Komunike akhir hasil pertemuan negara-negara Arab dan kawasan Teluk mengutuk sikap Iran yang mengintervensi kepentingan negara lain. Namun, Irak menolak komunike tersebut dan meminta semua negara kawasan menjaga perdamaian.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
MEKKAH, JUMAT — Komunike akhir hasil pertemuan negara-negara Arab dan kawasan Teluk mengecam keras sikap Iran yang mengintervensi kepentingan negara lain. Namun, Irak menolak komunike tersebut dan meminta semua negara kawasan menjaga perdamaian.
Arab Saudi menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab dan KTT Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), Kamis (30/5/2019). Saudi juga akan menggelar KTT Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada hari ini, Jumat (31/5/2019).
Dalam kedua pertemuan tersebut, Saudi terus mengampanyekan narasi bahwa perlu tindakan tegas untuk menghentikan tindakan Iran yang terus mengancam keamanan kawasan.
”Tidak adanya tindakan tegas atas perilaku Iran membuat eskalasi tensi kawasan menjadi seperti yang kita lihat saat ini. Saudi berkomitmen untuk menjaga dan mewujudkan stabilitas dan keamanan kawasan serta menghindari perang,” kata Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud dalam dua pertemuan yang digelar secara berurutan tersebut.
KTT Liga Arab dan KTT GCC merupakan respons Saudi atas keamanan kawasan yang semakin rapuh karena perseteruan Amerika Serikat (AS) dan Iran terkait program nuklir Iran. Pada saat bersamaan, sejumlah insiden terjadi di Timur Tengah.
Seperti yang diwartakan, sebanyak empat tanker minyak, yang berasal dari Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Norwegia, diserang di dekat Selat Hormuz pada 12 Mei 2019. Dua hari kemudian, pesawat tanpa awak (drone) menyerang dua stasiun pompa minyak milik Saudi. Baik AS maupun Saudi menuding Iran sebagai dalang utama kedua serangan itu.
Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit dalam pidato, Jumat (31/5/2019), mengatakan, hasil pertemuan menyatakan negara-negara Arab mengutuk intervensi Iran terhadap negara-negara di kawasan. Untuk itu, jalinan kerja sama dengan Iran harus berdasarkan asas tidak mencampuri urusan negara lain.
Hasil pertemuan juga menyebutkan, negara-negara Arab sepakat Saudi dan UEA berhak untuk melindungi kepentingannya atas intervensi yang dilakukan Iran. Namun, Irak tampaknya memiliki pandangan yang berbeda. Iran menolak sejumlah poin dalam komunike tersebut.
Presiden Irak Barham Salih mengatakan, Irak sebagai negara tetangga Iran berharap agar keamanan Iran tidak menjadi sasaran. Tensi yang memanas di kawasan dapat memicu perang jika tidak ditangani dengan baik. Dalam pertemuan itu, Salih juga meminta negara kawasan mendukung stabilitas Irak.
Serupa dengan Israel, Irak juga berada dalam posisi yang dilematis. Irak yang merupakan sekutu AS dan Iran telah menawarkan diri untuk memediasi Washington dan Teheran.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo memperingatkan Irak untuk mengawasi militan pendukung Iran yang kini bergabung dengan aparat keamanan di Baghdad. Jika Irak gagal, AS akan meresponsnya dengan kekuatan militer.
Sudutkan Iran
AS semakin memantapkan langkah untuk menyudutkan Iran. AS sebelumnya menuding Iran adalah pelaku penyerangan empat kapal tanker pada awal Mei 2019 dengan tujuan untuk menaikkan harga minyak mentah dunia.
Kemarin, Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton menyampaikan, Iran hampir dipastikan menjadi pelaku penyerangan empat kapal tanker pada awal Mei 2019. AS akan membawa bukti kepada Dewan Keamanan PBB pekan depan.
Pernyataan Bolton menambah daftar serangan verbal antara AS-Iran. Seorang pejabat Iran menolak keras tuduhan tersebut. Iran sebelumnya menyatakan akan mempertahankan kedaulatan negara melawan agresi militer dan ekonomi.
Di samping pemberian sanksi ekonomi agar negara lain tidak mengimpor minyak dari Iran, AS telah mengerahkan 900 personel pasukan tambahan ke kawasan Teluk Persia. AS juga memperpanjang waktu tinggal 600 personel yang ada di sana. AS sebelumnya juga mengerahkan Kapal Induk USS Abraham Lincoln dan USS Arlington, pesawat pengebom B-52, dan sistem antirudal Patriot. (REUTERS/AFP)