan Jakarta sebagai destinasi pariwisata utama dunia,” ujarnya.
Sumbangan pariwisata
Oswar menuturkan, saat ini, pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi penting di Indonesia dan telah ditetapkan menjadi salah satu sektor prioritas dalam pembangunan Indonesia periode 2015-2019.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, pada 2017 sektor pariwisata memberikan kontribusi 15,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2,18 triliun terhadap devisa negara. Hal itu menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor dengan kontribusi kedua terbesar setelah sektor industri pengolahan (minyak, gas bumi, dan kelapa sawit). Kontribusi itu ditargetkan meningkat hingga 20 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2,8 triliun pada 2019.
Untuk DKI Jakarta, sektor pariwisata berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah DKI Jakarta 2018 sebesar Rp 5,7 triliun dan ditargetkan meningkat 13 persen pada 2019.
Dengan kontribusi itu, bisa dikatakan DKI Jakarta memiliki potensi pariwisata yang besar. ”Saat ini DKI Jakarta menjadi lokasi kedua setelah Bali yang sering mendapat kunjungan wisata,” kata Oswar.
Pada 2018 tercatat 2,8 juta wisatawan mancanegara mengunjungi Jakarta. Destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan adalah Kota Tua dan Kepulauan Seribu. Dua destinasi itu merupakan satu dari 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yang diprioritaskan pembangunnya pada periode pembangunan nasional 2015-2019.