Festival Bakcang Ayam dan Lamang Baluo di Padang Ramaikan Libur Lebaran
Festival bakcang ayam dan lamang baluo siap meramaikan libur Lebaran di Padang, Sumatera Barat. Dalam festival yang dilaksanakan pada 6-7 Juni 2019 ini, akan dibagikan 10.000 bakcang ayam dan 10.000 lamang baluo kepada para pengunjung.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Festival bakcang ayam dan lamang baluo siap meramaikan libur Lebaran di Padang, Sumatera Barat. Dalam festival yang dilaksanakan 6-7 Juni 2019 ini, akan dibagikan 10.000 bakcang ayam dan 10.000 lamang baluo kepada para pengunjung.
Ketua panitia festival, Alam Gunawan T, di Padang, Rabu (29/5/2019), mengatakan, festival digelar di sekitar Jalan Batang Arau, kawasan Pondok dekat Jembatan Siti Nurbaya, Padang. Acara yang diklaim pertama kali diadakan di dunia itu bertujuan untuk mempromosikan kuliner, obyek wisata, dan kebudayaan di Padang.
”Selain pembagian bakcang ayam dan lamang baluo, festival juga akan diisi dengan berbagai kegiatan, mulai dari penampilan kebudayaan kedua etnis, seperti barongsai, silat, dan wushu, serta tarian Minang, hingga karnaval,” kata Alam.
Bakcang atau bacang merupakan kuliner tradisional Tionghoa. Penganan berbentuk limas segi tiga dan dibungkus daun pisang ini berbahan dasar ketan dengan isian daging. Dalam festival, bakcang yang dibagikan berisi daging ayam.
Sementara itu, lamang baluo adalah kuliner tradisional Minangkabau berbentuk tabung kecil dengan panjang sekitar 8 sentimeter. Serupa dengan bakcang, lamang baluo juga berbahan dasar ketan dengan isian. Bedanya, lamang baluo diisi dengan luo, semacam kelapa parut yang sudah dicampur dengan gula aren.
Alam melanjutkan, pembuatan total 20.000 bakcang ayam dan lamang baluo itu dikerjakan oleh warga setempat yang sudah biasa membuatnya. Untuk bakcang dikerjakan oleh tujuh orang dan diperkirakan butuh waktu tiga hingga empat hari. Sementara itu, lamang baluo dikerjakan oleh 15 orang selama satu hari.
”Kami juga menargetkan dua rekor Muri, yaitu untuk kategori penyajian 10.000 bakcang ayam dan penyajian 10.000 lamang baluo,” ujar Alam.
Alam menambahkan, festival diperkirakan akan dikunjungi 5.000-10.000 orang selama dua hari pelaksanaannya. Selain masyarakat sekitar, festival yang bertepatan dengan libur Lebaran (H2 dan H+1) dan hari raya Duan Wu atau hari makan bakcang sedunia (tanggal 5 bulan 5 Imlek) itu diprediksi dihadiri perantau Minang ataupun Tionghoa yang mudik serta wisatawan domestik dan mancanegara.
Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah mengatakan, festival bakcang ayam dan lamang baluo diharapkan bisa menjadi daya tarik bagi masyarakat dan wisatawan, terutama bagi perantau keturunan Tionghoa kelahiran Padang.
”Sejak gempa 2009, warga keturunan Tionghoa yang tinggal di kawasan Pondok banyak yang meninggalkan Padang. Dengan momen ini, kami ingin mengajak keluarga itu kembali ke Padang,” kata Mahyeldi.
Menurut dia, festival bakcang ayam dan lamang baluo bisa pula menjadi alternatif bagi wisatawan, terutama perantau Minang yang mudik Lebaran. Umumnya para pemudik akan mengunjungi tempat-tempat wisata pada masa libur Lebaran.
Mahyeldi menambahkan, dalam festival, pengunjung dapat melihat bahwa kehidupan antaretnis di Padang berjalan rukun. Proses akulturasi antaretnis berlangsung sangat baik. Banyak warga keturunan Tionghoa kelahiran Padang yang fasih berbahasa Minang dan menguasai kesenian Minang. Sebaliknya, ada pula warga Minang di sekitar kawasan Pondok yang menguasai kesenian Tionghoa.