Jaringan Akun Media Sosial Palsu dari Iran Ditutup
Perusahaan layanan media sosial menutup jaringan dari ribuan akun media sosial asal Iran yang menyamar sebagai sejumlah orang penting. Tujuan pembuatan akun-akun palsu tersebut diduga untuk memengaruhi opini publik.
Oleh
Elsa Emiria Leba
·3 menit baca
WASHINGTON, RABU — Perusahaan layanan media sosial menutup jaringan dari ribuan akun media sosial asal Iran yang menyamar sebagai sejumlah orang penting. Tujuan pembuatan akun-akun palsu tersebut diduga untuk memengaruhi opini publik.
Pada Selasa (28/5/2019), Facebook dan Twitter melaporkan penutupan akun-akun yang digunakan untuk kampanye media sosial dengan basis berasal dari Iran. Akun-akun itu menyamar antara lain sebagai aktivis, koresponden, wartawan, politisi, dan tokoh masyarakat.
Facebook menutup 51 akun, 36 halaman, dan 7 grup dari jaringan sosial perusahaan. Sebanyak tiga akun Instagram, layanan media sosial yang juga dimiliki Facebook, juga ditutup.
Kepala Kebijakan Keamanan Siber Facebook Nathaniel Gleicher mengatakan, penutupan dilakukan setelah Facebook melakukan investigasi dari informasi yang diberikan oleh Fireeye. Fireeye adalah sebuah perusahaan keamanan siber.
”Dalang dari penyamaran ini, yang juga terjadi di platform internet dan situs lainnya, menyesatkan masyarakat mengenai identitas dan hal apa saja yang mereka lakukan. Mereka juga mencoba mengontak pembuat kebijakan, jurnalis, akademisi, penentang Iran, dan tokoh masyarakat lainnya,” ujar Gleicher.
Selain Facebook, Twitter juga telah menutup 2.800 akun palsu yang berasal dari Iran pada awal Mei. Akan tetapi, Twitter tidak mengetahui temuan Fireeye hingga diumumkan kepada publik, kemarin.
”Kami masih menginvestigasi akun-akun tersebut,” kata seorang juru bicara Twitter, yang menolak menjawab lebih lanjut hingga analisis selesai.
Dalam pernyataan Fireeye, akun palsu tersebut terbukti bergabung dalam jaringan yang digunakan untuk mengampanyekan kepentingan politik Iran. Narasi yang ditonjolkan adalah sikap anti-Arab Saudi, anti-Israel, dan pro-Palestina.
Akun juga menyatakan dukungan untuk Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) yang dibuat pada 2015, yaitu kesepakatan yang bertujuan untuk mengontrol program nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi. Sikap politik lain yang terlihat adalah menolak keputusan Amerika Serikat (AS) yang menetapkan Garda Revolusi Iran sebagai organisasi teroris.
Akun menyamar sebagai sosok warga AS yang mendukung pandangan politik yang progresif dan konservatif. Beberapa akun bahkan berpura-pura sebagai sejumlah tokoh politik AS, termasuk politisi Partai Republik calon anggota DPR pada 2018.
Akun palsu itu berhasil menerbitkan sejumlah materi di media massa AS dan Israel karena melobi jurnalis untuk membahas topik tertentu. Mereka juga mengatur sejumlah wawancara yang dilakukan di AS dan Inggris mengenai kebijakan politik.
Menurut Fireeye, masih belum jelas apakah aktivitas kampanye melalui media sosial ini berkaitan dengan operasi media sosial berbasis Iran yang ditemukan tahun lalu.
Investasi Facebook
Facebook telah berinvestasi besar pada kecerdasan buatan dan sumber daya manusia untuk mencegah manipulasi media sosial melalui akun palsu. Penyaringan media sosial menjadi kebutuhan sejak ditemukannya kampanye yang dipengaruhi Rusia dalam pemilu 2016 di AS.
Pada akhir 2018, Facebook telah menutup sejumlah akun yang berafiliasi dengan Iran dalam rangka upaya memengaruhi politik AS dan Inggris. Akun-akun itu menyuarakan pesan pada sejumlah topik, seperti imigrasi dan ras. Facebook juga menyatakan telah menutup ratusan akun palsu dari Iran pada awal 2019. Akun diketahui berupaya melakukan kampanye manipulasi di lebih dari 20 negara.
Menurut Gleicher, dalam temuan yang terbaru pada bulan ini, sejumlah halaman yang ditutup di Facebook bahkan memiliki pengikut sebanyak 21.000 akun. Adapun grup dalam Facebook dan akun di Instagram yang ditutup masing-masing memiliki 1.900 anggota dan 2.600 pengikut. (AFP)