Kerinduan pada keluarga bisa muncul setiap saat. Ini yang membuat Inspektur Satu (Iptu) Rahmat meluangkan waktunya menghubungi isterinya di Medan, Sumatera Utara saat mengemban tugas. Saat itu dia sedang menjaga keamanan demonstrasi di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY/AGUIDO ADRI
·4 menit baca
Kerinduan pada keluarga bisa muncul setiap saat. Ini yang membuat Inspektur Satu (Iptu) Rahmat meluangkan waktunya menghubungi isterinya di Medan, Sumatera Utara saat bertugas. Kala itu dia bertugas menjaga keamanan Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), di Jakarta yang dikepung ribuan demonstran.
Demonstrasi Selasa (21/5/2019) siang hingga Rabu (23/5/2019) pagi itu berlangsung rusuh. Terjadi bentrokan antara aparat dengan warga sipil di sekitar Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Petamburan, Slipi, dan kawasan Jalan MH Thamrin. Sebelum situasi itu terjadi, Rahmat menghubungi isteri dan anaknya.
“Saat itu setelah berbuka bersama teman-teman Brimob beserta massa dan dilanjutkan salat tarawih, kami beristirahat. Suasana aman dan kondusif. Saya melakukan panggilan video keluarga di kampung. Saya tidak menyangka jika ada yang memfoto. Ternyata viral beberapa hari kemudian,” ujar Rahmat saat ditemui, Selasa (28/5/2019) di Jakarta.
Peristiwa yang menarik perhatian banyak orang itu terjadi pada Selasa (21/5/2019) malam. Beberapa jam, sebelum kerusuhan pecah. Sementara anggota Brimob asal Medan itu berangkat ke Jakarta sejak Jumat (19/4/2019). Berkali-kali isterinya nanya kapan dia pulang ke rumah. Lantaran Rahmat tidak tahu kapan pulang, ia hanya bilang, "Sebentar lagi."
Ia merasa kepenatannya hilang, apalagi setelah mendengar kabar dari istrinya bahwa Shafa sudah mulai belajar berdiri. Sekitar 20 menit, obrolan Rahmat dan keluarga kecilnya berakhir karena, ia harus melanjutkan tugasnya.
Ia melanjutkan, selama bertugas di Jakarta sering meminjam telepon seluler temannya untuk video call keluarga. “Karena telepon genggam saya tidak bisa buat video call. Lama-lama tak enak sering pinjam telepon genggam. Akhirnya, ada duit 1 juta dan izin kepada istri untuk membeli telepon genggam bagus, agar bisa bertatap muka meski hanya melalui layar,” katanya dengan logat Medan.
Momen Rahmat menghubungi keluarganya yang viral dan memuculkan simpati agen perjalanan wisata A3 Tour and Travel memberi hadiah liburan ke Bali. Rahmat mengaku sangat senang dan berterimakasih atas perhatian masyarakat dan A3 Tour and Travel yang memberikannya hadiah. Namun, ia belum bisa merespons hadiah itu karena masih fokus dalam menjalankan tugas.
Pihak A3 Tour and Travel menyiapkan hadiah kepada Rahmat dan keluarga sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dalam tugasnya di Jakarta. Pemilik A3 Tour and Travel, Ding Widi Anggraeni tersentuh melihat momen Rahmat berjumpa dengan anaknya meski melalui layar telepon genggam.
Setelah foto itu viral, Tim A3 Tour and Travel pun mulai mencari tahu sosok pria yang ada di dalam foto dan berusaha menghubungi Rahmat. Melalui instagram @a3tnt, mereka membuat sayembara. Dalam waktu beberapa jam, informasi rahmat pun didapat.
Berhari-hari mengemban tugas, aparat dituntut bersiaga dengan segala situasi yang terjadi. Kelelahan tampak di air muda aparat, seperti yang dialami Brigadir Polisi Dua Fajar. Selasa siang itu, ia berteduh di bawah pohon rindang dan duduk beralas kardus. "Panggilan video dengan orangtua (ibu). Biasa, saling tanya keadaan, di rumah gimana, di sini (Jakarta) aman atau tidak. Ibu juga tanya, sudah mau lebaran pulang atau tidak. Ya, bertukar kabar dan berbagi rindu," ucap Fajar.
Panggilan video seperti itu merupakan suatu keistimewaan bagi anggota kepolisian di tengah status siaga satu di ibu kota. Bukan tanpa alasan, mereka harus siap sedia untuk pengamanan dan pergeseran lokasi sewaktu-waktu. Waktu istirahat digunakan semaksimal mungkin termasuk berkabar dengan keluarga, seperti yang dilakukan Fajar.
Anggota Samapta Bhayangkara Polda Metro Jaya ini menuturkan, orangtuanya panik ketika menyaksikan pecahnya kerusuhan 21 dan 22 Mei lalu dari televisi. "Pas telepon, orangtua histeris, nanyain keadaan gimana karena panik lihat di televisi terjadi rusuh dari malam sampai pagi terus lanjut sampai keesokan harinya," ujarnya. Ketika terjadi kerusuhan, Fajar berjaga di Asrama Brimob Petamburan, Jakarta Barat.
Fajar dan rekan-rekannya tidak mengganti pakaian dinas lapangan selama dua hari kerusuhan. Mereka harus siaga di lokasi karena kerusuhan dapat pecah sewaktu-waktu. "Sudah tidak ada rasa mules dan rasa lain-lain saat rusuh. Sudah tugasnya, jadi jalani seperti itu," katanya. Sehari-hari Fajar tidur di Mobil Barikade milik satuannya. Mobil ini cukup ditempati untuk dua orang.
Sementara itu, Brigadir Yudy menyiapkan dua pasang pakaian dinas lapangan selama masa pengamanan ini. Ia memperbanyak jumlah pakaian dalam. Satu pakaian dinas dipakai untuk dua hari, tergantung situasi di lokasi. "Biasanya kirim atau Gojek baju ke istri di rumah (Depok) kalau tidak sempat nyuci. Kalau sempat, nyuci sendiri," ucap Yudy yang berdinas di Korps Brimob Mabes Polri.
Untuk MCK, anggota kepolisian menggunakan MCK umum yang tersedia di kawasan Monumen Nasional. Adapun tersedia MCK tambahan. Air dipasok pagi dan sore hari. Mereka mengantre untuk menggunakan MCK.
Korps Brimob juga menyediakan dapur lapangan. Dapur ini menyediakan menu tambahan bagi anggota. Untuk makanan sehari-hari telah disuplai oleh Polda Metro Jaya. "Banyak warga kirim makanan. Baru kali ini merasakan kepedulian masyarakat yang sangat besar," katanya.
Yudy yakin, kali ini dia tidak bia berlebaran bersama keluarga karena tugas. "Pasti tidak Lebaran sama keluarga tahun ini. Saya buat senang saja. Mau bagaimana lagi. Ini pilihan hidup," ujarnya.