Rekayasa Lalu Lintas Tergantung Situasi di Jalur Mudik
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kepolisian akan menerapkan sejumlah rekayasa lalu lintas untuk mengatasi kemacetan di jalur tol dan non-tol saat arus mudik dan balik Lebaran. Petugas di lapangan diberi kewenangan untuk menentukan sistem terbaik guna mengurai kemacetan.
Kepala Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri Inspektur Jenderal Refdi Andri mengatakan, rekayasa yang akan diterapkan bersifat situasional. Hal ini berdasar pada kondisi lalu lintas di masing-masing jalur saat masa mudik dan balik, baik di jalur tol, maupun non-tol, misalnya jalur pantai utara.
“Ada beragam rekayasa yang bisa diterapkan, misalnya kebijakan untuk jalan terus, pengalihan arus, dan lainnya. Tapi, rekayasa itu harus disertai dengan rambu dna imbauan yang jelas. Jika ada masyarakat yang bertanya, (petugas) harus menerangkan sejelas mungkin,” kata Refdi di Jakarta, Selasa (28/5/2019).
Sejumlah titik yang diprediksi macet saat mudik dan balik Lebaran. Beberapa titik itu antara lain ialah ruas tol Jakarta-Cikampek Kilometer (Km) 10, Km 29, dan Km 66. Titik area istirahat atau rest area juga diprediksi akan macet, antara lain di Km 19, 33, dan 39.
Di Km 10, yakni Simpang Susun Cikunir, kemacetan terjadi karena ada pertemuan arus dari tol lingkar luar (JORR) dan tol Jakarta-Cikampek. Pengerjaan proyek tol elevated Jakarta-Cikampek pun ditengarai memperparah kemacetan. Untuk mengantisipasinya, semua pengerjaan proyek di tol seluruh Indonesia dihentikan sejak H-10 hingga H+10.
Adapun kepolisian akan menerapkan sistem satu arah dan lawan arus (contra flow) di Tol Trans-Jawa. Lawan arus akan berlaku mulai Km 37-61 ruas Jakarta-Cikampek. Sistem satu arah berlaku dari Km 70 di ruas Jakarta-Cikampek hingga Km 263 di Brebes Barat.
“Kebijakan apapun di lapangan itu berdasarkan analisa, pencermatan, dan evaluasi. Katakanlah ada kepadatan sepanjang 3-5 kilometer, maka akan kami lakukan contra flow. Jika itu tidak bisa mengatasi kemacetan, maka kita sepakati one way berlaku,” kata Refdi.
Sebelumnya, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono memprediksi jalur alternatif akan terimbas sistem satu arah, salah satunya jalur pantai utara. Itu karena kendaraan dari arah barat dan timur akan beralih ke jalur alternatif.
Salah satu titik macet terparah diperkirakan ada di Kota dan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. “Kondisi lalu lintas di sana sudah padat (saat hari biasa). Nanti, V/C ratio-nya di sana akan menjadi 1,2. Kalau angkanya lebih dari satu, artinya, lalu lintas di sana akan stuck (tersendat total),” kata Bambang saat paparan kesiapan angkutan Lebaran Jabodetabek di Jakarta, Senin (20/5/2019).
Bambang mengatakan, lalu lintas harian rata-rata (LHR) di tol itu ke arah barat adalah 40.000 unit kendaraan per hari. Diperkirakan ada 25.000 kendaraan di tol itu yang akan pindah ke jalur alternatif saat mudik. (SKA)