Pemerintah coba memaksimalkan teknologi pertanian ke semua daerah agar produksi makin meningkat. Pemanfaatan teknologi dari sebelum hingga pascapanen diharapkan dapat menjangkau wilayah lebih luas dengan hasil bertambah besar.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KONAWE, KOMPAS — Pemerintah mencoba memaksimalkan teknologi pertanian ke semua daerah agar produksi semakin meningkat. Pemanfaatan teknologi dari sebelum hingga pascapanen diharapkan dapat menjangkau wilayah lebih luas dengan hasil yang juga bertambah besar.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menuturkan, pihaknya terus mengupayakan transformasi pertanian tradisional menjadi pertanian dengan mesin. Salah satu contohnya dengan penggunaan mesin panen di tingkat petani.
”Kalau dulu panen 1 hektar bisa puluhan jam, sekarang bisa satu jam saja. Tanpa teknologi, tidak akan berkembang pertanian kita,” ucap Amran saat meninjau panen raya di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Rabu (29/5/2019).
Dalam acara tersebut, turut mendampingi juga Bupati Konawe Kerry Saiful Konggoasa, Bupati Konawe Utara Ruksamin, serta sejumlah perwakilan instansi pemerintah dan swasta.
Kalau dulu panen 1 hektar bisa puluhan jam, sekarang bisa satu jam saja. Tanpa teknologi, tidak akan berkembang pertanian kita.
Dalam kesempatan itu, Amran meninjau beberapa saat proses panen dengan salah satu mesin panen canggih dan efisien. Ia juga melihat fasilitas mesin pengeringan gabah milik warga yang mampu mengeringkan gabah 60 ton dalam sehari.
Teknologi pertanian ini, lanjut Amran, menjadi salah satu faktor produksi padi di Sultra cukup menggembirakan. Produksi padi pada 2018 sebanyak 700.000 ton. Angka ini naik hampir dua kali lipat dalam kurun waktu lima tahun.
”Teknologi pertanian kita terus jalankan di wilayah ini. Kita sudah kirimkan mesin panen, hand tractor, dan lainnya. Dengan model seperti ini, produksi kita naik secara nasional, termasuk angka ekspor yang tumbuh 10 juta ton dalam lima tahun menjadi 42 juta ton tahun lalu,” ujarnya.
Bupati Konawe Kerry Saiful Konggoasa menambahkan, luas lahan pertanian di wilayah Konawe sekitar 100.000 hektar. Saat ini yang termanfaatkan maksimal hanya 42.000 hektar. Luasan saat ini saja bisa menghasilkan sekitar 370.000 ton dalam setahun.
Oleh sebab itu, ucap Kerry, pihaknya optimistis persawahan merupakan sektor yang bisa menyejahterakan banyak orang. Dengan kerja keras dan perbaikan sistem, petani bisa jauh lebih sejahtera dari sebelumnya.
Sejumlah mesin pertanian memang terlihat di lokasi ini. Hanya saja, beberapa petani mengusahakan sendiri pembelian alat dan teknologi pertanian tanpa didampingi pemerintah.
Bustamin, pemilik mesin pengeringan gabah, menuturkan, dirinya merogoh kocek sekitar Rp 2,5 miliar untuk membeli dua mesin pengering tersebut. Mesin ini masing-masing berkapasitas 30 ton dengan masa pengeringan 18-20 jam.
Mesin ini bisa memangkas waktu pengeringan hingga beberapa kali lipat dari proses penjemuran tradisional. Mesin bertenaga listrik ini juga tidak mengalami hambatan cuaca dan lainnya. Ia juga memiliki dua mesin panen yang harga satuannya Rp 500 juta.
”Mesin ini memang sangat membantu pascapanen. Semuanya jadi lebih cepat dan efisien. Tapi semuanya juga urus sendiri, pengadaan sendiri. Belum ada bantuan pemerintah untuk mempermudah,” ujarnya.