Bagi sebagian warga Ibu Kota, asisten rumah tangga punya peran penting dalam menyelesaikan urusan domestik. Keberadaan mereka meringankan beban pekerjaan rumah di tengah kesibukan dan hiruk-pikuk metropolitan. Namun, bagaimana jika asisten rumah tangga mereka mudik pulang kampung? Apakah warga siap mengantisipasinya?
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
Bagi sebagian warga Ibu Kota, asisten rumah tangga punya peran penting dalam menyelesaikan urusan domestik. Keberadaan mereka meringankan beban pekerjaan rumah di tengah kesibukan dan hiruk-pikuk metropolitan. Namun, bagaimana jika asisten rumah tangga mereka mudik pulang kampung? Apakah warga siap mengantisipasinya?
Kamis (30/5/2019), Fariha Sulmaihati harus bangun lebih awal. Biasanya, karyawan swasta ini bangun pukul 06.00 untuk bersiap berangkat kerja. Dia harus mempercepat waktu bangun tidur 1 jam lebih awal dari sebelumnya.
Bagi dia, hal itu tidak menjadi persoalan setelah asisten rumah tangganya mudik sejak Rabu (29/5/2019) malam. Tanggal merah biasanya dimanfaatkan Fariha bangun lebih siang setelah pada hari kerja selalu bangun pagi. ”Kalau si mbak (asisten rumah tangga) mudik, saya harus bangun lebih pagi untuk membantu orangtua beres-beres rumah,” ujar Fariha.
Asisten rumah tangga mereka, Diana (40), sejatinya warga asli Jakarta. Namun, setiap tahun dia mudik ke kampung halaman suaminya di Tasikmalaya, Jawa Barat. Diana mudik selama 7-10 hari.
Selama Diana pergi, Fariha dan keluarganya yang harus membereskan rumahnya sendiri. Tinggal bersama kedua orangtua dan adiknya, Fariha yang berdomisili di Jalan Balai Rakyat, Kelurahan Cakung, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, ini membagi-bagi tugas pekerjaan rumah.
Ayahnya bertugas membersihkan pekarangan rumah, ibunya sibuk di bagian dapur, dan Fariha serta adiknya menyapu lalu mengepel. ”Capek juga menyapu dan mengepel. Seperti olahraga pagi-pagi,” kelakar Fariha.
Kepergian Diana juga menyulitkan keluarga itu untuk pergi keluar rumah. Mereka harus mengunci semua pintu saat mereka pergi. Padahal, biasanya, saat mereka pergi, ada Diana yang menjaga rumah. Fariha mengaku sudah biasa setiap tahun ditinggal Diana untuk mudik. ”Magang sementara jadi asisten rumah tangga,” kelakarnya.
Fariha mengaku beruntung ada asisten rumah tangga di rumahnya. Sebab, bila harus membereskan rumah setiap hari, dia dan keluarganya bakal kewalahan dan tidak punya waktu bersiap berangkat kerja.
Selain dirinya yang merupakan karyawan swasta, ayah dan ibunya adalah guru di bilangan Rawamangun dan Cakung. Sementara adiknya adalah mahasiswa di Universitas Trisakti. Berangkat pagi adalah kewajiban masing-masing.
Kerepotan karena ditinggal pembantu juga diakui Beatrix Ginting (28). Warga Perumahan Griya Bintara Indah, Kelurahan Bintara, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi, ini harus bersiap beres-beres rumah sendiri karena asisten rumah tangganya, Mita (18), akan mudik ke Banten.
Tinggal berempat kakaknya, kakak iparnya, dan keponakannya, mereka harus mau membereskan sendiri rumahnya. ”Ya, kesadaran diri masing-masing saja karena si mbak pulang, jadi kami harus beres-beres sendiri,” ujar Beatrix.
Khawatir ditinggal
Meski sudah jadi hal rutin ditinggal mudik asisten rumah tangga, Fariha masih berharap-harap cemas. Sebab, Diana sempat mengatakan, setelah mudik ini tidak akan kembali bekerja di rumah itu setelah delapan tahun mengabdi di sana.
”Wah semoga si mbak itu cuma wacana saja mau keluar dari sini. Kalau tidak, bakal repot sekali,” ujar Fariha. Hal yang sama juga diutarakan Beatrix. Ia berharap pembantunya kembali bekerja di rumahnya setelah mudik usai.
”Susah sekarang mencari mbak (asisten rumah tangga). Sebelum Mita ini, kami sempat tiga bulan tidak ada pembantu. Mau nangis gue,” keluhnya. Meski terlihat mengerjakan hal-hal remeh dan tak memerlukan kriteria pendidikan formal, asisten rumah tangga telah menjadi bagian penting warga. Begitulah potret masyarakat Ibu Kota saat ini.