BAKU, KAMIS - Manajemen Chelsea berada di persimpangan setelah merayakan pesta kemenangan atas Arsenal 4-1 pada final Liga Europa di Baku, Azerbaijan, Kamis (30/5/2019) dini hari WIB. Mereka sekarang harus berpikir keras dalam menentukan nasib sang pelatih Maurizio Sarri.
Pelatih asal Italia tersebut sempat diterpa rumor pemecatan karena dinilai tidak becus melatih sejak bergabung dengan Chelsea pada awal musim 2018-2019. Apalagi ketika Chelsea digilas Manchester City 0-6 pada laga Liga Inggris, Februari lalu. Sarri dianggap gagal membawa filosofi “Bola Sarri” yang pernah ia terapkan di klub lamanya, Napoli.
Citra Sarri semakin memburuk dengan sikapnya yang kontroversial. Ia tidak segan merokok di dalam stadion, bersikap kasar terhadap fans tim lawan, dan terlibat adu mulut dengan pemainnya. Pada laga final Piala Liga Inggris melawan Manchester City, kiper Chelsea Kepa Arrizabalaga membangkang. Ia menolak ketika Sarri ingin menggantinya di tengah laga. Sarri seolah kehilangan kendali di ruang ganti.
Meski demikian, Sarri harus diakui bisa memperbaiki Chelsea dalam satu musim pertamanya. Ia menempatkan Chelsea di bawah City dan Liverpool di klasemen akhir Liga Inggris, mendapatkan kembali tiket ke Liga Champions musim depan, tampil sebagai runner up Piala Liga Inggris, dan terakhir menjuarai Liga Europa.
Sarri mampu mempermalukan Arsenal dengan empat gol selama babak kedua dalam laga yang berlangsung di Stadion Olimpiade, Baku. Eden Hazard menjadi bintang malam itu dengan mencetak dua gol dan satu asis. Sementara dua gol Chelsea lainnya dicetak oleh OIivier Giroud dan Pedro. Arsenal hanya bisa mencetak satu gol melalui Alex Iwobi.
Para pemain Chelsea kemudian berpesta dan nasib Sarri kembali dipertanyakan. Sarri pun merasa sudah mampu memberikan yang terbaik bagi Chelsea dan layak untuk dipertahankan. “Menurut saya, ini sudah cukup (untuk membuatnya bertahan di Chelsea). Namun, ini hanya opini saya saja,” ujarnya.
Sarri yang kini menjadi incaran Juventus pun berencana untuk menemui manajemen klub, termasuk sang pemilik, Roman Abramovich, untuk membicarakan masa depannya. Abramovich ikut hadir di Baku menonton laga tersebut dan merayakan kemenangan bersama para pemain.
Penulis sepakbola Jonathan Wilson dalam kolomnya di laman The Guardian mengatakan bahwa konyol jika Chelsea mengharapkan Sarri langsung bisa mematangkan timnya dalam satu musim. Itu ibarat memecat Michelangelo karena tidak mampu menyelesaikan lukisan di langit-langit Kapel Sistina di Vatikan dalam satu tahun.
Di sisi lain, Chelsea di tangan Abramovich terkenal dingin dalam urusan mengganti pelatih. Apalagi manajemen Chelsea juga punya anggapan bahwa gaya permainan Sarri tidak cocok diterapkan di Liga Inggris. “Kalaupun Sarri akhirnya pergi, ia telah meninggalkan sepenggal pekerjaan yang impresif di Chelsea,” tulis Wilson.
Hazard pamit
Masa depan Sarri memang belum pasti. Namun, masa depan sang bintang, Hazard, sudah jelas. Pemain asal Belgia itu telah mengatakan bahwa aksi gemilangnya malam itu sekaligus menjadi tanda perpisahan. Ia dirumorkan akan pindah ke Real Madrid. “Saya sudah bermain di salah satu klub terbesar di Eropa (Chelsea) selama tujuh tahun. Mungkin saatnya saya mendapat tantangan baru,” ujar Hazard.
Kepergian Hazard adalah kehilangan besar bagi Chelsea. Mereka harus mencari pengganti sosok yang kerap dimainkan Sarri sebagai false nine tersebut. Bek Chelsea David Luiz berpendapat Callum Hudson-Odoi bisa menjadi pengganti yang tepat. “Callum mengenal klub ini sejak muda dan punya talenta untuk bisa menjadi Hazard,” kata Luiz. (AP/AFP/REUTERS)