Derbi London antara Arsenal dan Chelsea di final Liga Europa, Kamis dini hari WIB, bisa ditentukan oleh faktor harmoni tim. Dalam hal ini, Arsenal sedikit lebih unggul daripada Chelsea berkat kemesraan duo strikernya, Alexandre Lacazette dan Pierre-Emerick Aubameyang.
BAKU, SELASA — Alexandre Lacazette dan Pierre-Emerick Aubameyang, dua striker yang memiliki kemampuan setara, pernah lama bermusuhan saat masih berkarier di Liga Perancis. Namun, keduanya bersatu dan menjadi sahabat karib di Arsenal. Kemesraan mereka adalah ancaman bagi tim mana pun, tidak terkecuali Chelsea.
Arsenal bakal menghadapi tim sekotanya, Chelsea, di final Liga Europa yang digelar di Baku, Azerbaijan, Kamis (30/5/2019) pukul 02.00 WIB. Demi gelar juara Liga Europa pertamanya, Arsenal tiba lebih cepat di Baku, yaitu Sabtu lalu, untuk mengasah taktik dan kolektivitas tim. Duet Lacazette dan Aubameyang menjadi sentral latihan ”The Gunners”.
Kedua striker ”kembar” itu kini menjadi senjata paling mematikan Arsenal. Keduanya mengemas 50 gol atau nyaris separuh dari 111 gol yang dibuat tim itu di berbagai kompetisi musim ini. Kemitraan Lacazette-Aubameyang di lini depan Arsenal menelan banyak korban. Tim-tim besar di Eropa seperti Napoli dan Valencia menjadi saksi ”kebrutalan” mereka.
”Arsenal diuntungkan karena memiliki dua orang itu (Lacazette dan Aubameyang) di depan. Mereka bisa menjadi pembeda, seperti yang kita lihat saat menyingkirkan Valencia (di babak semifinal) dengan kejamnya (agregat 7-3),” ujar Ian Wright, legenda Arsenal, seperti dikutip Mirror Sport.
Duet Lacazette dan Aubameyang bakal menjadi ancaman pertahanan Chelsea, apalagi mereka tidak bisa diperkuat gelandang bertahan, N’Golo Kante, yang cedera. Menurut kapten tim Arsenal, Laurent Koscielny, ketajaman timnya tidak terlepas dari persahabatan Lacazette dan Aubameyang. Mereka sering bercanda ketika latihan maupun di kamar ganti dan acap kali menyinggung satu sama lainnya di media sosial.
Keduanya kian akrab sejak Manajer Arsenal Unai Emery memperkenalkan pola taktik 3-4-1-2 pada Januari lalu. Sejak itu, keduanya nyaris selalu tampil bersama di lini serang dan tidak lagi cemburu atau saling menonton dari bangku cadangan. Sejak pergantian tahun 2019, mereka telah mengemas 27 gol dan sembilan asis. Itu menjadikan mereka duet striker paling tajam di Liga Inggris tahun ini.
Keduanya seperti seolah ”bertelepati”, kemampuan yang sebelumnya hanya dimiliki duet Barcelona, Lionel Messi dan Luis Suarez. ”Mereka seperti saudara. Mereka bersahabat karib di luar lapangan sehingga mampu saling memahami (pergerakan) dan melengkapi satu sama lain di lapangan. Semangat mereka menular ke tim,” ujar Matteo Guendouzi, gelandang Arsenal, kepada ESPN.
Lacazette pun berkata, timnya bakal mati-matian tampil di final ini. Hanya gelar juara yang bisa mengantarkan mereka tampil di Liga Champions, kompetisi yang telah dua musim tidak mereka ikuti. Trofi itu sekaligus bakal mengakhiri dahaga prestasi mereka, terutama di Eropa. ”Sudah sangat lama, yaitu terakhir 1994, kami meraihnya (trofi Eropa, Piala Winners). Sekarang saatnya giliran kami,” ujar pemain asal Perancis itu.
Selain duet Lacazette-Aubameyang, Arsenal bisa mengandalkan kepiawaian Emery. Berbeda dengan Manajer Chelsea Maurizio Sarri, Emery lebih fleksibel dalam membongkar taktiknya ketika laga berjalan tidak sesuai keinginan mereka. Kepiawaian itu menjadikannya sebagai manajer spesialis kompetisi sistem gugur seperti Liga Europa. Tiga trofi Liga Europa beruntun, yaitu 2014 hingga 2016, menjadi bukti kepiawaiannya itu.
Perpisahan Hazard
Kontras dengan Arsenal, Chelsea dalam situasi kurang ideal. Mereka tampil kurang kompak akhir-akhir ini, terlihat dari susah payahnya saat menyingkirkan Eintracht Frankfurt di semifinal. Mereka lolos ke final berkat adu penalti. Para pemain Chelsea belum menyetel dengan pola taktik yang diinginkan Sarri. Tak heran, Sarri kerap gonta-ganti susunan pemain. Pemain yang bakal tampil sebagai ujung tombak tim di final ini pun sulit ditebak, apakah itu Gonzalo Higuain, Olivier Giroud, atau Eden Hazard.
Yang pasti, Hazard bakal tampil penuh motivasi di laga ini. Ia bertekad menjadikan trofi Liga Europa sebagai persembahan terakhirnya sebelum hijrah ke Real Madrid musim panas mendatang. Hazard ingin mengenang kisah manis seperti saat pertama kali ia tiba di Chelsea. Di musim pertamanya, ia memberi Chelsea trofi Liga Europa pada 2013. ”Jika ini laga terakhir saya, sebuah trofi akan sangat bagus,” katanya.
Seperti Hazard, final di Baku juga bisa menjadi laga perpisahan bagi Sarri. Manajer asal Italia itu dikabarkan tengah diincar Juventus. Sejumlah media Inggris dan Italia pun mengabarkan Sarri telah meneken kontrak kesepakatan dengan Juve yang akan diumumkan seusai final di Baku. Namun, berbeda dengan Hazard, Sarri belum pernah meraih satu pun trofi di kariernya. Ini menjadi kesempatan terbaiknya. (Reuters)