Berhektar-hektar kebun membentang di wilayah Latambaga, Kabupaten Kolaka, sebagian di antaranya masuk wilayah Kelurahan Ulunggolaka. Harum cengkeh, kakao, hingga durian di sana disiapkan menjadi atraksi wisata.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
Berhektar-hektar kebun membentang di wilayah Latambaga, Kabupaten Kolaka, sebagian di antaranya masuk wilayah Kelurahan Ulunggolaka. Harum cengkeh, kakao, hingga durian di sana disiapkan menjadi atraksi wisata. Sebelum masa itu tiba, petani bergelut dengan harum tanaman ini yang terkadang tidak seharum harganya.
Di sela-sela rimbun pohon cengkeh, Agus (45) sibuk ”menjala” daun mati. Daun-daun cokelat itu sengaja dijatuhkan agar tidak menjadi hama bagi tanaman yang sedang berbuah lebat itu. Di sisi lain, harum cengkeh mulai menguar, memenuhi udara Ulunggolaka, pertengahan Mei 2019.
Daun-daun itu lalu dikumpulkan di bawah pohon. Masih ada ratusan pohon cengkeh yang harus dibersihkan di lahan seluas 10 hektar milik keluarganya itu. ”Ada 1.000 pohon cengkeh di sini. Sekarang sudah berbuah, tapi panennya nanti bulan Juni atau Juli,” ujarnya.
Hanya saja, tambah Agus, harga cengkeh tidak semahal dulu. Tahun lalu, harga cengkeh pada kisaran Rp 85.000 per kilogram. Bahkan, harga pernah mencapai Rp 135.000 per kilogram. Saat ini, harganya masih di kisaran Rp 75.000.
”Takutnya nanti kalau panen besar tambah turun,” kata ayah dua anak ini.
Bukan hanya cengkeh, di lahan itu juga menjulang pohon-pohon durian dan langsat. Jumlahnya masing-masing ratusan pohon. Sayangnya, buah-buahan ini telah melewati masa panen. Waktu panen dulu, harga durian dan langsat juga tergolong murah.
Di sebuah lokasi yang menjadi salah satu puncak terbaik melihat kawasan ini, kebun-kebun berderet rapi di lereng-lereng bukit.
Dari kebun yang dikelola Agus, berjarak sekitar 700 meter, tanaman di kebun mulai berganti jenis. Kali ini kakao.
Buah-buah kakao ini nantinya banyak dikirim ke daerah-daerah di Indonesia. Bahkan, oleh pihak swasta, kakao dari wilayah Sultra mulai diekspor ke Belanda. Serupa dengan petani cengkeh, petani kakao juga mengeluhkan harga kakao yang tidak setinggi dulu.
Siang itu, sejumlah petani sedang memanen cengkeh di kebun mereka. Beberapa orang tampak menjemur cengkeh yang masih basah, meruapkan bau beraroma khas itu.
Tanah di wilayah Ulunggolaka memang subur dan kaya. Berbagai tanaman tumbuh sentosa dengan hasil melimpah dan memuaskan. Wilayah ini merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Latambaga. Letaknya sekitar 25 menit berkendara dari ibu kota Kolaka.
Kebun-kebun yang menghijau ini memanjakan mata. Di sebuah lokasi yang menjadi salah satu puncak terbaik melihat kawasan ini, kebun-kebun berderet rapi di lereng-lereng bukit. Berhektar-hektar kebun ini memanjang jauh melewati perbukitan, mengikuti lanskap wilayah yang seakan membentengi kawasan.
Alam di wilayah Ulunggolaka memang sarat akan berbagai hal menarik. Tanah yang subur lengkap dengan kawasan yang masih alami. Sebagian wilayah di tempat ini masuk dalam kawasan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Mangolo. Taman Wisata Alam Keakea terletak sekitar 2 kilometer dari kawasan perkebunan warga.
Mirdan, Kepala Bidang Promosi Dinas Pariwisata Kabupaten Kolaka, mengatakan, selain akan menambah berbagai hal menarik di Taman Wisata Alam (TWA) Keakea, pembenahan kawasan akan dilakukan. Wilayah perkebunan di Keakea akan diusulkan untuk menjadi kawasan agrowisata.
Wisata perkebunan seperti kakao, cengkeh, durian, langsat, dan berbagai tanaman buah lain akan menjadi modal utama. Pengunjung akan diarahkan untuk berkunjung ke kebun warga, berinteraksi melihat panen kakao, atau pengolahan cengkeh sembari menikmati buah-buahan segar.
”Ini salah satu wisata andalan kami. Tahun ini, kami rancang rencana induknya. Tahun depan semoga sudah bisa jalan dengan konsep baru. Tidak hanya menyajikan keindahan alam, tetapi juga ada atraksi perkebunan dan interaksi dengan warga. Ini juga cara untuk membantu perekonomian warga dengan wisata kebun,” ujarnya.