Memasuki H-5 Lebaran, Jumat (31/5/2019), harga daging ayam di sejumlah pasar dan swalayan di Kota dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai merambat naik. Seiring dengan hal itu, permintaan masyarakat pun meningkat.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Memasuki H-5 Lebaran, Jumat (31/5/2019), harga daging ayam di sejumlah pasar dan swalayan di Kota dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai merambat naik. Seiring dengan hal itu, permintaan masyarakat pun meningkat.
Ruswano, pedagang di Pasar Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, mengatakan, harga daging ayam yang semula Rp 30.000 per kilogram, saat ini naik menjadi Rp 33.000-Rp 34.000 per kg. Kenaikan harga ini ia prediksi menjadi awal kenaikan harga daging ayam hingga Lebaran.
Kenaikan harga itu berlangsung sejak tiga hari lalu. ”H-1 Lebaran, mungkin harga daging ayam akan mencapai Rp 40.000 per kg, sama seperti pada Lebaran tahun lalu,” ujarnya.
H-1 Lebaran, mungkin harga daging ayam akan mencapai Rp 40.000 per kg, sama seperti pada Lebaran tahun lalu.
Permintaan daging ayam pun mulai meningkat. Jika sebelumnya volume penjualan di kios Ruswano hanya berkisar 40-50 kg per hari, mulai Jumat angka penjualan daging ayam sudah mencapai hingga 1 kuintal.
”Dengan mengacu kondisi saat ini, pada H-1 Lebaran mungkin saya harus menyiapkan 3 hingga 4 kuintal daging ayam,” ujarnya.
Hal serupa diungkapkan oleh pedagang lainnya, yaitu Salimah. Jika pada hari-hari sebelumnya pada bulan puasa angka penjualan hanya berkisar 20-30 kg, pada hari Jumat Salimah mampu menjual hingga lebih dari 40 kg daging ayam.
Semakin mendekati Lebaran, menurut dia, permintaan akan daging ayam diprediksi terus meningkat. ”H-1 Lebaran, biasanya saya bisa menjual hingga 1 kuintal daging ayam,” ujarnya.
Sementara itu, di sejumlah swalayan, toko modern di Kota Magelang, sebagian masyarakat pun ”menyerbu” membeli daging ayam kampung atau ayam bukan ras (buras), serta ayam pejantan.
Usman, salah seorang pegawai di salah satu toko modern, mengatakan, lebih dari 20 ekor daging ayam kampung dan pejantan langsung habis ”diserbu” pembeli hanya dalam jangka waktu sekitar 2 jam. Padahal, sejak tiga hari lalu harga ayam kampung dan pejantan naik Rp 2.000-Rp 3.000 per kg dibandingkan sebelumnya.
Tingginya permintaan tersebut bukan karena warga ingin menumpuk persediaan daging ayam. Siti, salah seorang warga Kelurahan Sawitan, Kecamatan Mungkid, mengatakan, dirinya tidak mungkin menumpuk persediaan daging ayam karena tidak memiliki kulkas. ”Setiap hari, saya hanya berbelanja untuk kebutuhan makan satu hari,” ujarnya.
Saat ditemui, Siti membeli 2 kg daging ayam di Pasar Borobudur. Ayam tersebut akan dimasaknya untuk kebutuhan lima orang anggota keluarganya untuk berbuka, makan malam, dan sahur.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Temanggung Ronny Nurhastuti mengatakan, pihaknya telah menyelenggarakan Pasar Murah Ramadhan selama 16 hari, 13-29 Mei lalu. Di pasar tersebut dijual berbagai kebutuhan Lebaran, terutama bahan pangan.
Kendati demikian, Ronny mengatakan, pihaknya sengaja tidak menjual daging ayam ataupun daging sapi. Selain karena memang tidak dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, daging ayam dan sapi sengaja tidak disediakan karena harga dua komoditas tersebut masih terjangkau dan terkendali.
Ronny mengatakan, pihaknya sebenarnya sempat mencoba mencari pilihan daging yang relatif murah untuk dijual, tetapi pilihan yang tersedia hanyalah daging kerbau dari Bulog.
”Kami memilih tidak menjual daging kerbau karena daging ini kurang disukai masyarakat di Kabupaten Temanggung,” ujarnya.