JAKARTA, KOMPAS — Kapasitas aktor perdamaian di organisasi-organisasi pemuda mesti diperkuat guna menangani konflik. Pada saat yang sama, jaringan di antara organisasi yang ada juga perlu dioptimalkan dengan membuat forum-forum deliberatif dan forum lintas jaringan.
Hal itu menjadi sebagian dari rekomendasi yang muncul dalam Dialog ”Hasil Penelitian dan Monitoring Konflik Sosial-Ekonomi DKI Jakarta” di Gedung Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (28/5/2019). Penelitian itu dilakukan sejumlah peneliti muda yang diorganisasi oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) serta United Nations Democracy Fund.
Hadir dalam diskusi itu Pelaksana Tugas Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) DKI Jakarta Taufan Bakri, akademisi Universitas Nasional Sigit Rochadi, Kasubdit Kewaspadaan Dini Bakesbangpol DKI Jakarta Habib Setiawan, Koordinator Forum Pemuda Peduli Jakarta Endang Surya, dan peneliti LP3ES Zaenal Muttaqin.
Konflik yang diteliti itu antara lain penggunaan identitas agama di media sosial pada Pilkada DKI Jakarta 2017, perebutan lahan parkir berbasis etnis di Kebayoran Lama, dan konflik tawuran antarpelajar. Konflik lainnya yang diteliti adalah konflik pemilu raya di kampus dan konflik kebijakan publik di Kalijodo.
Zaenal mengatakan, penelitian yang prosesnya dimulai pada Mei 2018 itu bersifat aplikatif dan selanjutnya akan diterapkan untuk sistem aplikasi daring bernama Awas. Informasi di aplikasi itu terutama terkait dengan status suatu daerah, misalnya status aman, damai, ataupun terdapat eskalasi konflik.
Masalah pribadi
Taufan mengatakan, pada banyak kasus konflik di Jakarta, persoalan pribadi yang tidak selesai cenderung menjadi isu publik. Namun, terkadang juga bisa sebaliknya. Ia juga menandai sebagian lokasi di Jakarta yang kental dengan perebutan wilayah oleh sejumlah kelompok karena ada kepentingan ekonomi.
Sigit berharap, penelitian ihwal konflik sebaiknya memuat ciri-ciri konflik secara lengkap, termasuk tentang perebutan sumber daya dan adanya mobilisasi sumber daya.