Petani Keluhkan Harga Gabah dan Ketersediaan Pupuk
Sejumlah petani di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, mengeluhkan harga gabah yang turun di musim panen kali ini. Tidak hanya itu, mereka juga ingin agar pupuk tidak sulit ditemukan. Perbaikan sistem pertanian keseluruhan diperlukan, tidak hanya penyelesaian kasus per kasus.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KONAWE, KOMPAS - Sejumlah petani di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, mengeluhkan harga gabah yang turun di musim panen kali ini. Tidak hanya itu, mereka juga ingin agar pupuk tidak sulit ditemukan. Perbaikan sistem pertanian keseluruhan diperlukan, tidak hanya penyelesaian kasus per kasus.
Baharuddin (70), salah seorang petani di Kelurahan Uepai menyebutkan, harga gabah di tingkat petani sekitar Rp 3.000 per kilogram. Harga ini turun dari biasanya yang mencapai Rp 4.000 per kilogram.
"Harga gabah turun terus. Kita di petani jadi pusing liat harga," tambah petani dengan luas lahan 10 hektar ini.
Harga gabah turun terus. Kita di petani jadi pusing liat harga
Safri, petani lainnya, mengungkapkan hal yang sama. Setelah berusaha berbulan-bulan, harga gabah bukannya tinggi, tetapi malah turun. "Terakhir di harga Rp 3.900. Harga gabah ini menurun terus," katanya. Ia mengungkapkan keluhannya di depan Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang sedang melakukan kunjungan panen raya padi di wilayah ini.
Berdasar data Bulog, harga gabah saat ini di angka Rp 4.070 per kilogram. Amran lalu meminta Bulog untuk membeli gabah milik Safri dengan harga yang sama.
Andi Nurhayati, Kasubdivre Perum Bulog Unaaha menjelaskan, harga gabah di tingkat petani memang bervariasi. Hal itu tergantung kualitas dan kadar air dari gabah.
"Jadi rafaksi harga berlaku kalau kualitas gabah itu juga turun. Dengan kondisi cuaca seperti sekarang, pasti kadar airnya tinggi. Jadi kalau dikeringkan bisa sampai 20 jam, dan kualitasnya susut. Itu bisa rugi kita," ucap Nurhayati.
Beberapa kali, lanjutnya, kadar air gabah petani bahkan lebih dari 30 persen. Dalam kondisi seperti ini harga bisa turun di kisaran Rp 3.300. "Tapi tadi kita disuruh beli punya salah satu petani, ya mau tidak mau harus dibeli," tambahnya.
Panen padi di wilayah Sultra cukup baik kali ini. Serapan Bulog hingga Mei ini di angka 10.497 ton. Setengah dari resapan ini disuplai dari wilayah Konawe. Untuk pertama kali Bulog Sultra berada di peringkat pertama penyerapan di antara semua Bulog se-Indonesia.
Distribusi pupuk
Meski panen padi tahun ini baik, sejumlah petani mengeluhkan kelangkaan pupuk bersubsidi di tingkat bawah. Pupuk sulit ditemukan dan membutuhkan waktu lama tiba ke petani.
Nawir (49), Ketua Kelompok Tani Karya Bersama di Kecamatan Uepai menuturkan, pupuk bersubsidi di wilayahnya baru tiba tiga hari lalu. Padahal, pupuk itu harus diberikan sebulan sebelumnya."Sampai umur dua bulan pupuk belum datang. Padahal itu saatnya padi berkembang," ucap Nawir.
Sampai umur dua bulan pupuk belum datang. Padahal itu saatnya padi berkembang
Mentan Amran Sulaiman lalu meminta agar izin distributor pupuk segera dicabut. Ia juga meminta pihak kepolisian untuk menindaklanjuti kejadian ini. Meski begitu, setelah dijelaskan oleh pihak terkait, ia meralat untuk mencabut izin, tetapi tetap mengarahkan untuk dilakukan penyelidikan.
"Jangan main-main soal petani. Kelihatannya tidak ada kerugian. Tapi faktanya keterlambatan pupuk bisa menurunkan produksi hingga 1 ton per hektar. Jika dihitung secara keseluruhan kerugian di sini saja bisa ratusan miliar", urai Amran.
Oleh karenanya, Amran meminta distributor pupuk yg memainkan stok agar ditindak tegas. Ia juga mengharapkan semua pihak memaksimalkan upaya, serta bersama-sama menciptakan sistem tata kelola yang maksimal hingga tingkat paling bawah.